Pada
hari Kamis tanggal 19 Februari 2009 pukul 13.47 WIB detik.com Surabaya
melaporkan adanya puting beliung menerjang kawasan Purwodadi, Pasuruan.
Akibat terjangan angin kencang ini, beberapa pohon serta baliho milik
Bank Jatim ambruk dan menimpa sebuah truk. Akibatnya baliho melintang di
tengah jalan. Imbas kejadian ini, arus lalu lintas dari Lawang menuju
Surabaya dan sebaliknya dilaporkan mengalami kemacetan. Di lain tempat
Surat Kabar Harian Kompas Minggu, 21 September 2008
22:20
WIB juga melaporkan adanya puting beliung di Riau. Dilaporakan bahwa
sebanyak 35 buah rumah hancur dan lima buah di antaranya rata dengan
tanah setelah diterjang angin puting beliung di kawasan Gunung Kijang,
Kawal, Bintan, Kepulauan Riau. Dari kedua laporan tersebut dapat
dikemukakan bahwa puting beling dapat terjadi dimana saja dan terkesan
bahwa puting beliung selalu menimbulkan dampak merusak.
Apakah Puting Beliung itu ?
Karena
berbagai sebab udara dapat berputar-putar membentuk pusaran. Pusaran
ada yang berskala kecil ada yang besar. Dalam skala kecil pusaran udara
disebut “angin pusing (whirl wind)”. Angin pusing dapat terjadi di atas
tanah yang mendapat sinaran matahari pada siang hari yang terik, tetapi
hidupnya hanya beberapa menit. Karena pemanasan yang kuat di suatu
tempat, udara di tempat itu terangkat dengan kuat dan cepat sehingga
seolah – olah ditempat itu terjadi kekosongan udara yang dengan cepat
pula diisi oleh udara sekitarnya . Pengumpulan udara tersebut
menimbulkan angin berputar. Angin pusing paling sering terjadi di padang
pasir, dan dapat mengangkut debu, pasir atau benda-benda ringan
lainnya. Angin pusing yang lebih besar terdapat di bagian bawah awan dan
disebut “puting beliung“ atau “angin puyuh”. Kecepatan angin di
sekitarnya dapat mencapai 150 sampai 500 km/jam. Dengan kecepatan yang
demikian besar angin puyuh mempunyai daya pengrusak yang cukup tinggi.
Dalam
bahasa setempat di Amerika puting beliung disebut “tornado”; di
Perancis dan Jerman disebut “trombe”; di Spanyol dan Itali disebut
“tromba”; di Jepang disebut “tatsumaki” dan di India disebut
“hatshnura”.
Karena
pemanasan yang kuat, udara dapat terangkat dengan kuat dan cepat. Bila
pemanasan yang demikian terjadi di suatu tempat, ditempat itu
seolah-olah terjadi kekosongan udara yang dengan cepat pula diisi oleh
udara sekitarnya sehingga daerah tersebut menjadi daerah pumpunan angin
dan pengumpulan udara. Pengumpulan udara yang berlangsung sangat cepat
menimbulkan pusingan angin atau angin berputar. Bila pemanasan kuat
terdapat di bawah awan guntur tingkat muda yang di dalamnya terdapat
gerak udara vertikal yang kuat, dan di bawah awan yang udaranya sangat
lembap dapat timbul pilin udara atau angin pusing memutar awan guntur.
Puting beliung yang kuat menimbulkan bentuk kerucut pada bagian bawah
awan. Tekanan udara pada ujung kerucut awan dapat sangat rendah sehingga
benda-benda di bawahnya dapat terangkat. Penurunan tekanan di tempat
yang dilalui puting beliung dapat mencapai 100 sampai 200 hPa. Puting
beliung umumnya timbul di atas daratan.
Bila
dilihat dari atas, baik yang terjadi di atas belahan bumi utara maupun
di atas belahan bumi selatan, putaran puting beliung bersifat siklonal
yang arahnya mengiri atau berlawanan arah putaran jarum jam. Puting
beliung yang kuat garis tengahnya sekitar 200 meter; makin besar garis
tengahnya putarannya makin rendah.
Karena
awan puting beliung juga awan guntur maka puting beliung juga dapat
menimbulkan fenomena elektrik. Puting beliung biasanya tidak di sertai
hujan sampai di tanah, meskipun ada kalanya terjadi hujan lebat di
tempat sesudah dilewati puting beliung.
Dimana sering terjadi puting beliung ?
Angin
puyuh dapat terjadi di sembarang tempat; tetapi yang paling sering
adalah di Australia tengah dan Amerika Serikat bagian tengah. Di Amerika
Serikat rata-rata terjadi 140 sampai 150 angin puyuh dalam setahun.
Umumya banyak terjadi di awal musim semi pada siang dan sore hari. Di
Indonesia angin puyuh mudah terjadi pada awal dan akhir musim hujan di
atas daerah dataran yang luas, meskipun tidak sering.
Bila
awan badai guntur lebih banyak terjadi di kawasan tropik dibandingkan
di kawasan luartropik, tetapi puting beliung lebih sering terjadi di
kawasan pinggir tropik meskipun terjadinya puting beliung dari awan
badai guntur. Salah satu sebabnya karena di kawasan pinggir tropik gaya
Corioli sudah cukup besar dan pada musim panas pemanasan dapat sangat
besar.
Puting
beliung umumnya terjadi di atas daratan; jarang terjadi di atas laut,
karena pemanasan di atas laut lebih kecil dibandingkan pemanasan di atas
daratan. Puting beliung di atas laut umumnya berasal dari darat, dan
umumnya melemah ketika di atas lautan. Tetapi bila di atas laut masih
kuat dapat menarik air laut ke atas dan kerucut di bagian bawah awan
terkesan sebagai belalai; oleh karena itu disebut “belalai air”.
Karena
peristiwanya sangat singkat perekaman puting beliung sangat sulit
dilakukan, sehingga data tentang adanya puting beliung masih sangat
sedikit. Dari pengamatan yang sampai kini dapat dilakukajn menunjukkan
bahwa kawasan Texas, lembah Misissipi adalah tempat paling banyak puting
beliung di dunia, meskipun mungkin akan berubah bila makin banyak
dilakukan pengamatan di tempat lain.
Apa bedanya dengan angin rebut ?
Dalam
meteorologi puting beliung dan angin ribut tidak sama akan tetapi
keduanya berkaitan dengan adanya dan perkembangan awan tertentu yang
disebut Kumulus dan Kumulonimbus. Kumulus adalah awan yang berbentuk
gundukan-gundukan seperti kol bunga.
Kumulonimbus
adalah awan yang menjulang tinggi dengan bagian atasnya melebar lebih
luas dibandingkan bagian bawahnya. . Kumulonimbus juga disebut awan
guntur karena Kumulonimbus dapat menimbulkan badai guntur Umumnya
terbentuknya Kumulonimbus diawali dengan timbulnya Kumulus yang dalam
garis besarnya dibagi menjadi tiga tahap, yakni tahap awal atau tahap
muda atau disebut pula tahap kumulus, tahap kedua atau yang disebut
sebagai tahap dewasa, dan tahap ketiga disebut tahap tua atau tahap
meluruh. Pada setiap tahap awan mempunyai ciri tertentu, antara lain :
pada tahap kumulus di dalam awan terdapat gerak udara keatas yang dapat
mencapai kecepatan vertikal ke atas sekitar 1 km/menit atau sekitar 60
km/jam. Tahap awal kumulus tersebut berlangsung skitar 30 menit. Apabila
di bawah awan udara cukup panas dan lembap udara dapat terangkat dan
berputar sehingga menambah kekuatan naik dan terbentuk putaran bagian
bawah awan dan terkesan sebagai kerucut awan yang disebut puting
beliung. Dengan adanya pusaran angin tersebut gerak udara keatas menjadi
sangat besar. Panasnya di bawah awan sering terlihat dengan adanya
hujan yang tidak sampai ditanah yang disebut “virga”. Selanjutnya pada
tahap kedua atau tahap dewasa awan tidak tumbuh keatas dan didalamnya
mulai terdapat gerak turun sehingga awan seperti teraduk. Kemudian pada
tahap ketiga atau tahap meluruh di dalam makin banyak gerak udara turun
disertai butir-butir air atau hujan deras. Gerak turun tersebut dapat
besar sehingga dikenal sebagai longsoran udara.(downburst). Longsoran
udara terbut bila sampai di tanah lalu menyebar dan menimbulkan angin
kencang yang disebut badai atau angin ribut. Jadi pada umumnya puting
beliung tidak disertai hujan atau kalau ada hujan terjadinya setelah
terjadi puting beliung; sedangkan angin ribut selalu disertai hujan
deras atau lebat. Puting beliung membuat benda-benda terangkat dan
beterbangan ke atas, sedang angin ribut membuat benda-benda terlempar
dan pohon tumbang.Apa dampak dari puting beliung ?
Disamping
angin berputar dengan kecepatannya sangat besar, kekuatannya juga besar
yang dapat mencapai lebih dari 10 skala Beaufort yang ditandai dengan
banyak pohon rantingnya patah, benda-benda terangkat; bila terdapat di
laut tidak enimbulkan gelombang tinggi tetapi air laut dan kapal dapat
terangkat. Karena puting beliung bergerak cepat, daerah yang tersapu
tidak luas, melainkan hanya sekitar 100 meter; tetapi panjangnya dapat
mencapai lebih dari 2 kilometer, dan berlangsung dalam waktu sangat
pendek sekitar 1 sampai 3 menit saja.
Bagaimana cara mengendalikannya?
Sesuai
dengan sifat dan dampak yang ditimbulkan oleh puting beliung maka untuk
mengendalikannya dapat dilakukan berbagai langkah, antara lain :
(1).
Mengurangi tanah terbuka dengan memperbanyak tanaman dan pepohonan
sehingga pemanasan tanah dapat berkurang, dan apabila terbentuk awan
gerak vertical di dalam awan tidak terlalu tinggi. Meskipun penanaman
pohon juga dapat menambah kadar kelembapan udara sehingga memungkinkan
bertambahnya pembentukan awan dan hujan namun bahaya angin dapat
terkurangi.
(2).
Membuat bangunan / rumah yang tahan angin dengan menggunakan
tiang-tiang yang kokoh dan atapnya terbuat dari bahan-bahan yang ringan
dan dirangkai dengan erat. Sebaiknya tidak menggunakan genteng yang
mudah lepas.
(3). Tanamlah pohon yang daunnya kecil-kecil dan batangnya tidak mudah patah, misalnya pohon bambu.
0 comments:
Posting Komentar