Tanggal hari ini 27 Agustus, tetapi 140 tahun yang lalu; Senin, 27 Agustus 1883, tepat pukul 10.20 di atas Bumi ini terdengar bunyi ledakan paling keras yang pernah didengar manusia: ledakan gunungapi Krakatau di Selat Sunda.
Tulis Simon Winchester, geolog Inggris yang kemudian berprofesi jurnalis dan penulis, hari itu dunia bagai meledak di bukunya yang terkenal "Krakatoa: The Day The World Exploded 27th August 1883" (Winchester, 2003).
Bunyi ledakannya terdengar sampai 4.600 km dari pus
at letusan bahkan dapat didengar oleh 1/8 penduduk Bumi saat itu. Winchester menggali dokumen-dokumen lama di Batavia, ia menemukan bahwa sebelum erupsi, terjadi sejumlah gejala alam yang tak biasa. Perilaku hewan berubah. Kuda-kuda mengamuk, gajah sirkus gelisah, ayam tidak bertelur, kera dan burung tak nampak lagi di pepohonan.
at letusan bahkan dapat didengar oleh 1/8 penduduk Bumi saat itu. Winchester menggali dokumen-dokumen lama di Batavia, ia menemukan bahwa sebelum erupsi, terjadi sejumlah gejala alam yang tak biasa. Perilaku hewan berubah. Kuda-kuda mengamuk, gajah sirkus gelisah, ayam tidak bertelur, kera dan burung tak nampak lagi di pepohonan.
Para peneliti menyatakan bahwa Krakatau bersama ledakan Tambora (1815) mencatatkan nilai indeks ledakan volkanik (Volcanic Explosivity Index - VEI) terbesar dalam sejarah modern. The Guiness Book of Records mencatat ledakan Krakatau sebagai ledakan paling hebat yang terekam dalam sejarah.
Ledakan Krakatau telah melemparkan batu-batu apung dan abu vulkanik dengan volume 18 kilometer kubik. Semburan abu vulkaniknya mencapai ketinggian 80 km dan mengganggu pencahayaan dan pemanasan Bumi dari Matahari beberapa waktu. Batu-batu pijar yang dilontarkannya seketika menjadi batu-batuapung dan jatuh di mana-mana di antara Pulau Jawa dan Sumatra lalu hanyut terbawa laut ke Sri Lanka, India, Pakistan, Australia dan Selandia Baru.
Ledakan itu menghancurkan habis Gunung Danan dan Gunung Perbuwatan, dua gunung di kompleks Krakatau serta sebagian Gunung Rakata yang setengah kerucutnya lenyap. Ledakan ini telah membuat cekungan kaldera di bawah laut Selat Sunda selebar 7 km dan sedalam 250 meter.
Material ledakan yang dihempaskan dan jatuh ke laut juga sebagian tubuh gunung yang runtuh longsor ke dalam laut telah menimbulkan tsunami naik setinggi 40 meter menghancurkan desa-desa dan apa saja yang berada di pantai dan sekitarnya. Inilah pemakan korban tewas terbanyak. Tercatat jumlah korban yang tewas mencapai 36.417 orang berasal dari 295 kampung di sekitar Selat Sunda. Tsunami pun menghempas hingga Batavia bahkan Cilamaya di Karawang.
Simon Winchester (2003) menulis orang-orang di Batavia lari dan naik ke tiang lampu di wilayah Pasar Ikan, Jakarta Utara sekarang. Sebelumnya lampu-lampu berisi gas itu pecah berantakan dihempas gelombang bunyi ledakan. Gelombang Tsunami yang ditimbulkan bahkan merambat hingga ke pantai Hawaii, pantai barat Amerika Tengah dan Semenanjung Arab yang jauhnya 7 ribu kilometer. Tide gouges di wilayah-wilayah tersebut mencatatnya.
Pada hari itu dunia memang bagai meledak, sebab energi letusan Krakatau 26-27 Agustus 1883 itu setara dengan sekitar 30.000 kali bom atom yang diledakkan di Hiroshima dan Nagasaki di akhir Perang Dunia II.
Krakatau masih ada, anaknya yang lahir 1927 yang kini aktif terus, meletus-letus, dan 5 tahun yang lalu ia meruntuhkan sebagian tubuhnya, longsor ke dalam laut, dan menimbulkan tsunami ke pantai Banten dan Lampung merenggut sekitar 450 korban tewas.
2 comments:
visit my website Nammapandit
Posting Komentar