geografi lingkungan

Khoirunnas anfa'uhum linnas

Selasa, 23 Desember 2025

Banjir besar yang melanda Sumatera (Aceh, Sumut, Sumbar) akhir 2025

Banjir besar yang melanda Sumatera (Aceh, Sumut, Sumbar) akhir 2025 disebabkan kombinasi curah hujan ekstrem >300 mm/hari, degradasi lingkungan/deforestasi di hulu, dan sistem drainase buruk, menelan ratusan korban jiwa. Analisis menunjukkan kayu gelondongan terbawa arus, menunjuk pada kerusakan hutan. Bencana ini memerlukan perbaikan tata kelola ruang dan penegakan hukum terhadap perusakan lingkungan. 
Berikut adalah analisis mendalam mengenai situasi banjir di Sumatera:
1. Faktor Penyebab Utama
  • Curah Hujan Ekstrem & Hidrometeorologi: Data meteorologi menunjukkan hujan ekstrem di atas 300 mm per hari, diperparah oleh fenomena iklim, suhu muka laut hangat di Samudra Hindia, dan siklon yang menarik awan.
  • Deforestasi dan Alih Fungsi Lahan: Tingkat kerusakan di hulu yang parah menyebabkan tanah jenuh air dan meningkatkan runoff (limpasan permukaan). Gelondongan kayu yang terbawa arus banjir mengindikasikan adanya penebangan atau kerusakan hutan.
  • Pendangkalan Sungai & Drainase: Banyak sungai mengalami pendangkalan, dan drainase yang tidak memadai di daerah terdampak tidak mampu menampung debit air yang tinggi. 
2. Dampak Bencana (Akhir 2025)
  • Korban Jiwa & Kerusakan: Laporan menunjukkan ratusan jiwa meninggal, ribuan rumah rusak, serta rusaknya fasilitas pendidikan dan jembatan di Aceh, Sumatera Utara, dan Sumatera Barat.
  • Ekonomi & Industri: Banjir melumpuhkan operasional perusahaan, terutama perkebunan sawit di wilayah terdampak, berpotensi menurunkan kinerja emiten sawit pada Q4 2025. 
3. Evaluasi Penanggulangan dan Kebijakan
  • Keterlambatan Penanganan: Solidaritas warga lokal sering kali menjadi respon pertama sebelum bantuan pemerintah masuk, yang menunjukkan perlu penguatan koordinasi antarinstansi.
  • Desakan Penegakan Hukum: Adanya desakan untuk mencabut izin perusahaan yang terbukti melakukan perusakan lingkungan atau pembalakan liar di daerah aliran sungai (DAS).
  • Peringatan Dini: Sistem peringatan dini perlu dioptimalkan agar masyarakat dapat mengungsi lebih awal. 
4. Mitigasi Masa Depan
  • Perbaikan kebijakan pengelolaan sumber daya alam dan tata ruang.
  • Reboisasi dan perbaikan kawasan hulu untuk mengurangi risiko banjir bandang.
  • Evaluasi komprehensif terhadap alih fungsi lahan menjadi perkebunan. 


Kondisi pasca banjir Sumbar. Foto: BNPB


Kondisi bencana banjir dan longsor di Aceh. Foto: Dinas PUPR Aceh

Dampak kerusakan materil yang terjadi, akibat banjir bandang di Kecamatan Malalak, Kabupaten Agam, Sumatera Barat (30/11/25). Foto: BNPB

Nikmat Hujan Menguatkan Iman

Ceramah Salat Jumat Masjid Al Furqon SMA MTA

 Surakarta, 05 Desember    2025

Khatib: Hendrik Boby Hertanto, S.Pd, M.Si, Gr.

Khutbah Pertama:

إِنَّ الْحَمْدَ لِلَّهِ نَحْمَدُهُ وَنَسْتَعِيْنُهُ وَنَسْتَغْفِرُهُ وَنَعُوْذُ بِاللهِ مِنْ شُرُوْرِ أَنْفُسِنَا وَسَيِّئَاتِ أَعْمَالِنَا مَنْ يَهْدِهِ اللهُ فَلَا مُضِلَّ لَهُ وَمَنْ يُضْلِلْ فَلَا هَادِيَ لَهُ وَأَشْهَدُ أَنْ لَا إِلَهَ إِلَّا اللهُ وَحْدَهُ لَا شَرِيْكَ لَهُ وَأَشْهَدُ أَنَّ مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وَرَسُوْلُهُ.

{يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا اتَّقُوا اللَّهَ حَقَّ تُقَاتِهِ وَلَا تَمُوتُنَّ إِلَّا وَأَنْتُمْ مُسْلِمُونَ} ,

{يَا أَيُّهَا النَّاسُ اتَّقُوا رَبَّكُمُ الَّذِي خَلَقَكُمْ مِنْ نَفْسٍ وَاحِدَةٍ وَخَلَقَ مِنْهَا زَوْجَهَا وَبَثَّ مِنْهُمَا رِجَالًا كَثِيرًا وَنِسَاءً وَاتَّقُوا اللَّهَ الَّذِي تَسَاءَلُونَ بِهِ وَالْأَرْحَامَ إِنَّ اللَّهَ كَانَ عَلَيْكُمْ رَقِيبًا}

{يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا اتَّقُوا اللَّهَ وَقُولُوا قَوْلًا سَدِيدًا . يُصْلِحْ لَكُمْ أَعْمَالَكُمْ وَيَغْفِرْ لَكُمْ ذُنُوبَكُمْ وَمَنْ يُطِعِ اللَّهَ وَرَسُولَهُ فَقَدْ فَازَ فَوْزًا عَظِيمًا }

أَمَّا بَعْدُ…

Kaum muslimin rahimakumullah,

Jama’ah shalat jum’ah yang dirahmati Allah SWT


Pertama-tama Saya berpesan untuk diri saya dan untuk para jamaah sekalian agar bertakwa kepada Allah Subhanahu wa Ta’ala. Karena taqwa adalah sebaik-baik bekal menghadap Allah Subhanahu wa Ta’ala.

Kemudian kita bersyukur kepada Allah Subhanahu wa Ta’ala dengan banyak-banyak memujiNya atas segala nikmat dan karunia yang Allah limpahkan kepada kita semua. Teramat banyak nikmat-nikmat yang telah kita terima namun sangat sedikit syukur yang telah kita berikan. Mudah-mudahan Allah Subhanahu wa Ta’ala menggolongkan kita sebagai hamba-hamba yang bersyukur. Walaupun kita menyadari bahwa syukur kita tidak akan mampu untuk menebus semua nikmat yang telah kita terima. Namun Allah berjanji akan menambah nikmat-nikmat itu untuk kita jika kita mensyukurinya.

لَئِن شَكَرْتُمْ لَأَزِيدَنَّكُمْ

Jika kamu bersyukur, maka Aku akan tambah nikmat-nikmatKu untuk kamu.” (QS. Ibrahim[14]: 7)

Dan tentunya hamba yang bersyukur itu sedikit.

Jama’ah, kaum muslimin yang dimuliakan Allah..

Didalam Al-Qur’an, Allah Subhanahu wa Ta’ala berfirman:

يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا اتَّقُوا اللَّـهَ

Wahai orang-orang yang beriman, bertakwalah kamu kepada Allah.”

وَلْتَنظُرْ نَفْسٌ مَّا قَدَّمَتْ لِغَدٍ

Dan hendaklah tiap-tiap orang memperhatikan bekal apa yang akan dibawa untuk hari esoknya.”

وَاتَّقُوا اللَّـهَ ۚ إِنَّ اللَّـهَ خَبِيرٌ بِمَا تَعْمَلُونَ ﴿١٨﴾

Sesungguhnya Allah Maha Mengetahui apa yang kamu kerjakan.” (QS. Al-Hasyr[59]: 18)

Didalam ayat ini Allah Subhanahu wa Ta’ala memerintahkan kita untuk bertaqwa. Dua kali perintah, di awal ayat dan di penghujung ayat. “Bertakwalah kamu kepada Allah”, ini merupakan pesan yang terbaik yang disampaikan oleh seorang muslim kepada muslim lainnya.

اتَّقِ اللَّهَ حَيْثُمَا كُنْتَ وأَتْبِعِ السَّيِّئَةَ الْحسنةَ تَمْحُهَا، وخَالقِ النَّاسَ بخُلُقٍ حَسَنٍ

“Bertakwalah kamu kepada Allah dimanapun kamu berada, dan iringilah keburukan itu dengan kebaikan niscaya akan menghapusnya, dan bergaullah kamu kepada manusia dengan akhlak mulia.” (HR. Tirmidzi). Dalam hadits ini Nabi berpesan kepada umatnya agar bertakwa kepada Allah Subhanahu wa Ta’ala. Maka pesan taqwa ini adalah pesan yang paling banyak kita dapatkan di dalam Al-Qur’an. Diantaranya ayat yang sering kita baca:

يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا اتَّقُوا اللَّهَ حَقَّ تُقَاتِهِ

Wahai orang-orang yang beriman, bertaqwalah kamu kepada Allah dengan sebenar-benar taqwa.” (QS. Ali-Imran[3]: 102).

Jamaah sidang shalat Jumat yang dimuliakan Allah subhanahu wataala

Pada kesempatan yang mulia dan penuh berkah ini, izinkan khatib berwasiat untuk diri khatib dan mengajak para hadirin semua untuk sama-sama meningkatkan kualitas keimanan dan ketakwaan kita dengan menjalankan setiap perintah Allah subhanahu wataala dan menjauhi setiap larangan-Nya

Karena berbekal ketakwaan, seseorang akan mendapatkan predikat manusia yang mulia di hadapan Allah subhanahu wataala.

Karena berbekal ketakwaan, seorang hamba akan lebih dekat dengan Rabbnya.

Dan karena berbekal ketakwaan, segala hajat dan persoalan yang tengah dihadapi, dengan seizin Allah, Allah akan bukakan jalan kemudahan untuk melaluinya.

Maasyiral muslimin jamaah sidang shalat Jumat yang dimuliakan Allah

Akhir-akhir ini kita semua merasakan begitu melimpahnya berkah dari Allah. Langit yang kita bernaung di bawahnya, Allah turunkan darinya hujan, pohon-pohon dan tumbuh-tumbuhan menjadi subur dan berbuah, serta tanah-tanah kita pun menghijau, tetapi di sisi lain saudara saudara kita di Sumatra merasakan musibah karena Air Hujan yang turun.

Tentu ini semua tiada lain merupakan berkah dan rahmat dari Allah Yang Maha Pemurah dan Maha Penyayang.

Jika bukan karena kemurahan dan kasih sayang Allah, kita tidak akan merasakan nikmatnya disirami hujan dan tidak akan menikmati apa yang telah diberikan Allah kepada kita dari nikmat-nikmat-Nya.

Allah subhanahu wataala berfirman, dalam al-Quran Surat al-Waqi’ah ayat 68—69,

أَفَرَأَيْتُمُ الْمَاءَ الَّذِيْ تَشْرَبُوْنَ * أَأَنْتُمْ أَنْزَلْتُمُوْهُ مِنَ الْمُزْنِ أَمْ نَحْنُ الْمُنْزِلُوْنَ

Pernahkah kamu memperhatikan air yang kamu minum? Kamukah yang menurunkannya dari awan ataukah Kami yang menurunkan?”

Maasyiral muslimin, hujan adalah salah satu nikmat terbesar dan nikmat paling mulia yang Allah anugerahkan kepada para hamba-Nya, sehingga Allah memujinya di dalam al-Quran.

Allah subhanahu wataala berfirman, dalam Surat al-Baqarah ayat 21—22,

يَا أَيُّهَا النَّاسُ اعْبُدُوْا رَبَّكُمُ الَّذِيْ خَلَقَكُمْ وَالَّذِيْنَ مِنْ قَبْلِكُمْ لَعَلَّكُمْ تَتَّقُونَ * الَّذِيْ جَعَلَ لَكُمُ الْأَرْضَ فِرَاشًا وَالسَّمَاءَ بِنَاءً وَأَنْزَلَ مِنَ السَّمَاءِ مَاءً فَأَخْرَجَ بِهِ مِنَ الثَّمَرَاتِ رِزْقًا لَكُمْ ۖ فَلَا تَجْعَلُوا لِلَّهِ أَنْدَادًا وَأَنْتُمْ تَعْلَمُوْنَ

Wahai manusia! Sembahlah Rabbmu yang telah menciptakan kamu dan orang-orang yang sebelum kamu, agar kamu bertakwa.

(Dialah) yang menjadikan bumi sebagai hamparan bagimu dan langit sebagai atap, dan Dialah yang menurunkan air (hujan) dari langit, lalu Dia hasilkan dengan (hujan) itu buah-buahan sebagai rezeki untukmu. Karena itu janganlah kamu mengadakan tandingan-tandingan bagi Allah, padahal kamu mengetahui.”

Maasyiral muslimin jamaah sidang shalat Jumat yang dimuliakan Allah subhanahu wataala

Salah satu indikator keagungan nikmat hujan adalah adanya ungkapan yang disebutkan Allah Ta’ala di dalam al-Quran. Allah terkadang menggambarkan air sebagai berkah, terkadang menggambarkannya sebagai sesuatu yang suci, terkadang pula Ia menggambarkannya sebagai penyebab kehidupan, dan seterusnya.

Maka sudah menjadi kewajiban bagi kita untuk selalu mensyukuri nikmat hujan ini, dan menisbatkan pujian hanya kepada-Nya, karena kita semua akhir-akhir ini dihujani dengan rahmat dan kasih sayang Allah.

Tidak hanya itu maasyiral muslimin, terdapat pelajaran dan tanda-tanda besar dalam peristiwa turunnya hujan yang bisa kita jadikan sebagai bahan perenungan, sebagaimana yang telah Allah sebutkan di dalam al-Quran yang mulia.

Di antara pelajaran dan tanda-tanda keagungan tersebut adalah

Pertama, apa yang difirmankan Allah subhanahu wataala di dalam al-Quran, Surat al-A’raf ayat 57,

وَهُوَ الَّذِيْ يُرْسِلُ الرِّيَاحَ بُشْرًا بَيْنَ يَدَيْ رَحْمَتِهِ ۖ حَتَّىٰ إِذَا أَقَلَّتْ سَحَابًا ثِقَالًا سُقْنَاهُ لِبَلَدٍ مَيِّتٍ فَأَنْزَلْنَا بِهِ الْمَاءَ فَأَخْرَجْنَا بِهِ مِنْ كُلِّ الثَّمَرَاتِ ۚ كَذَٰلِكَ نُخْرِجُ الْمَوْتَىٰ لَعَلَّكُمْ تَذَكَّرُوْنَ

Dialah yang meniupkan angin sebagai pembawa kabar gembira, mendahului kedatangan rahmat-Nya (hujan), sehingga apabila angin itu membawa awan mendung, Kami halau ke suatu daerah yang tandus, lalu Kami turunkan hujan di daerah itu. Kemudian Kami tumbuhkan dengan hujan itu berbagai macam buah-buahan. Seperti itulah Kami membangkitkan orang yang telah mati, mudah-mudahan kamu mengambil pelajaran.”

Pelajaran kedua, sebagaimana firman Allah dalam al-Quran Surat ar-Ra’ad ayat 12—13,

هُوَ الَّذِيْ يُرِيْكُمُ الْبَرْقَ خَوْفًا وَطَمَعًا وَيُنْشِئُ السَّحَابَ الثِّقَالَ

وَيُسَبِّحُ الرَّعْدُ بِحَمْدِهِ وَالْمَلَائِكَةُ مِنْ خِيْفَتِهِ وَيُرْسِلُ الصَّوَاعِقَ فَيُصِيْبُ بِهَا مَنْ يَشَاءُ وَهُمْ يُجَادِلُوْنَ فِي اللَّهِ وَهُوَ شَدِيْدُ الْمِحَالِ

Dialah yang memperlihatkan kilat kepadamu, yang menimbulkan ketakutan dan harapan, dan Dia menjadikan mendung.

Dan guruh bertasbih memuji-Nya,(demikian pula) para malaikat karena takut kepada-Nya, dan Allah melepaskan halilintar, lalu menimpakannya kepada siapa yang Dia kehendaki, sementara mereka berbantah-bantahan tentang Allah, dan Dia Mahakeras siksaan-Nya.”

Maasyiral muslimin, kemudian pelajaran yang ketiga, bahwa ketika Allah subhanahu wataala menghidupkan bumi setelah kematiannya, hal tersebut cukup menjadi pelajaran dan contoh akan maha qudrah dan iradah-Nya Allah untuk membangkitkan orang mati pada hari Kiamat kelak.

Karena itu, kita menemukan bahwa Allah sering mengaitkan kebangkitan bumi setelah kematiannya dengan kebangkitan orang mati dari kubur mereka.

Allah subhanahu wataala berfirman, dalam Surat Fushshilat ayat_39,

وَمِنْ آيَاتِهِ أَنَّكَ تَرَى الْأَرْضَ خَاشِعَةً فَإِذَا أَنْزَلْنَا عَلَيْهَا الْمَاءَ اهْتَزَّتْ وَرَبَتْ ۚ إِنَّ الَّذِيْ أَحْيَاهَا لَمُحْيِي الْمَوْتَىٰ ۚ إِنَّهُ عَلَىٰ كُلِّ شَيْءٍ قَدِيْرٌ

Dan sebagian dari tanda-tanda (kebesaran)-Nya, engkau melihat bumi itu kering dan tandus, tetapi apabila Kami turunkan hujan di atasnya, niscaya ia bergerak dan subur. Sesungguhnya (Allah) yang menghidupkannya pasti dapat menghidupkan yang mati; sesungguhnya Dia Mahakuasa atas segala sesuatu.”

Lalu bagaimana Islam menuntun kita dalam menghadapi peristiwa turunnya hujan?

Salah satu tuntunan yang diajarkan baginda Nabi shallallahu alaihi wasallam dalam kaitannya dengan turun hujan adalah, jika hujan begitu banyak dan dikhawatirkan akan membahayakan orang, beliau berdoa dengan doa,

 

Artinya: “Wahai Tuhanku, jadikan ini hujan terpuji kesudahannya dan menjadi aliran air yang bermanfaat.”

Di sisi lain Pagi ini, langit Sumatera tampak kelabu bukan hanya karena awan hujan, tetapi juga oleh duka yang menggumpal di hati jutaan rakyat Indonesia. Dalam sepekan terakhir, tiga provinsi di Pulau Sumatera—Sumatera Utara, Sumatera Barat, dan Aceh—dilanda bencana banjir bandang dan tanah longsor yang menewaskan lebih dari 760 jiwa, meninggalkan 650 orang hilang, serta memaksa ribuan keluarga kehilangan tempat tinggal. Infrastruktur hancur, sekolah dan masjid terendam lumpur, lahan pertanian lenyap disapu arus—dan di balik semua ini, muncul pertanyaan yang menggugah nurani: Apakah ini Musibah dari Allah SWT, atau akibat kelalaian kita sendiri?

“Musibah ini bukan semata-mata azab, melainkan akibat nyata dari kerusakan ekosistem yang kita ciptakan sendiri.” Hutan yang seharusnya menjadi paru-paru bumi dan penahan air hujan, kini gundul akibat penebangan liar, ekspansi perkebunan, dan pertambangan tanpa kendali. Akar pohon yang hilang berarti tanah tak lagi mampu menyerap air—dan ketika hujan deras datang, yang tersisa hanyalah banjir bandang dan longsor yang tak terbendung.

Al-Qur’an Menegaskan: Kerusakan di Darat dan Laut Disebabkan Tangan Manusia Surat Ar-Rum ayat 41,

“Telah tampak kerusakan di darat dan di laut disebabkan karena perbuatan tangan manusia, supaya Allah merasakan kepada mereka sebagian dari (akibat) perbuatan mereka, agar mereka kembali (ke jalan yang benar).”

Ayat ini, dalam Tafsir, tidak menunjuk pada hukuman langsung, melainkan pada hukum sebab-akibat yang Allah tetapkan dalam alam semesta. Ketika manusia merusak keseimbangan alam—melalui deforestasi, polusi, atau eksploitasi sumber daya secara rakus—maka alam pun “melawan” dengan caranya sendiri: banjir, kekeringan, kebakaran hutan, hingga perubahan iklim.

Indonesia: Surga yang Terancam oleh Keserakahan
Indonesia, yang dianugerahi kekayaan alam luar biasa, justru menjadi salah satu negara paling rentan terhadap bencana akibat ulah manusia. Menurut data dari Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB), lebih dari 60% bencana hidrometeorologis—seperti banjir dan longsor—berakar pada degradasi lingkungan.

Di Sumatera, hutan primer terus menyusut akibat ekspansi kelapa sawit dan pertambangan ilegal.
Di Kalimantan, asap kebakaran hutan masih menjadi momok tahunan.
Di Papua, hutan tropis yang menjadi penyangga iklim global, kini terancam oleh eksploitasi ekonomi.
Sementara itu, perubahan iklim global—yang dipercepat oleh emisi karbon dari aktivitas manusia—memperparah intensitas hujan dan kekeringan. Negara-negara kepulauan kecil seperti Fiji, yang telah mencatat kenaikan permukaan laut hingga 6 mm per tahun, menjadi peringatan dini: jika kita terus merusak, bukan hanya pulau-pulau kecil yang tenggelam, tapi juga masa depan generasi mendatang.

Islam Mengajarkan Tanggung Jawab Ekologis  bahwa iman dan takwa bukan hanya soal ibadah ritual, tetapi juga tanggung jawab menjaga bumi. Rasulullah SAW bersabda:

“Jika kiamat hendak tiba, sementara di tanganmu ada bibit kurma, maka tanamlah.” (HR. Ahmad)

Hadis ini menggambarkan betapa pentingnya aksi nyata melestarikan alam, bahkan di saat dunia seolah berakhir. Menjaga lingkungan bukan pilihan, melainkan bagian dari ibadah dan amanah sebagai khalifah di muka bumi.

Umatnya Nabi Muhammad SAW adalah umat yang dirahmati. Dalam Surat Al-Anfal ayat 33, Allah berfirman:

“Dan Allah sekali-kali tidak akan mengazab mereka, selama engkau (Muhammad) berada di tengah mereka. Dan Allah tidak akan mengazab mereka selama mereka memohon ampun.”

Artinya, selama masih ada orang yang berdoa, beristigfar, dan berusaha memperbaiki diri—termasuk memperbaiki hubungan dengan alam—maka rahmat Allah masih mengalir.

Demikian materi khutbah Jumat dengan tema nikmat hujan menguatkan iman yang khatib sampaikan.

Semoga apa yang kita hadapi dari peristiwa alam, baik turunnya hujan, panasnya terik matahari di siang hari, atau dinginnya udara di musim penghujan, dan segala hal yang kita sadari hadir di sekitar kita, semua itu menjadikan diri kita semakin bersyukur dan semakin menguatkan keyakinan kita akan qudrah dan iradah-Nya Allah subhanahu wata’ala. Sehingga dengannya, iman dan takwa kita semakin meningkat.

 

 

أَقُوْلُ قَوْلِيْ هٰذَا وَأَسْتَغْفِرُ اللهَ لِيْ وَلَكُمْ، فَاسْتَغْفِرُوْهُ، إِنَّهُ هُوَ الْغَفُوْرُ الرَّحِيْمُ

KHUTBAH KEDUA

 

KHUTBAH KEDUA

 

الْحَمْدُ لِلَّهِ الَّذِي أَرْسَلَ رَسُولَهُ بِالْهُدَى وَدِينِ الْحَقِّ لِيُظْهِرَهُ عَلَى الدِّينِ كُلِّهِ وَلَوْ كَرِهَ الْمُشْرِكُونَ
أَشْهَدُ أنْ لا إلَهَ إلا اللهُ وَحْدَهُ لا شَرِيكَ لَهُ، وأشهدُ أنَّ مُحَمَّدًا عبْدُه ورَسُولُه.
{ يَاأَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا اتَّقُوا اللَّهَ حَقَّ تُقَاتِهِ وَلا تَمُوتُنَّ إِلا وَأَنْتُمْ مُسْلِمُونَ } [آل عمران: 102]
{ يَاأَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا اتَّقُوا اللَّهَ وَقُولُوا قَوْلا سَدِيدًا * يُصْلِحْ لَكُمْ أَعْمَالَكُمْ وَيَغْفِرْ لَكُمْ ذُنُوبَكُمْ وَمَنْ يُطِعِ اللَّهَ وَرَسُولَهُ فَقَدْ فَازَ فَوْزًا عَظِيمًا } [الأحزاب
: 70، 71].

Ma’asyiral muslimin rahimakumullah,
Marilah kita renungkan hadits Rasulullah 
shallallahu ‘alaihi wasallam:

 

مَنْ مَاتَ وَلَمْ يَغْزُ, وَلَمْ يُحَدِّثْ نَفْسَهُ بِهِ, مَاتَ عَلَى شُعْبَةٍ مِنْ نِفَاقٍ

Barangsiapa yang mati, sedangkan ia belum pernah berperang (memperjuangkan agama Allah) dan belum pernah berniat untuk berperang ((memperjuangkan agama Allah), ia mati di atas cabang kemunafikan. (HR. Muslim)

Semoga Allah memberikan hidayah kepada kita untuk memperjuangkan Islam, dan istiqamah di atas jalan itu sampai akhir hidup kita dalam husnul khatimah.

إِنَّ اللَّهَ وَمَلائِكَتَهُ يُصَلُّونَ عَلَى النَّبِيِّ يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا صَلُّوا عَلَيْهِ وَسَلِّمُوا تَسْلِيمًا
اللَّهُمَّ صَلِّى عَلَى مُحَمَّدٍ النَّبِىِّ الأُمِّىِّ وَعَلَى آلِ مُحَمَّدٍ كَمَا صَلَّيْتَ عَلَى إِبْرَاهِيمَ وَآلِ إِبْرَاهِيمَ وَبَارِكْ عَلَى مُحَمَّدٍ النَّبِىِّ الأُمِّىِّ كَمَا بَارَكْتَ عَلَى إِبْرَاهِيمَ وَعَلَى آلِ إِبْرَاهِيمَ إِنَّكَ حَمِيدٌ مَجِيدٌ
رَبَّنَا اغْفِرْ لَنَا ذُنُوبَنَا وَإِسْرَافَنَا فِي أَمْرِنَا وَثَبِّتْ أَقْدَامَنَا وَانْصُرْنَا عَلَى الْقَوْمِ الْكَافِرِين
َ

رَبَّنَا لاَ تُؤَاخِذْنَآإِن نَّسِينَآ أَوْ أَخْطَأْنَا رَبَّنَا وَلاَ تَحْمِلْ عَلَيْنَآإِصْرًا كَمَا حَمَلْتَهُ عَلَى الَّذِينَ مِن قَبْلِنَا رَبَّنَا وَلاَ تُحَمِّلْنَا مَالاَطَاقَةَ لَنَا بِهِ وَاعْفُ عَنَّا وَاغْفِرْ لَنَا وَارْحَمْنَآ أَنتَ مَوْلاَنَا فَانصُرْنَا عَلَى الْقَوْمِ الْكَافِرِينَ

 

رَبَّنَا هَبْ لَنَا مِنْ أَزْوَاجِنَا وَذُرِّيَّاتِنَا قُرَّةَ أَعْيُنٍ وَاجْعَلْنَا لِلْمُتَّقِينَ إِمَامًا
رَبَّنَا آتِنَا فِي الدُّنْيَا حَسَنَةً وَفِي الآخِرَةِ حَسَنَةً وَقِنَا عَذَابَ النَّار
ِ

 

 

 

Dialah yang meniupkan angin (sebagai) pembawa kabar gembira dekat sebelum kedatangan rahmat-nya (hujan); dan Kami turunkan dari langit air yang amat bersih,

وَهُوَ الَّذِي أَرْسَلَ الرِّيَاحَ بُشْرًا بَيْنَ يَدَيْ رَحْمَتِهِ وَأَنْزَلْنَا مِنَ السَّمَاءِ مَاءً طَهُورًا

48

agar Kami menghidupkan dengan air itu negeri (tanah) yang mati, dan agar Kami memberi minum dengan air itu sebagian besar dari makhluk Kami, binatang-binatang ternak dan manusia yang banyak.

لِنُحْيِيَ بِهِ بَلْدَةً مَيْتًا وَنُسْقِيَهُ مِمَّا خَلَقْنَا أَنْعَامًا وَأَنَاسِيَّ كَثِيرًا

49

Dan sesungguhnya Kami telah mempergilirkan hujan itu di antara manusia supaya mereka mengambil pelajaran (daripadanya); maka kebanyakan manusia itu tidak mau kecuali mengingkari (nikmat).

 

0 comments:

Posting Komentar