geografi lingkungan

Khoirunnas anfa'uhum linnas

Jumat, 05 Oktober 2012

Manfat Suhu Titik Embun (Td).



Awalnya suhu titik embun dikenalkan dari percobaan laboratorium, yang kemudian disusun penjelasannya dalam definisi bahwa ”Suhu titik embun (Td) adalah suhu pada saat uap air dalam kotak udara mengembun apabila udara tersebut diturunkan suhunya dengan tekanan tetap”. Definisi tersebut dalam meteorologi digunakan untuk udara sekitar tempat pengamatan (udara lingkungan).
Dari definisi tersebut dapat diambil kesimpulan bahwa apabila di dalam udara terdapat uap air, maka makin kecil beda suhu udara dan suhu titik embun makin besar kemungkinan terjadinya pengembunan.
Udara mempunyai sifat makin tinggi suhunya makin besar kemampuan menampung uap air. Dengan demikian apabila air yang mampu menguap tak terbatas, atau yang dikenal dengan ” penguapan potensialnya” tinggi udara yang suhunya tinggi dan suhu titik embun juga tinggi atau bedanya dengan suhu udara kecil maka potensi pengembunannya besar.
Dari sifat-sifat tersebut suhu dan suhu titik embun disusun berbagai indeks untuk menandai ketakmantapan udara dan potensi terjadinya hujan dan badaiguntur secara numerik, seperti misalnya : indeks SWEAT, indeks K.
 
1. Indeks SWEAT. 
Indeks SWEAT adalah suatu nilai numerik yang digunakan untuk menandai keadaan atmosfer yang memungkinkan terjadinya cuaca buruk. SWEAT singkatan dari Severe Weather Treath (Ancaman Cuaca Buruk). Indeks SWEAT awalnya dibuat oleh  Angkatan Udara AS sebagai gabungan antara faktor ketakmantapan, geser angin, dan kecepatan angin. Rumus indeknya sbb:

ISWEAT = (12 Td 850 ) + (20 [TT─ 49]) +(2f 850) + f500 + (125 [sinφ + 0.2])
dengan  Td 850 = suhu titik embun pada paras 850 hPa; TT = total-total indeks (lihat Indeks Total Total); f 850 = kecepatan angin dalam knot pada paras 850 hPa; f 500 = kecepatan angin dalam knot pada paras 500 hPa;  φ = sudut antara proyeksi vektor angin pada paras 500 hPa dan paras 850 hPa, yang menyatakan nilai geser angin dalam lapisan antara 850 dan 500 hPa..

Sifat umum:
Secara grafis indeks SWEAT dapat diperoleh dengan menggunakan data radiosonde pada paras utama 850 dan 500 hPa. Tetapi dengan adanya perangkat lunak dalam radiosonde mutakhir analisis dapat dilakukan lebih rinci.
Nilai Indeks SWEAT antara 250 dan 300 atau lebih menunjukkan potensi besar untuk timbulnya cuaca buruk.

2. Indeks K    (K index)
Indeks K adalah nilai sebagai ukuran untuk menaksir potensi timbulnya awan badaiguntur berdasarkan laju susut suhu vertikal, kelengasan udara lapisan bawah, dan perluasan vertikal dari lapisan udara lengas. Nilai Indeks K dinyatakan dengan rumus :

KI = (T850 ─ T500) + (Td850 ─ Δ700)
dengan T850 = suhu pada paras 850 hPa; T500 = suhu pada paras 500 hPa; Td850 suhu titik embun pada paras 850; dan Δ700 depresi suhu titik embun pada paras 700 hPa (selisih suhu udara dan suhu titik embun pada paras 700 hPa atau dikenal dengan depresi suhu titik embun = (T700 ─ Td700 ).
Unsur (T850 ─ T500) digunakan sebagai parameter yang menunjukkan laju susut suhu vertikal; unsur Td850 sebagai parameter yang memberi gambaran tentang kelengasan lapisan bawah atmosfer; dan unsure Δ700 sebagai parameter yang memberi gambaran tentang perluasan vertikal udara lengas.
Untuk memperoleh nilai Indeks K dapat langsung menggunakan data hasil pengukuran ke dalam rumus

KI = (T850 ─ T500) + (Td850 ─ Δ700)

Sifat Umum
Indeks K cukup baik untuk digunakan menandai potensi timbulnya badaiguntur massa udara, tetapi kurang cocok untuk badaiguntur termal.
Selain digunakan untuk menandai adanya badaiguntur, indeks K digunakan pula untuk menandai dampak dari badaiguntur, misalnya banjir.

Untuk menaksir badaiguntur massa udara digunakan kriteria berikut :

Indeks K

Kemungkinan timbulnya badaiguntur (%)

<15 span="span">

hampir 0

15 - 20

20

21 - 25

20 - 40

26 - 30

40 - 60

31 - 35

60 - 80

36 - 40

80 - 90

> 40

hampir 100


3. Indeks Total Total (Totals Totals Index), Indeks Total Silang (Cross
   Totals Index), Indeks Total Vertikal (Vertical Totals Index) 

Indeks Total Total adalah nilai sebagai ukuran kemantapan atmosfer yang digunakan untuk dasar prakiraan cuaca buruk berdasarkan suhu pada paras 850 hPa, suhu titik embun pada paras 850 hPa, dan suhu pada paras 500 hPa. Indeks Total Total dihitung dari rumus :

                                        ITT  =  [T850 + Td850] ─ 2 T500 
dengan T850 = suhu pada paras 850 hPa;  Td850= suhu titik embun pada paras 850 hPa; dan  T500 = suhu pada paras 500 hPa.
Secara aritmatik rumus tersebut dapat ditulis :
                                   ITT = [T850 ─ T500 ] + [Td850 ─ T500 ]
[T850 ─T500 ] yakni selisih antara suhu pada paras 850 hPa dan suhu pada paras 500 hPa.didefinisikan sebagai Indeks Total Vertikal. [Td850 ─T500 ] didefinisikan sebagai Indeks Total Silang yakni selisih suhu titik embun pada paras 850 hPa dan suhu pada paras 500 hPa. Oleh karena itu dapat dikatakan bahwa Indeks Total Total merupakan jumlah aritmatik dari Indeks Total Vertikal dan Indekls Total Silang. 

Sifat Umum :
Bertambah tingginya suhu titik embun pada paras 850 hPa atau berkurangnya suhu pada paras 500 hPa merupakan syarat cukup untuk menandai potensi timbulnya badaiguntur
Untuk menaksir kemungkinan timbulnya badaiguntur digunakan criteria berikut :
Bila ITT < 50 menunjukkan bahwa kondisi lemah dengan potensi tumbuhnya badaiguntur kecil;
Bila ITT antara 50  dan 55 menunjukkan bahwa kondisi cukup untuk  tumbuhnya badaiguntur;
Bila ITT > 55 menunjukkan bahwa kondisi kuat dengan potensi tumbuhnya badaiguntur besar.

Catatan:
Kriteria-kriteria tersebut dibuat dengan asumsi tidak ada proses lataan (pengaruh dari luar).

--------------------
Referensi.  Soerjadi Wh (2010). Analisis Dan Penaksiran Hasil Analisis Cuaca Sinoptik.

0 comments:

Posting Komentar