Berbicara mengenai petroleum geology di daerah jawa maka nantinya akan dijumpai berbagai cekungan yang ada di sepanjang pulau ini. Dari beberapa cekungan tersebut ada yang telah di lakukan eksplorasi dan ada yang belum atau sedang dalam proses penelitian. Untuk wilayah cekungan di pulau jawa ini pada umumnya dibagi menjadi lima daerah cekungan, antara lain akan dijabarkan sebagai berikut :
Cekungan Sunda dan Asri (Sunda and Asri Basins)
Cekungan sunda adalah perpanjangan dari cekungan jawa bagian utara atau disebut dengan asri subbasin. Cekungan sunda merupakan cekungan yang terbentuk relative kecil pada masa kenozoikum. Cekungan sunda merupakan berasal dari back-arc deposentrum atau disebut dengan bagian belakang busur deposentrum pulau Jawa. Dari persepektif hasil eksplorasi, cekungan sunda yang matang merupakan cekungan yang teristimewa. Dari hasil explorasi di daerah Widuri dan lapangan lain yang serupa di bagian utara sub cekungan asri (1980-an hingga 1990-an) menunjukkan bahwa dalam reservoar didalam sub Asri bagian utara (reservoir Talang Akar) akan lebih bisa kembali ditemukan akan potensi keberadaan minyak bumi. Bagian timur sub cekungan Asri jarang untuk dilakukan ekplorasi pengebaoran secara luas. Karena semenjak awal adanya syn-rift didaerah tersebut. Dan untuk mengetahui adanya potensi yang ada didaerah tersebut maka membutuhkan evaluasi lebih lanjut dalam bidang eksplorasi.
Cekungan Jawa Barat Laut (Northwest Java Basin)
Cekungan ini merupakan cekungan belakang busur yang sangat luas dan rumit, yang dimana bagian utara hingga selatannya terdiri dari orientasi sejumlah bentukan struktur halfgraben. Sub-cekungan ini terletak di tepi selatan dari platform Sunda (Reksalegora et al., 1996). Cekungan Jawa Barat Utara memiliki akumulasi Hidrokarbon berlimpah, dan minyak dan gas bumi yang dimana reservoarnya bertumpukan dengan volkanik klastik, karbonatan, dan lapisan coarsesiliciclastic (Noble et al., 1997).
Cekungan Jawa Barat Utara sekarang telah dianggap mature, dengan pembagian untuk bagian atasnya yaitu berupa pasir dari formasi Talang Akar dan diatasnya ditambah dengan karbonat pada jaman Miosen sepenuhnya. Pertimbangan mengenai potensi yang ada didaerah tersebut cukup kecil hingga menengah dan dapat tetap berada dalam pembentukan Jatibarang syn-rift Posisinya lebih rendah dari formasi Talang Akar, dan terletak didalam karbonat formasi Batu raja.
Gambar 1. NW Java Basin dan Sunda asri basin (Suryono et all,2005)
Gambar 2. North West Java Stratigrafi (Noble et all,1997)
Cekungan Jawa Timur (East Java Basin)
Cekungan Jawa Timur adalah merupakan cekungan yang paling struktural dan memiliki stratigrafi yang kompleks dari cekungan belakang busur Indonesia. Dalam hal fasies reservoar, yang berkisar dari Eosen yang berupa bentukan non-pasir laut hingga Volkaniklastik jaman Pleistosen. Cekungan Jawa Timur dalam hal sistem minyak bumi, adalah salah satu cekungan yang paling beragam. Hal ini dilihat dari gambar yang dihasilkan oleh skema lithostratigrafi sangat beragam pada cekungan yang ada di Jawa Timur.
Meskipun cekungan Jawa Timur telah banyak dieksplorasi, potensi minyak masih tetap signifikan dan gas ditemukan di daerah syn-rift klastik Eosen, facies laut dalam Ngrayong pasir, Kujung Rancak reefs, Pliosen Mundu globigerinid batugamping, dan Pleistosen vulkanokalstik.
Dalam mengembangkan infrastruktur dengan mendekati pasar industri perminyakan di Jawa Timur maka akan menyerap setiap penemuan baru. Cekungan Jawa Timur adalah daerah yang paling dicari di Indonesia untuk penawaran areal lahan perminyakan dalam lima tahun terakhir ini, sehingga menjadikan daerah tersebut menjadi tempat "panas" dalam eksplorasi.
Gambar 3. Posisi East Java Basin (Kusumastuti et all,2000)
Cekungan Jawa Barat Daya (Southwest Java Basin)
Cekungan ini telah dibor pada sumur Ujung Kulon-1 (Amoco, 1970) dan Malingping -1 (British Gas, 1999). Dan hasilnya kedua lubang sumur yang dihasilkan kering. Cekungan ini memiliki sejarah yang rumit pasca-keretakan tektonik pada masa jaman Neogen. Adanya Formasi Eosen Bayah dan Formasi Eosen Ciletuh arenites pada formasi jaman Eosen menunjukkan adanya reservoir yang baik (Keetley di al., 1997; Schiller et al, 1991.). Meskipun tidak terdapat pada endapan danau (lacustrine affinity), formasi Bayah terdapat pada endapan delta di daerah Barat daya (SW) dari cekungan Jawa yang memberikan bukti untuk cekungan tersebut, dalam pengembangan reservoir dan source fasies di tahap syn-rift masih termasuk dari pegembangan bagian depan busur. Adanya pasir fan turbidit di Cekungan barat daya Jawa juga menunjukkan cekungan ini memiliki potensi reservoir yang baik.
Gambar 5. Stratigrafi jawa barat daya( Keetly et all, 1997)
Gambar 6. Letak cekungan selatan jawa ( Keetly et all, 1997)
Cekungan banyumas dan selatan jawa (Banyumas-South Central Java Basins)
Sejumlah rembesan minyak (oil seeps) dijumpai di daerah onshore Bayah. Sebuah peningkatan pesat yang dijumpai dalam gradien geothermal di masa Piocene hingga Pleistosen (Soenandar, 1997). Hal tersebut juga sama seperti yang dijumpai di Cekungan Sunda, SubAsri, cekungan Jawa barat laut (NW java basins). Daerah Banyumas, cekungan Jawa Tengah bagian selatan dijumpai rembesan minyak. Rembesan minyak tersebut banyak yang muncul di daerah tersebut. Cekungan Banyumas telah di bor pada sumur Cipari-1 oleh BPM dan Karang Nangka-1, Gunung Wetan-1, Karang Gedang-1 oleh Pertamina.
Beberapa sumur dijumpai adanya keberadaan minyak dan gas. Sumur tersebut tidak bisa menembus lebih dalam dari horison Miosen akhir akibat adanya gangguan mekanis yang dihasilkan akibat adanya tekanan yang berlebih yang dihasilkan oleh serpih (overpressured shale).n Pada sumur Jati-1 (Lundin) yang sedang melakukan drilling didaerah tersebut dapat mengatasi kesulitan operasional ini, hal terebut dilakukan dengan mencoba untuk mengevaluasi bagian lebih dalam sampai Oligosen / Eosen dari dasar Gabon. Potensi reservoir akhir Miosen Halang-Rambatan dijumpai sand volkaniklastik, awal miosen dijumpai Kalipucang reefs, Oligo-Miosen Gabon dijumpai sand volkaniklastik, dan menengah Eosen pada endapan delta Nanggulan dijumpai quartzitic sand, mengalami fold dan fault dalam waktu Miosen akhir. Potensi dari source pada akhir-tengah Eosen tengah daerah Nanggulan / Karangsambung shales (TOC sampai dengan 7,5%) dan awal Miosen bituminous shale Kalipucang / formasi Pemali (TOC sampai dengan 15,6%), hal tersebut bertahan hingga pada saat ini dalam mature window awal pertengahan (Muchsin et al., 2002).
Lepas pantai cekungan Selatan Jawa Tengah telah dibor oleh Alveolina-1 dan Borelis-1 (Jawa Shell, awal tahun 1970-an) daerah tersebut terletak di lepas pantai selatan Yogyakarta. Pada sumur Alveolina-1 dijumpai reservoir yang sangat baik dari Wonosari karbonat berumur tengah-akhir Miosen. Pada sumur Borelis-1 kehilangan reservoir akibat dari adanya perubahan fasies menjadi serpih. Akibatnya kedua sumur kering karena tidak adanya pengisian Hidro karbon (Bolliger dan Ruiter, 1975).
Gambar 7. Daerah cekungan selatan jawa (after Bolliger dan Ruiter, 1975 )
Gambar 8. Hasil coring yang menunjukkan lithologi cekungan selatan jawa
0 comments:
Posting Komentar