Mungkin para pembaca sudah kenal kata “dipole mode” meskipun hanya
sepintas; tetapi di kalangan meteorologi di Asia termasuk di Indonesia
kata tersebut kini menjadi terkenal karena ada sangkut pautnya dengan
tatanan cuaca dan musim di kawasan tersebut.
Apakah dipole mode itu?
Dipole Mode adalah sebutan popular dari Indian Ocean Dipole, yakni suatu fenomena pasangan antara lautan-atmosfer yang terdapat di lautan India tropis. Fenomena tersebut dicirikan dengan bersamaan terjadinya penyimpangan suhu muka laut yang berlawanan di bagian barat (50 oE – 70 oE, 10 oS – 10 oN) dan di bagian timur / tenggara (90 oE – 110 oE, 10 oS – ekuator). (P. N. Vinayachandran, , a, Satoshi Iizukab, 1 and Toshio Yamagatac,).. Untuk menyatakan besarnya simpangan tersebut lazim digunakan istilah ”anomali” yakni beda atau pembanding terhadap nilai rata-ratanya. Misalnya pada waktu Lautan India khatulistiwa bagian tenggara mengalami anomali dingin, suhu muka laut di sebelah barat Sumatra terjadi anomali panas atau dalam keadaan suhu muka laut di lautan India khatulistiwa bagian barat lebih dingin dibandingkan di sebelah timur; demikian keadaan tersebut dapat sebaliknya. Dari keadaan seolah-olah seperti ada pasangan pusat panas-dingin di bagian barat dan bagian timur; kemudian pasangan tersebut dikenal dengan ”Indian Dipole Mode”yang selanjutnya orang menyingkat dengan ”dipole mode”. Bila pusat panas berada di bagian timur disebut ”dipole mode negatip” dan bila berada di bagian barat disebut ”dipole mode positip” seperti yang terlihat pada gambar Gb.1.
Bagaimana timbulnya dipole mode?
Para ahli meteorologi berpendapat bahwa fenomena dipole mode merupakan hasil atau model interaksi antara atmosfer dan laut. Dari model tersebut dijelaskan bahwa timbulnya Dipole Mode didahului oleh pasat tenggara di atas lautan India bagian selatan dan timur yang kuat dan bertiup terus-menerus dalam suatu kurun waktu. Tiupan yang terus-menerus tersebut menimbulkan tegangan (stress) muka air laut sehingga terjadi penumpukan massa laut dan panas di bagian barat. Bersamaan dengan anomali suhu muka laut di lautan India khatulistiwa yang demikian, daerah golakan yang biasanya terdapat di bagian timur yang panas bergeser ke barat . Sebaliknya ketika angin pasat lemah angin banyak bertiup dari arah barat atau baratdaya sehingga terjadi pengumpulan massa dan panas di bagian timur. Tetapi dari pandangan oseanografi penurunan suhu muka laut di bagian timur lautan India khatulistiwa karena timbulnya massa laut naik atau upwelling yang berawal di lautan sebelah selatan Nusa Tenggara Barat kemudian menjalar ke barat sehingga suhu muka laut di bagian timur lautan India sekitar khatulistiwa lebih dingin dibandingkan di bagian barat; sebaliknya apabila terjadi mass laut turun atau downwelling massa laut panas di bagian barat bergeser ke timur sehingga di bagian barak lebih dinggin dibandingkan di bagian timur.
Apakah ada kaitannya dipole mode dan musim di Indonesia?
Pandangan atau model meteorologi dan pandangan atau model oseanografi seperti yang telah dijelaskan keduanya mempunyai alasan yang dapat diterima dan disimpulkan bahwa fenomena dipole mode tersebut merupakan fenomena hasil interaksi antara atmosfer dan laut. Oleh karena itu dipole mode berkaitan dengan sistem peredaran atmosfer. Karena peredaran atmosfer merupakan salah satu komponen dalam sistem cuaca maka dipole mode juga berkaitan dengan cuaca. Seperti yang sampai kini telah diketahui, di sepanjang khatulistiwa terdapat sistem peredaran yang dalam potongan arah vertikal berbentuk sel-sel seperti yang terlihat pada gambar 2. Sistem tersebut dikenal dengan sistem peredaran Walker sesuai dengan nama penemunya (Gilbert Walker 1924).
Dapat kita lihat bahwa dipole mode berkaitan erat dengan peredaran Walker di atas kawasan khatulistiwa lautan India antara Afrika dan Indonesia yang juga dikenal dengan peredaran Walker barat. (note: yang di atas Pasfik dikenal juga dengan peredaran Walker timur). Dalam kondisi rata-rata (normal) peredaran Walker barat mempunyai komponen angin barat di bagian bawah dan komponen angin timur di bagian atas, serta komponen vertikal ke atas di bagian timur dekat Indonesia dan komponen vertikal ke bawah di bagian barat dekat Afrika. Dalam daerah komponen vertikal ke atas udara cenderung bergerak ke atas dan cenderung menimbulkan awan-awan golakan dan menimbulkan banyak hujan.
Dalam waktu timbul dipole positip pusat panas terdapat di bagian barat dan menimbulkan banyak awan dan hujan di bagian timur Afrika serta kekeringan di Indonesia (Gb. 3.). Kekeringan tersebut terjadi karena angin pasat tenggara yang kuat dan bertiup melalui lautan yang dingin sehingga udara pasat yang bersifat mantap (stable) bertambah mantap dengan adanya pendinginan di bagian bawah. Bila terjadi pasat tenggara lemah terjadi dipole mode negatip yang ditandai dengan daerah panas terdapat di bagian timur. Suhu laut yang tinggi tersebut mendorong bertambah banyaknya penguapan air laut sehingga pembentukan awan golakan di bagian timur tersebut menjadi lebih banyak. Selanjutnya dapat menimbulkan fenomena lain berupa pusaran di dekat sebelah barat Sumatra (Gb.3 atas). Lebih lanjut Toshio Yamagata, Ashok Karumuri, dan Guan Zhaoyong, menunjukkan bahwa Dipole Mode tersebut berkaitan pula dengan Monsun India dan ENSO (El Nino –Southern Oscillation) yang terdapat di Pasifik..
---------------
Apakah dipole mode itu?
Dipole Mode adalah sebutan popular dari Indian Ocean Dipole, yakni suatu fenomena pasangan antara lautan-atmosfer yang terdapat di lautan India tropis. Fenomena tersebut dicirikan dengan bersamaan terjadinya penyimpangan suhu muka laut yang berlawanan di bagian barat (50 oE – 70 oE, 10 oS – 10 oN) dan di bagian timur / tenggara (90 oE – 110 oE, 10 oS – ekuator). (P. N. Vinayachandran, , a, Satoshi Iizukab, 1 and Toshio Yamagatac,).. Untuk menyatakan besarnya simpangan tersebut lazim digunakan istilah ”anomali” yakni beda atau pembanding terhadap nilai rata-ratanya. Misalnya pada waktu Lautan India khatulistiwa bagian tenggara mengalami anomali dingin, suhu muka laut di sebelah barat Sumatra terjadi anomali panas atau dalam keadaan suhu muka laut di lautan India khatulistiwa bagian barat lebih dingin dibandingkan di sebelah timur; demikian keadaan tersebut dapat sebaliknya. Dari keadaan seolah-olah seperti ada pasangan pusat panas-dingin di bagian barat dan bagian timur; kemudian pasangan tersebut dikenal dengan ”Indian Dipole Mode”yang selanjutnya orang menyingkat dengan ”dipole mode”. Bila pusat panas berada di bagian timur disebut ”dipole mode negatip” dan bila berada di bagian barat disebut ”dipole mode positip” seperti yang terlihat pada gambar Gb.1.
|
Para ahli meteorologi berpendapat bahwa fenomena dipole mode merupakan hasil atau model interaksi antara atmosfer dan laut. Dari model tersebut dijelaskan bahwa timbulnya Dipole Mode didahului oleh pasat tenggara di atas lautan India bagian selatan dan timur yang kuat dan bertiup terus-menerus dalam suatu kurun waktu. Tiupan yang terus-menerus tersebut menimbulkan tegangan (stress) muka air laut sehingga terjadi penumpukan massa laut dan panas di bagian barat. Bersamaan dengan anomali suhu muka laut di lautan India khatulistiwa yang demikian, daerah golakan yang biasanya terdapat di bagian timur yang panas bergeser ke barat . Sebaliknya ketika angin pasat lemah angin banyak bertiup dari arah barat atau baratdaya sehingga terjadi pengumpulan massa dan panas di bagian timur. Tetapi dari pandangan oseanografi penurunan suhu muka laut di bagian timur lautan India khatulistiwa karena timbulnya massa laut naik atau upwelling yang berawal di lautan sebelah selatan Nusa Tenggara Barat kemudian menjalar ke barat sehingga suhu muka laut di bagian timur lautan India sekitar khatulistiwa lebih dingin dibandingkan di bagian barat; sebaliknya apabila terjadi mass laut turun atau downwelling massa laut panas di bagian barat bergeser ke timur sehingga di bagian barak lebih dinggin dibandingkan di bagian timur.
Apakah ada kaitannya dipole mode dan musim di Indonesia?
Pandangan atau model meteorologi dan pandangan atau model oseanografi seperti yang telah dijelaskan keduanya mempunyai alasan yang dapat diterima dan disimpulkan bahwa fenomena dipole mode tersebut merupakan fenomena hasil interaksi antara atmosfer dan laut. Oleh karena itu dipole mode berkaitan dengan sistem peredaran atmosfer. Karena peredaran atmosfer merupakan salah satu komponen dalam sistem cuaca maka dipole mode juga berkaitan dengan cuaca. Seperti yang sampai kini telah diketahui, di sepanjang khatulistiwa terdapat sistem peredaran yang dalam potongan arah vertikal berbentuk sel-sel seperti yang terlihat pada gambar 2. Sistem tersebut dikenal dengan sistem peredaran Walker sesuai dengan nama penemunya (Gilbert Walker 1924).
Dapat kita lihat bahwa dipole mode berkaitan erat dengan peredaran Walker di atas kawasan khatulistiwa lautan India antara Afrika dan Indonesia yang juga dikenal dengan peredaran Walker barat. (note: yang di atas Pasfik dikenal juga dengan peredaran Walker timur). Dalam kondisi rata-rata (normal) peredaran Walker barat mempunyai komponen angin barat di bagian bawah dan komponen angin timur di bagian atas, serta komponen vertikal ke atas di bagian timur dekat Indonesia dan komponen vertikal ke bawah di bagian barat dekat Afrika. Dalam daerah komponen vertikal ke atas udara cenderung bergerak ke atas dan cenderung menimbulkan awan-awan golakan dan menimbulkan banyak hujan.
Dalam waktu timbul dipole positip pusat panas terdapat di bagian barat dan menimbulkan banyak awan dan hujan di bagian timur Afrika serta kekeringan di Indonesia (Gb. 3.). Kekeringan tersebut terjadi karena angin pasat tenggara yang kuat dan bertiup melalui lautan yang dingin sehingga udara pasat yang bersifat mantap (stable) bertambah mantap dengan adanya pendinginan di bagian bawah. Bila terjadi pasat tenggara lemah terjadi dipole mode negatip yang ditandai dengan daerah panas terdapat di bagian timur. Suhu laut yang tinggi tersebut mendorong bertambah banyaknya penguapan air laut sehingga pembentukan awan golakan di bagian timur tersebut menjadi lebih banyak. Selanjutnya dapat menimbulkan fenomena lain berupa pusaran di dekat sebelah barat Sumatra (Gb.3 atas). Lebih lanjut Toshio Yamagata, Ashok Karumuri, dan Guan Zhaoyong, menunjukkan bahwa Dipole Mode tersebut berkaitan pula dengan Monsun India dan ENSO (El Nino –Southern Oscillation) yang terdapat di Pasifik..
|
1 comments:
Posting Komentar