- Curah Hujan Ekstrem & Hidrometeorologi: Data meteorologi menunjukkan hujan ekstrem di atas 300 mm per hari, diperparah oleh fenomena iklim, suhu muka laut hangat di Samudra Hindia, dan siklon yang menarik awan.
- Deforestasi dan Alih Fungsi Lahan: Tingkat kerusakan di hulu yang parah menyebabkan tanah jenuh air dan meningkatkan runoff (limpasan permukaan). Gelondongan kayu yang terbawa arus banjir mengindikasikan adanya penebangan atau kerusakan hutan.
- Pendangkalan Sungai & Drainase: Banyak sungai mengalami pendangkalan, dan drainase yang tidak memadai di daerah terdampak tidak mampu menampung debit air yang tinggi.
- Korban Jiwa & Kerusakan: Laporan menunjukkan ratusan jiwa meninggal, ribuan rumah rusak, serta rusaknya fasilitas pendidikan dan jembatan di Aceh, Sumatera Utara, dan Sumatera Barat.
- Ekonomi & Industri: Banjir melumpuhkan operasional perusahaan, terutama perkebunan sawit di wilayah terdampak, berpotensi menurunkan kinerja emiten sawit pada Q4 2025.
- Keterlambatan Penanganan: Solidaritas warga lokal sering kali menjadi respon pertama sebelum bantuan pemerintah masuk, yang menunjukkan perlu penguatan koordinasi antarinstansi.
- Desakan Penegakan Hukum: Adanya desakan untuk mencabut izin perusahaan yang terbukti melakukan perusakan lingkungan atau pembalakan liar di daerah aliran sungai (DAS).
- Peringatan Dini: Sistem peringatan dini perlu dioptimalkan agar masyarakat dapat mengungsi lebih awal.
- Perbaikan kebijakan pengelolaan sumber daya alam dan tata ruang.
- Reboisasi dan perbaikan kawasan hulu untuk mengurangi risiko banjir bandang.
- Evaluasi komprehensif terhadap alih fungsi lahan menjadi perkebunan.



Nikmat Hujan Menguatkan Iman
Ceramah Salat Jumat Masjid Al
Furqon SMA MTA
Surakarta, 05 Desember 2025
Khatib: Hendrik Boby Hertanto,
S.Pd, M.Si, Gr.
Khutbah Pertama:
إِنَّ الْحَمْدَ
لِلَّهِ نَحْمَدُهُ وَنَسْتَعِيْنُهُ وَنَسْتَغْفِرُهُ وَنَعُوْذُ بِاللهِ مِنْ
شُرُوْرِ أَنْفُسِنَا وَسَيِّئَاتِ أَعْمَالِنَا مَنْ يَهْدِهِ اللهُ فَلَا
مُضِلَّ لَهُ وَمَنْ يُضْلِلْ فَلَا هَادِيَ لَهُ وَأَشْهَدُ أَنْ لَا إِلَهَ
إِلَّا اللهُ وَحْدَهُ لَا شَرِيْكَ لَهُ وَأَشْهَدُ أَنَّ مُحَمَّدًا عَبْدُهُ
وَرَسُوْلُهُ.
{يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا
اتَّقُوا اللَّهَ حَقَّ تُقَاتِهِ وَلَا تَمُوتُنَّ إِلَّا وَأَنْتُمْ
مُسْلِمُونَ} ,
{يَا أَيُّهَا النَّاسُ اتَّقُوا
رَبَّكُمُ الَّذِي خَلَقَكُمْ مِنْ نَفْسٍ وَاحِدَةٍ وَخَلَقَ مِنْهَا زَوْجَهَا
وَبَثَّ مِنْهُمَا رِجَالًا كَثِيرًا وَنِسَاءً وَاتَّقُوا اللَّهَ الَّذِي
تَسَاءَلُونَ بِهِ وَالْأَرْحَامَ إِنَّ اللَّهَ كَانَ عَلَيْكُمْ رَقِيبًا}
{يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا
اتَّقُوا اللَّهَ وَقُولُوا قَوْلًا سَدِيدًا . يُصْلِحْ لَكُمْ أَعْمَالَكُمْ
وَيَغْفِرْ لَكُمْ ذُنُوبَكُمْ وَمَنْ يُطِعِ اللَّهَ وَرَسُولَهُ فَقَدْ فَازَ
فَوْزًا عَظِيمًا }
أَمَّا بَعْدُ…
Kaum
muslimin rahimakumullah,
Jama’ah shalat jum’ah yang
dirahmati Allah SWT
Pertama-tama Saya berpesan untuk diri saya dan untuk para jamaah sekalian agar
bertakwa kepada Allah Subhanahu wa Ta’ala. Karena taqwa adalah sebaik-baik
bekal menghadap Allah Subhanahu wa Ta’ala.
Kemudian kita bersyukur
kepada Allah Subhanahu wa Ta’ala dengan banyak-banyak memujiNya atas segala
nikmat dan karunia yang Allah limpahkan kepada kita semua. Teramat banyak
nikmat-nikmat yang telah kita terima namun sangat sedikit syukur yang telah
kita berikan. Mudah-mudahan Allah Subhanahu wa Ta’ala menggolongkan kita
sebagai hamba-hamba yang bersyukur. Walaupun kita menyadari bahwa syukur kita tidak akan mampu
untuk menebus semua nikmat yang telah kita terima. Namun Allah berjanji akan
menambah nikmat-nikmat itu untuk kita jika kita mensyukurinya.
لَئِن
شَكَرْتُمْ لَأَزِيدَنَّكُمْ
“Jika kamu bersyukur, maka Aku akan tambah
nikmat-nikmatKu untuk kamu.” (QS. Ibrahim[14]: 7)
Dan
tentunya hamba yang bersyukur itu sedikit.
Jama’ah,
kaum muslimin yang dimuliakan Allah..
Didalam
Al-Qur’an, Allah Subhanahu wa Ta’ala berfirman:
يَا
أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا اتَّقُوا اللَّـهَ
“Wahai
orang-orang yang beriman, bertakwalah kamu kepada Allah.”
وَلْتَنظُرْ
نَفْسٌ مَّا قَدَّمَتْ لِغَدٍ
“Dan hendaklah tiap-tiap orang memperhatikan
bekal apa yang akan dibawa untuk hari esoknya.”
وَاتَّقُوا
اللَّـهَ ۚ إِنَّ اللَّـهَ خَبِيرٌ بِمَا تَعْمَلُونَ ﴿١٨﴾
“Sesungguhnya
Allah Maha Mengetahui apa yang kamu kerjakan.” (QS. Al-Hasyr[59]:
18)
Didalam ayat ini Allah Subhanahu wa Ta’ala memerintahkan kita
untuk bertaqwa. Dua kali perintah, di awal ayat dan di penghujung ayat.
“Bertakwalah kamu kepada Allah”, ini merupakan pesan yang terbaik yang
disampaikan oleh seorang muslim kepada muslim lainnya.
اتَّقِ
اللَّهَ حَيْثُمَا كُنْتَ وأَتْبِعِ السَّيِّئَةَ الْحسنةَ تَمْحُهَا، وخَالقِ
النَّاسَ بخُلُقٍ حَسَنٍ
“Bertakwalah kamu kepada Allah dimanapun kamu berada, dan
iringilah keburukan itu dengan kebaikan niscaya akan menghapusnya, dan
bergaullah kamu kepada manusia dengan akhlak mulia.” (HR. Tirmidzi). Dalam hadits ini Nabi berpesan kepada umatnya
agar bertakwa kepada Allah Subhanahu wa Ta’ala. Maka pesan taqwa ini adalah
pesan yang paling banyak kita dapatkan di dalam Al-Qur’an. Diantaranya ayat
yang sering kita baca:
يَا
أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا اتَّقُوا اللَّهَ حَقَّ تُقَاتِهِ
“Wahai
orang-orang yang beriman, bertaqwalah kamu kepada Allah dengan sebenar-benar
taqwa.” (QS. Ali-Imran[3]: 102).
Jamaah sidang shalat Jumat yang dimuliakan Allah subhanahu wata’ala
Pada kesempatan yang mulia dan penuh berkah ini, izinkan khatib berwasiat
untuk diri khatib dan mengajak para hadirin semua untuk sama-sama meningkatkan
kualitas keimanan dan ketakwaan kita dengan menjalankan setiap perintah
Allah subhanahu wata’ala dan menjauhi setiap
larangan-Nya
Karena berbekal ketakwaan, seseorang akan mendapatkan predikat manusia
yang mulia di hadapan Allah subhanahu
wata’ala.
Karena berbekal ketakwaan, seorang hamba akan lebih dekat dengan Rabbnya.
Dan karena berbekal ketakwaan, segala hajat dan persoalan yang tengah
dihadapi, dengan seizin Allah, Allah akan bukakan jalan kemudahan untuk
melaluinya.
Ma’asyiral muslimin jamaah sidang shalat Jumat yang dimuliakan Allah
Akhir-akhir ini kita semua merasakan begitu melimpahnya berkah dari Allah.
Langit yang kita bernaung di bawahnya, Allah turunkan darinya hujan, pohon-pohon
dan tumbuh-tumbuhan menjadi subur dan berbuah, serta tanah-tanah kita pun
menghijau, tetapi di sisi lain saudara saudara kita di Sumatra
merasakan musibah karena Air Hujan yang turun.
Tentu ini semua tiada lain merupakan berkah dan rahmat dari Allah Yang
Maha Pemurah dan Maha Penyayang.
Jika bukan karena kemurahan dan kasih sayang Allah, kita tidak akan
merasakan nikmatnya disirami hujan dan tidak akan menikmati apa yang telah diberikan
Allah kepada kita dari nikmat-nikmat-Nya.
Allah subhanahu wata’ala berfirman, dalam al-Quran
Surat al-Waqi’ah ayat 68—69,
أَفَرَأَيْتُمُ
الْمَاءَ الَّذِيْ تَشْرَبُوْنَ * أَأَنْتُمْ أَنْزَلْتُمُوْهُ مِنَ الْمُزْنِ
أَمْ نَحْنُ الْمُنْزِلُوْنَ
“Pernahkah kamu memperhatikan
air yang kamu minum? Kamukah
yang menurunkannya dari awan ataukah Kami yang menurunkan?”
Ma’asyiral
muslimin, hujan adalah salah satu nikmat terbesar dan nikmat paling
mulia yang Allah anugerahkan kepada para hamba-Nya, sehingga Allah memujinya di
dalam al-Quran.
Allah subhanahu wata’ala berfirman, dalam Surat
al-Baqarah ayat 21—22,
يَا
أَيُّهَا النَّاسُ اعْبُدُوْا رَبَّكُمُ الَّذِيْ خَلَقَكُمْ وَالَّذِيْنَ مِنْ
قَبْلِكُمْ لَعَلَّكُمْ تَتَّقُونَ * الَّذِيْ جَعَلَ لَكُمُ الْأَرْضَ فِرَاشًا
وَالسَّمَاءَ بِنَاءً وَأَنْزَلَ مِنَ السَّمَاءِ مَاءً فَأَخْرَجَ بِهِ مِنَ
الثَّمَرَاتِ رِزْقًا لَكُمْ ۖ فَلَا تَجْعَلُوا لِلَّهِ أَنْدَادًا وَأَنْتُمْ
تَعْلَمُوْنَ
“Wahai manusia! Sembahlah Rabbmu yang telah menciptakan
kamu dan orang-orang yang sebelum kamu, agar kamu bertakwa.
(Dialah) yang menjadikan bumi sebagai hamparan bagimu dan langit
sebagai atap, dan
Dialah yang menurunkan air (hujan) dari langit, lalu Dia hasilkan dengan (hujan) itu buah-buahan sebagai rezeki untukmu. Karena itu janganlah kamu mengadakan
tandingan-tandingan bagi Allah, padahal
kamu mengetahui.”
Ma’asyiral muslimin jamaah sidang shalat Jumat yang dimuliakan Allah
subhanahu wata’ala
Salah satu indikator keagungan nikmat hujan adalah adanya ungkapan yang
disebutkan Allah Ta’ala di dalam al-Quran. Allah terkadang menggambarkan air
sebagai berkah, terkadang menggambarkannya sebagai sesuatu yang suci, terkadang
pula Ia menggambarkannya sebagai penyebab kehidupan, dan seterusnya.
Maka sudah menjadi kewajiban bagi kita untuk selalu mensyukuri nikmat
hujan ini, dan menisbatkan pujian hanya kepada-Nya, karena kita semua
akhir-akhir ini dihujani dengan rahmat dan kasih sayang Allah.
Tidak hanya itu ma’asyiral muslimin, terdapat
pelajaran dan tanda-tanda besar dalam peristiwa turunnya hujan yang bisa kita
jadikan sebagai bahan perenungan, sebagaimana yang telah Allah sebutkan di
dalam al-Quran yang mulia.
Di antara pelajaran dan tanda-tanda keagungan tersebut adalah
Pertama, apa yang
difirmankan Allah subhanahu
wata’ala di
dalam al-Quran, Surat
al-A’raf ayat 57,
وَهُوَ
الَّذِيْ يُرْسِلُ الرِّيَاحَ بُشْرًا بَيْنَ يَدَيْ رَحْمَتِهِ ۖ حَتَّىٰ إِذَا
أَقَلَّتْ سَحَابًا ثِقَالًا سُقْنَاهُ لِبَلَدٍ مَيِّتٍ فَأَنْزَلْنَا بِهِ
الْمَاءَ فَأَخْرَجْنَا بِهِ مِنْ كُلِّ الثَّمَرَاتِ ۚ كَذَٰلِكَ نُخْرِجُ
الْمَوْتَىٰ لَعَلَّكُمْ تَذَكَّرُوْنَ
“Dialah yang meniupkan angin
sebagai pembawa kabar gembira, mendahului
kedatangan rahmat-Nya (hujan), sehingga apabila angin itu membawa awan
mendung, Kami
halau ke suatu daerah yang tandus, lalu Kami turunkan hujan di daerah itu. Kemudian Kami tumbuhkan dengan hujan itu
berbagai macam buah-buahan. Seperti
itulah Kami membangkitkan orang yang telah mati, mudah-mudahan kamu mengambil pelajaran.”
Pelajaran kedua,
sebagaimana firman Allah dalam al-Quran
Surat ar-Ra’ad ayat 12—13,
هُوَ
الَّذِيْ يُرِيْكُمُ الْبَرْقَ خَوْفًا وَطَمَعًا وَيُنْشِئُ السَّحَابَ
الثِّقَالَ
وَيُسَبِّحُ
الرَّعْدُ بِحَمْدِهِ وَالْمَلَائِكَةُ مِنْ خِيْفَتِهِ وَيُرْسِلُ الصَّوَاعِقَ
فَيُصِيْبُ بِهَا مَنْ يَشَاءُ وَهُمْ يُجَادِلُوْنَ فِي اللَّهِ وَهُوَ شَدِيْدُ
الْمِحَالِ
“Dialah yang memperlihatkan kilat kepadamu, yang menimbulkan ketakutan dan harapan, dan Dia menjadikan mendung.
Dan guruh bertasbih memuji-Nya,(demikian pula) para malaikat karena takut kepada-Nya, dan Allah melepaskan halilintar, lalu menimpakannya kepada siapa yang Dia
kehendaki, sementara
mereka berbantah-bantahan tentang Allah, dan Dia Mahakeras siksaan-Nya.”
Ma’asyiral
muslimin, kemudian pelajaran
yang ketiga, bahwa ketika Allah subhanahu wata’ala menghidupkan bumi setelah
kematiannya, hal tersebut cukup menjadi pelajaran dan contoh akan maha qudrah
dan iradah-Nya Allah untuk membangkitkan orang mati pada hari Kiamat kelak.
Karena itu, kita menemukan bahwa Allah sering mengaitkan kebangkitan bumi
setelah kematiannya dengan kebangkitan orang mati dari kubur mereka.
Allah subhanahu wata’ala berfirman, dalam Surat
Fushshilat ayat_39,
وَمِنْ
آيَاتِهِ أَنَّكَ تَرَى الْأَرْضَ خَاشِعَةً فَإِذَا أَنْزَلْنَا عَلَيْهَا
الْمَاءَ اهْتَزَّتْ وَرَبَتْ ۚ إِنَّ الَّذِيْ أَحْيَاهَا لَمُحْيِي الْمَوْتَىٰ
ۚ إِنَّهُ عَلَىٰ كُلِّ شَيْءٍ قَدِيْرٌ
“Dan sebagian dari
tanda-tanda (kebesaran)-Nya, engkau melihat bumi itu kering dan tandus, tetapi apabila Kami turunkan hujan di atasnya, niscaya ia bergerak dan subur. Sesungguhnya (Allah) yang menghidupkannya pasti dapat menghidupkan yang mati; sesungguhnya Dia Mahakuasa atas segala
sesuatu.”
Lalu bagaimana Islam menuntun kita dalam menghadapi peristiwa turunnya
hujan?
Salah satu tuntunan yang diajarkan baginda Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam dalam
kaitannya dengan turun hujan adalah, jika hujan begitu banyak dan dikhawatirkan
akan membahayakan orang, beliau berdoa dengan doa,
Artinya:
“Wahai Tuhanku, jadikan ini hujan terpuji kesudahannya dan menjadi aliran air
yang bermanfaat.”
Di sisi lain Pagi ini, langit Sumatera tampak kelabu bukan
hanya karena awan hujan, tetapi juga oleh duka yang menggumpal di hati jutaan
rakyat Indonesia. Dalam sepekan terakhir, tiga provinsi di Pulau
Sumatera—Sumatera Utara, Sumatera Barat, dan Aceh—dilanda bencana banjir
bandang dan tanah longsor yang menewaskan lebih dari 760 jiwa, meninggalkan 650
orang hilang, serta memaksa ribuan keluarga kehilangan tempat tinggal.
Infrastruktur hancur, sekolah dan masjid terendam lumpur, lahan pertanian
lenyap disapu arus—dan di balik semua ini, muncul pertanyaan yang menggugah
nurani: Apakah ini Musibah dari Allah SWT, atau akibat kelalaian kita sendiri?
“Musibah ini bukan
semata-mata azab, melainkan akibat nyata dari kerusakan ekosistem yang kita
ciptakan sendiri.” Hutan yang seharusnya menjadi paru-paru bumi dan penahan air
hujan, kini gundul akibat penebangan liar, ekspansi perkebunan, dan
pertambangan tanpa kendali. Akar pohon yang hilang berarti tanah tak lagi mampu
menyerap air—dan ketika hujan deras datang, yang tersisa hanyalah banjir
bandang dan longsor yang tak terbendung.
Al-Qur’an Menegaskan: Kerusakan di Darat
dan Laut Disebabkan Tangan Manusia Surat Ar-Rum ayat 41,
“Telah tampak kerusakan di darat dan di
laut disebabkan karena perbuatan tangan manusia, supaya Allah merasakan kepada
mereka sebagian dari (akibat) perbuatan mereka, agar mereka kembali (ke jalan
yang benar).”
Ayat ini, dalam Tafsir, tidak menunjuk
pada hukuman langsung, melainkan pada hukum sebab-akibat yang Allah tetapkan
dalam alam semesta. Ketika manusia merusak keseimbangan alam—melalui
deforestasi, polusi, atau eksploitasi sumber daya secara rakus—maka alam pun
“melawan” dengan caranya sendiri: banjir, kekeringan, kebakaran hutan, hingga
perubahan iklim.
Indonesia: Surga yang Terancam oleh
Keserakahan
Indonesia, yang dianugerahi kekayaan alam luar biasa, justru menjadi salah satu
negara paling rentan terhadap bencana akibat ulah manusia. Menurut data dari
Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB), lebih dari 60% bencana
hidrometeorologis—seperti banjir dan longsor—berakar pada degradasi lingkungan.
Di Sumatera, hutan primer terus menyusut
akibat ekspansi kelapa sawit dan pertambangan ilegal.
Di Kalimantan, asap kebakaran hutan masih menjadi momok tahunan.
Di Papua, hutan tropis yang menjadi penyangga iklim global, kini terancam oleh
eksploitasi ekonomi.
Sementara itu, perubahan iklim global—yang dipercepat oleh emisi karbon dari
aktivitas manusia—memperparah intensitas hujan dan kekeringan. Negara-negara
kepulauan kecil seperti Fiji, yang telah mencatat kenaikan permukaan laut
hingga 6 mm per tahun, menjadi peringatan dini: jika kita terus merusak, bukan
hanya pulau-pulau kecil yang tenggelam, tapi juga masa depan generasi
mendatang.
Islam Mengajarkan Tanggung Jawab
Ekologis bahwa iman dan takwa bukan
hanya soal ibadah ritual, tetapi juga tanggung jawab menjaga bumi. Rasulullah
SAW bersabda:
“Jika kiamat hendak tiba, sementara di
tanganmu ada bibit kurma, maka tanamlah.” (HR. Ahmad)
Hadis ini menggambarkan betapa
pentingnya aksi nyata melestarikan alam, bahkan di saat dunia seolah berakhir.
Menjaga lingkungan bukan pilihan, melainkan bagian dari ibadah dan amanah
sebagai khalifah di muka bumi.
Umatnya
Nabi Muhammad SAW adalah umat yang
dirahmati. Dalam Surat Al-Anfal ayat 33, Allah berfirman:
“Dan Allah sekali-kali tidak akan
mengazab mereka, selama engkau (Muhammad) berada di tengah mereka. Dan Allah
tidak akan mengazab mereka selama mereka memohon ampun.”
Artinya, selama masih ada orang yang
berdoa, beristigfar, dan berusaha memperbaiki diri—termasuk memperbaiki
hubungan dengan alam—maka rahmat Allah masih mengalir.
Demikian materi khutbah Jumat dengan
tema nikmat hujan menguatkan iman yang khatib sampaikan.
Semoga apa yang kita hadapi dari peristiwa alam, baik turunnya hujan,
panasnya terik matahari di siang hari, atau dinginnya udara di musim penghujan,
dan segala hal yang kita sadari hadir di sekitar kita, semua itu menjadikan
diri kita semakin bersyukur dan semakin menguatkan keyakinan kita akan qudrah
dan iradah-Nya Allah subhanahu
wata’ala. Sehingga dengannya, iman dan takwa kita semakin
meningkat.
أَقُوْلُ
قَوْلِيْ هٰذَا وَأَسْتَغْفِرُ اللهَ لِيْ وَلَكُمْ، فَاسْتَغْفِرُوْهُ، إِنَّهُ
هُوَ الْغَفُوْرُ الرَّحِيْمُ
KHUTBAH KEDUA
KHUTBAH
KEDUA
الْحَمْدُ لِلَّهِ الَّذِي
أَرْسَلَ رَسُولَهُ بِالْهُدَى وَدِينِ الْحَقِّ لِيُظْهِرَهُ عَلَى الدِّينِ
كُلِّهِ وَلَوْ كَرِهَ الْمُشْرِكُونَ
أَشْهَدُ أنْ لا إلَهَ إلا اللهُ وَحْدَهُ لا شَرِيكَ لَهُ، وأشهدُ أنَّ
مُحَمَّدًا عبْدُه ورَسُولُه.
{ يَاأَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا اتَّقُوا اللَّهَ حَقَّ تُقَاتِهِ وَلا
تَمُوتُنَّ إِلا وَأَنْتُمْ مُسْلِمُونَ } [آل عمران: 102]
{ يَاأَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا اتَّقُوا اللَّهَ وَقُولُوا قَوْلا سَدِيدًا *
يُصْلِحْ لَكُمْ أَعْمَالَكُمْ وَيَغْفِرْ لَكُمْ ذُنُوبَكُمْ وَمَنْ يُطِعِ
اللَّهَ وَرَسُولَهُ فَقَدْ فَازَ فَوْزًا عَظِيمًا } [الأحزاب: 70، 71].
Ma’asyiral
muslimin rahimakumullah,
Marilah kita renungkan hadits Rasulullah shallallahu
‘alaihi wasallam:
مَنْ مَاتَ وَلَمْ يَغْزُ, وَلَمْ
يُحَدِّثْ نَفْسَهُ بِهِ, مَاتَ عَلَى شُعْبَةٍ مِنْ نِفَاقٍ
Barangsiapa
yang mati, sedangkan ia belum pernah berperang (memperjuangkan agama Allah) dan
belum pernah berniat untuk berperang ((memperjuangkan agama Allah), ia mati di
atas cabang kemunafikan. (HR. Muslim)
Semoga Allah
memberikan hidayah kepada kita untuk memperjuangkan Islam, dan istiqamah di
atas jalan itu sampai akhir hidup kita dalam husnul khatimah.
إِنَّ اللَّهَ وَمَلائِكَتَهُ
يُصَلُّونَ عَلَى النَّبِيِّ يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا صَلُّوا عَلَيْهِ وَسَلِّمُوا
تَسْلِيمًا
اللَّهُمَّ صَلِّى عَلَى مُحَمَّدٍ النَّبِىِّ الأُمِّىِّ وَعَلَى آلِ مُحَمَّدٍ
كَمَا صَلَّيْتَ عَلَى إِبْرَاهِيمَ وَآلِ إِبْرَاهِيمَ وَبَارِكْ عَلَى مُحَمَّدٍ
النَّبِىِّ الأُمِّىِّ كَمَا بَارَكْتَ عَلَى إِبْرَاهِيمَ وَعَلَى آلِ إِبْرَاهِيمَ
إِنَّكَ حَمِيدٌ مَجِيدٌ
رَبَّنَا اغْفِرْ لَنَا ذُنُوبَنَا وَإِسْرَافَنَا فِي أَمْرِنَا وَثَبِّتْ
أَقْدَامَنَا وَانْصُرْنَا عَلَى الْقَوْمِ الْكَافِرِينَ
رَبَّنَا لاَ تُؤَاخِذْنَآإِن نَّسِينَآ
أَوْ أَخْطَأْنَا رَبَّنَا وَلاَ تَحْمِلْ عَلَيْنَآإِصْرًا كَمَا حَمَلْتَهُ
عَلَى الَّذِينَ مِن قَبْلِنَا رَبَّنَا وَلاَ تُحَمِّلْنَا مَالاَطَاقَةَ لَنَا
بِهِ وَاعْفُ عَنَّا وَاغْفِرْ لَنَا وَارْحَمْنَآ أَنتَ مَوْلاَنَا فَانصُرْنَا
عَلَى الْقَوْمِ الْكَافِرِينَ
رَبَّنَا هَبْ لَنَا مِنْ
أَزْوَاجِنَا وَذُرِّيَّاتِنَا قُرَّةَ أَعْيُنٍ وَاجْعَلْنَا لِلْمُتَّقِينَ
إِمَامًا
رَبَّنَا آتِنَا فِي الدُّنْيَا حَسَنَةً وَفِي الآخِرَةِ حَسَنَةً وَقِنَا
عَذَابَ النَّارِ
|
Dialah yang meniupkan
angin (sebagai) pembawa kabar gembira dekat sebelum kedatangan rahmat-nya
(hujan); dan Kami turunkan dari langit air yang amat bersih, |
وَهُوَ الَّذِي أَرْسَلَ الرِّيَاحَ بُشْرًا بَيْنَ يَدَيْ
رَحْمَتِهِ وَأَنْزَلْنَا مِنَ السَّمَاءِ مَاءً طَهُورًا |
48 |
|
agar Kami menghidupkan
dengan air itu negeri (tanah) yang mati, dan agar Kami memberi minum dengan
air itu sebagian besar dari makhluk Kami, binatang-binatang ternak dan
manusia yang banyak. |
لِنُحْيِيَ بِهِ بَلْدَةً مَيْتًا وَنُسْقِيَهُ مِمَّا خَلَقْنَا
أَنْعَامًا وَأَنَاسِيَّ كَثِيرًا |
49 |
|
Dan sesungguhnya Kami
telah mempergilirkan hujan itu di antara manusia supaya mereka mengambil
pelajaran (daripadanya); maka kebanyakan manusia itu tidak mau kecuali
mengingkari (nikmat). |


0 comments:
Posting Komentar