Partisipasi masyarakat dalam upaya pengurangan resiko bencana dapat
diwujudkan dengan program dan sikap ekologinya dalam program penanggulangan
bencana berbasis masyarakat. Program ini dipahami sebagai upaya meningkatkan
kapasitas masyarakat atau mengurangi kerentanan masyarakat dalam menghadapi
bencana perubahan iklim. Partisipasi masyarakat tentang sikap ekologisnya dalam
upaya pengurangan risiko bencana merupakan sebuah pendekatan penanggulangan yang
berbasis pada komunitas lokal. Pendekatan ini pada dasarnya mensyaratkan adanya
sikap politik yang memberikan keberpihakan pada masyarakat dengan kearifan
lokal (local wisdom) dan pengetahuan
tradisional (tradisional knowlegde) di
garda terdepan. Dalam prakteknya pendekatan ini mengakomodasi potensi dan modal
sosial yang ada di masyarakat sebagai sumberdaya dalam melaksanakan
penanggulangan bencana. Makalah ini bertujuan mengetahui tingkat partisipasi
ekologi masyarakat sekitar perkebunan kopi PT. Nusantara IX di Desa Puntukrejo
Kecamatan Ngargoyoso Kabupaten Karanganyar. Penelitian yang mendukung makalah
ini menggunakan metode deskriptif kualitatif. Teknik analisis data yang
digunakan adalah analisis deskriptif dengan tabel frekuensi yaitu dengan
menggunakan tabel yang kemudian dideskripsikan. Hasil penelitian menunjukkan
bahwa partisipasi masyarakat sekitar perkebunan kopi PT. Nusantara IX di Desa
Puntukrejo Kecamatan Ngargoyoso Kabupaten Karanganyar mereka mempunyai
keinginan terhadap ekologi tingkat sedang. Hal tersebut dapat diketahui dari
sikap mereka terhadap lingkungan, yaitu terhadap pepohonan yang sudah besar di
kebun mereka. Mereka akan menebang sebagian untuk dijual, mereka akan membuat
perladangan terhadap lahan kritis yang ada, dan mereka akan membangun rumah
dengan menyisakan sebagian dari lahannya. Untuk menjaga tanaman tetap sehat,
mereka menggunakan pupuk kandang dan pupuk hijau yang dicampur dengan pupuk
buatan pabrik seperti NPK, UREA dan sebagainya. Pembuatan ladang yang cepat
menghasilkan dalam bentuk sengkedan-sengkedan mereka yakini dapat menanggulangi
erosi dan longsor di kawasan tersebut. Penghargaan terhadap partisipasi ekologi
pada masyarakat sekitar perkebunan kopi PT. Nusantara IX merasa yakin bahwa
pepohonan, tanaman maupun perkebunan kopi yang ada berguna dalam pencegahan
banjir di daerah hilir. Ke-optimisan mereka akan keberhasilan penghijauan lahan
mereka untuk perkebunan kopi, mendorong mereka untuk memanfaatkan perkebunan
kopi atau penghijauan yang ada sebagai upaya pencegahan erosi dan longsor.
Kata kunci: Partisipasi,
Pengurangan Resiko Bencana.
PENDAHULUAN
Data Badan Nasional Penanggulangan
Bencana (BNPB) menyebutkan dalam beberapa dasawarsa terakhir tren bencana dunia
mulai dari bencana geologi, hidrometeorologi, biologi maupun akibat ulah
manusia terus meningkat. Selama tiga dasawarsa terakhir bencana di dunia
mengalami peningkatan sekitar 350%. Kejadian bencana-bencana tersebut
berpengaruh terhadap ekonomi dan kehidupan global. Gempa bumi di Haiti tahun
2010, banjir di Pakistan tahun 2010, dan banjir di Thailand tahun 2011 makin
memerosotkan perekonomian negara-negara miskin dan sedang berkembang. Banjir di
Australia, gempa bumi di Selandia Baru dan gempa bumi dan tsunami di Jepang
pada 2011, menunjukkan bahwa negara-negara kaya pun tidak kebal terhadap risiko
bencana. Banyak kerugian ekonomi global yang ditimbulkan akibat bencana yang
terjadi beberapa tahun terakhir dan meningkat dua kali lipat pada 2011.
Kerugian ekonomi global akibat bencana rata-rata dalam 10 tahun terakhir sejak
tahun 2000 adalah USD 110 milyar, dimana total kerugian yang diasuransikan sekitar
USD 35 milyar. Sedangkan bencana menyebabkan ekonomi global USD 130 milyar.
Pada 2011 meningkat hampir dua kali lipatnya. Gempa bumi dan tsunami di Jepang
pada 11 Maret 2011 yang menimbulkan kerugian USD 220 milyar atau 3,4 persen GDP
Jepang atau hampir seperlima GDP Indonesia saat ini. Demikian pula banjir
banjir di Thailand pada akhir 2011 menyebabkan 754 orang meninggal, 10 juta
orang menderita dan kerugian mencapai USD 45 miliar. Pertumbuhan ekonomi
Thailand merosot sekitar 2,4 persen. Peningkatan bencana tidak hanya terjadi di
luar negeri tapi juga terjadi di Indoensia. Sejarah bencana di Indonesia,
berdasarkan DIBI selama tahun 1815-2011 terdapat 11.910 kejadian bencana yang
menyebabkan 329.585 jiwa meninggal dan hilang serta lebih dari 15,8, juta jiwa
mengungsi.
Semakin banyaknya jumlah nyawa
manusia yang hilang akibat bencana ekologis yang terjadi di negeri ini. Sejak
1998 hingga 2016, lebih dari 600 kejadian bencana akibat kerusakan lingkungan
hidup terjadi di Indonesia yang menewaskan lebih dari 2.500 orang dan kerugian
material mencapai 300 miliar rupiah. Dalam dua tahun terakhir saja, terjadi
tidak kurang tiga kali kejadian bencana banjir setiap tahunnya di berbagai
wilayah di Indonesia. Pada tahun 2006-2007 dan tahun 2010 banjir di Kota Solo
semakin menjadikan rakyat harus menikmati bencana.
Di sisi lain, teknologi dan ilmu
pengetahuan dipandang masih mampu untuk mencegah terjadinya kematian akibat
bencana ekologi yang terjadi. Teknologi dan pengetahuan lokal mengalami
penghilangan secara sistematis dengan tidak diakuinya hukum adat, serta
pengetahuan dan kebudayaan lokal dalam setiap ruang kehidupan bernegara. Edward
Goldsmith mengungkapkan pengrusakan lingkungan alam di negara-negara dunia
ketiga berjalan beriringan dengan pengrusakan cara hidup pedesaan tradisional
yang umumnya mencukupi diri sendiri dan juga konversi lahan sperti hutan dan
perkebunan.
Beberapa isu lingkungan hidup yang
menjadi fokus saat ini diantaranya: Perubahan iklim global, perubahan suhu
global, penurunan signifikan suhu global akan mengakibatkan masyarakat dunia
khususnya yang berada dibelahan bumi utara, menghadapi zaman es baru. Akibatnya
terjadi perubahan dalam sistem pertanian, perumahan, bahkan pekerjaan di
negara-negara kawasan utara. Sedangkan kenaikan suhu global yang drastis,
sebaliknya, mengakibatkan mencairnya es di kutub-kutub bumi sehingga menaikkan
permukaan air laut. Ini secara langsung mengancam keberadaa kota-kota dan
daerah-daerah pesisir.
Meningkatnya kadar dan konsentrasi
karbondioksida di atmosfir akibat kenaikan suhu bumi. Peningkatan unsur
karbondioksida ini akan menciptakan terjadinya efek rumah kaca, yang
menyebabkan radiasi sinar matahari yang masuk dalam atmosfer terperangkap dan
menimbulkan efek panas di sekitar permukaan bumi. Semakin banyak kandungan
karbondioksida di atmosfir, semakin tinggi suhu bumi dan kerusakan lingkungan
alam.
Perkebunan kopi yang
hijau memberikan dampak yang baik untuk lingkungan. Pohon kopi bisa menyerap
gas buangan dan menghasilkan oksigen untuk manusia.selain itu pohon kopi bisa
menyerap gas karbon dioksida yang penting untuk mengatasi semua jenis efek
rumah kaca seperti pemanasan global dan kerusakan lingkungan. Dalam satu hari
sebatang pohon menyerap partikel kecil atau gas polutan/CO2 antara 20 - 36 gram
per hari. Apabila perkebunan mempunyai
populasi tanaman rata rata +/- 500 pohon/Hektar (untuk tanaman karet) Maka CO2 yang diserap adalah 10 – 18
Kg/Ha/hari. Apabila satu perkebunan didaerah kita mempunyai areal tanaman yang
telah dewasa dengan ketinggian +/- 10m sebanyak 2000 Hektar maka CO2 yang
diserap +/- 20 – 36 ton/hari. Setiap satu pohon memproduksi oksigen +/- 320
kg/hari, kebutuhan oksigen untuk bernafas manusia +/- 400kg/hari. (Sumber : Ade
Fadli. 2007. oksigen pohon. http://timpakul.web.id/pohon-5.html dikutip dan
dikonversi dari produksi oksigen satu tahun ke per hari, tanggal 26 Maret 2012). Oksigen yang
diproduksi dari tanaman perkebunan tadi sama dengan perkebunan menyumbangkan oksigen sebanyak : 500 x
2000 x 320kg = 320juta kg/hari. Setara dengan kebutuhan
oksigen untuk bernafas manusia sebanyak 800.000 orang/hari. Apabila Harga
Oksigen Rp.15.000/Kg. 1/3 bagian oksigen dihirup dari oksigen yang diproduksi
dari tanaman perkebunan, setiap orang
secara tidak sengaja dan tidak langsung dapat sumbangan: 1/3 x 400kg x Rp
15.000 = Rp 2 juta/hari.
Salah satu perkebunan
kopi yang ada di Jawa Tengah yaitu perkebunan kopi yang dikelola oleh PT.
Nusantara IX tepatnya di Desa Puntukrejo Kecamatan Ngargoyoso Kabupaten
Karanganyar. Perkebunan kopi tersebut mempunyai hubungan dengan masyarakat
sekitar, walaupun yang memiliki adalah PT. Nusantara IX bukan masyarakat,
karena secara langsung masyarakat sanalah yang akan menanggung atau merasakan
apabila perkebunan kopi di sekitarnya mendatangkan musibah, sehingga mau tidak
mau masyarakat di sekitar perkebunan kopi ikut andil dalam pelestariannya.
Namun, masyarakat satu dengan masyarakat yang lainnya mempunyai rasa peduli
terhadap lingkungannya berbeda-beda, ada yang tinggi, sedang dan rendah. Sehingga
peran serta, aspirasi dan partisipasi masyarakat dalam upaya pelestarian
lingkungan untuk mengurangi resiko bencana perubahan iklim global seperti tanah
longsor dan kerusakan lingkungan. Sehingga perlu diteliti tentang bagaimana partisipasi,
harapan, keinginan serta cita-cita masyarakat disekitar perkebunan kopi PT.
Nusantara IX terhadap lingkungan disekitarnya.
Gambar
1. Peta Lokasi Penelitian Desa Puntukrejo
Kecamatan
Ngargoyoso, Kabupaten Karanganyar
METODE
Penelitian ini termasuk dalam
penelitian deskriptif yakni penelitian yang lebih mengarah pada pengungkapan
suatu masalah atau keadaan sebagaimana adanya dan mengungkapkan fakta-fakta
yang ada, walaupun kadang-kadang memberikan interpretasi atau analisis. Jadi
metode deskriptif berusaha mendeskripsikan dan menginterpretasikan apa yang
ada, bisa mengenai kondisi atau hubungan yang ada, pendapat yang sedang tumbuh,
proses yang sedang berlangsung, akibat yang terjadi atau kecenderungan yang tengah
berkembang. Berdasarkan bentuk dan metode pelaksanaan penelitian ini termasuk
dalam survey. Survey adalah metode penelitian yang bertujuan untuk mengumpulkan
sejumlah besar data berupa variabel, unit, atau individu dalam waktu yang
bersamaan.
Populasi dan Teknik Sampling
Populasi dalam penelitian ini adalah
seluruh masyarakat perkebunan kopi di desa Puntukrejo, Kecamatan Ngargoyoso,
Kabupaten Karanganyar. Masyarakat perkebunan kopi adalah masyarakat atau
penduduk yang tinggal di sekitar perkebunan kopi dan kehidupan mata
pencahariannya bergantung pada lahan di sekitar perkebunan kopi.
Untuk menentukan sampel penelitian
digunakan teknik pengambilan sampel purposive sampling dengan cara seperti
berikut : Desa Puntukrejo terdiri dari beberapa dusun, namun dusun yang
terletak di sekitar perkebunan kopi hanya
7 dusun, dari masing-masing dusun kemudian diambil sample penduduk untuk
dilakukan wawancara berkaitan dengan partisipasi ekologi masyarakat sekitar
perkebunan kopi yaitu Nglenjing (4 orang), Tegalrejo (3 orang), Genengrejo (2
orang), Kasian (4 orang), Gelang (3 orang), Kenteng (6 orang), dan Nganten
Kulon (3 orang).
Teknik Analisis Data
Analisis data yang dipergunakan adalah
Tabel frekuensi. Analisis ini diperlukan guna, menyederhanakan data kedalam
bentuk yang mudah dibaca. Teknik analisis data yang digunakan adalah analisis
deskriptif dengan tabel frekuensi yaitu dengan menggunakan tabel yang kemudian
dideskripsikan. Teknik analisis ini terdiri dari tiga alur kegiatan yang
terjadi secara bersamaan yaitu reduksi data, penyajian data dan penarikan
kesimpulan.
Reduksi data dalam penelitian ini
yaitu, setelah mengumpulkan data hasil wawancara dan dokumen. Seleksi data ini
dengan membandingkan data hasil wawancara dengan dokumen. Data yang diperoleh
meliputi data identitas responden, data partisipasi dan data partisipasi
ekologi masyarakat sekitar perkebunan kopi Desa Puntukrejo.
Sesuai dengan tujuan penelitian, untuk
analisis data digunakan analisis deskriptif dengan mendeskripsikan tingkat partisipasi ekologi masyarakat berdasarkan harapan atau
keinginan terhadap ekologi (lingkungan) yang meliputi lingkungan abiotik dan
biotik, usaha yang dilakukan untuk ekologi (lingkungan) yang diinginkan
tersebut, baik lingkungan abiotik maupun biotik, penghargaan terhadap partisipasi,
yaitu tentang ekologi atau lingkungannya baik abiotik maupun biotik.
Tingkat partisipasi ekologi dapat
diungkap melalui indikator gabungan dari
partisipasi dan ekologi. Partisipasi merujuk teori Hurlock yang menyatakan
bahwa partisipasi merujuk pada harapan atau keinginan yang sungguh-sungguh
untuk mencapai sesuatu, dan keinginan tersebut diiringi oleh usaha tertentu.
Suatu partisipasi mencakup tiga unsur, yaitu: hasil yang diinginkan, usaha
upaya yang dilakukan dan penghargaan terhadap partisipasi itu, maka indikator
tingkat partisipasi adalah: (1) hasil yang dinginkan (harapan), (2) usaha atau
upaya yang dilakukan dan (3) penghargaan terhadap partisipasi. Aspek ekologi
meliputi aspek abiotik dan biotik. Dengan demikian indikator partisipasi
ekologi meliputi: (1) harapan atau keinginan terhadap ekologi (lingkungan) yang
meliputi lingkungan abiotik dan biotik, (2) Usaha yang dilakukan untuk ekologi
(lingkungan) yang diinginkan tersebut, baik lingkungan abiotik maupun biotik,
dan (3) penghargaan terhadap partisipasi, yaitu tentang ekologi atau
lingkungannya baik abiotik maupun biotik.
Berdasarkan indikator-indikator partisipasi
ekologi tersebut disusun butir-butir pernyataan sebagai instrumen partisipasi
ekologi. Jenis instrumen untuk mengungkap partisipasi ekologi ini adalah
instrumen dalam bentuk rating scale. Skala terbagi menjadi tiga, di mana setiap
butir pernyataan dilengkapi dengan tiga pilihan jawaban, di mana masing-masing
mencerminkan partisipasi ekologi tinggi dengan skor 3, partisipasi ekologi
sedang dengan skor 2 dan partisipasi ekologi rendah dengan skor 1. Keseluruhan
skor yang diperoleh seseorang akan mencerminkan tingkat partisipasi ekologi.
Indikator Partisipasi
|
Aspek Ekologi
|
Jumlah
|
|
|
Abiotik
|
Biotik
|
Butir
|
1.
Keinginan terhadap ekologi
|
2,
4, 6, 7.
|
1,
3, 5.
|
7
|
2.
Upaya yang dilakukan
|
8,
10, 12, 13.
|
9,
11, 14.
|
7
|
3.
Penghargaan terhadap partisipasi ekologi
|
15,
16, 17.
|
18,
19, 20.
|
6
|
Jumlah
Butir
|
11
|
9
|
20
|
HASIL DAN PEMBAHASAN
a.
Keinginan Terhadap
Lingkungannya
No
|
Daftar Pertanyaan
|
Frekuensi
|
Persentase (%)
|
1.
|
Terhadap
pepohonan di perkebunan kopi di desa anda ini, dalam jangka dekat (1-2 tahun)
ini, Anda berkeinginan:
A.
Menjadikannya tetap lestari
B.
Ditebang sebagian, yang sudah besar-besar
C.
Diganti dengan tanaman yang lebih komersial (laku
dijual)
|
7
3
15
|
28
12
60
|
Keinginan
terhadap ekologi pada masyarakat di sekitar perkebunan milik PT Nusantara IX
yaitu penduduk Desa Puntukrejo. Dari
hasil penelitian terhadap pepohonan di perkebunan kopi di desa mereka, sebanyak
7 orang (28 %) mereka berkeinginan menjadikan tetap lestari, sebanyak 3 orang
(12 %) yang sudah besar-besar ditebang, sebagian dan sebanyak 15 orang (60 %)
mengganti dengan tanaman komersial. Hal ini dapat diketahui bahwa sebagian
besar masyarakatnya mengganti dengan tanaman yang lebih komersial, dan sebagian
kecil ingin menjadikannya tetap lestari.
No
|
Daftar Pertanyaan
|
Frekuensi
|
Persentase (%)
|
2
|
Terhadap
halaman di rumah Anda. Andaikata ada uang, Anda akan melakukan:
A.
Menanaminya dengan pohon buah-buahan
B.
Membiarkannya saja
C.
Menyemen (beton) agar tampak bersih dan rapi
|
6
7
12
|
24
28
48
|
Terhadap
halaman rumah mereka apabila
memiliki uang, sebanyak 6 orang (24%), mereka akan menanaminya dengan pohon dan buah-buahan. Sebanyak 7 orang (28%)
penduduk akan membiarkannya saja, dan sebanyak 12 orang (48%) akan menyemen
beton agar tampak bersih dan rapi. Hal ini dapat diketahui bahwa mayoritas
mereka memilih untuk menyemen beton agar tampak rapi. Minoritas mereka mimilih
menanaminya dengan pohon dan buah-buahan.
No
|
Daftar Pertanyaan
|
Frekuensi
|
Persentase (%)
|
3
|
Terhadap
pepohonan yang sudah besar di kebun pekarangan Anda, apa yang sebaiknya
dilakukan:
A.
Membiarkan hidup dan merawatnya.
B.
Menebangnya sebagian untuk dijual
C.
Menebangnya semua untuk dijual
|
11
14
0
|
44
56
0
|
Terhadap
pepohonan yang sudah besar di kebun pekarangan msyarakat disana, sebanyak 11 orang (44 %) mereka membiarkan
hidup dan merawat pepohanan yang sudah besar di kebun pekarangan mereka,
sebanyak 14 orang (56 %) memilih untuk menebang. Hal ini dapat diketahui
bahwa mayoritas masyarakat disana memilih menebang pepohonan apabila pohon
didesanya sudah besar, dan minoritas masyarakat disana memilih membiarkan hidup
dan merawatnya.
No
|
Daftar Pertanyaan
|
Frekuensi
|
Persentase (%)
|
4
|
Terhadap lahan kritis di desa Anda,
apa sebaiknya yang Anda lakukan:
A.
Mereboisasi atau menghutankan dengan tanaman keras.
B.
Dibuat
perladangan
C.
Dibuat sawah
|
10
13
2
|
40
52
8
|
Terhadap
lahan kritis di daerahnya, sebanyak 10 orang (40%) mereka akan mereboisasi atau
menghutankan dengan tanaman keras, sebanyak 13 orang (52%) mereka akan membuat perladangan pada lahan kritis, dan
sebanyak 2 orang (8%) mereka akan membuat sawah. Hal ini dapat diketahui bahwa
mayoritas masyarakat disana memilih mereboisasi atau menghutankan dengan
tanaman keras pada lahan kritis di desanya, dan minoritas masyarakat disana
memilih membuat sawah pada lahan kritis.
No
|
Daftar Pertanyaan
|
Frekuensi
|
Persentase (%)
|
5
|
Apabila ada kesempatan membangun
rumah, Anda akan
A.
Membangun rumah dengan menyisakan halaman untuk
ditanami pepohonan.
B.
Membangun rumah dengan menyisakan tanah halaman
sekadarnya
C.
Membangun rumah dengan bangunan penuh tanpa menyisakan
tanah untuk halaman
|
2
12
11
|
8
48
44
|
Apabila
ada kesempatan membangun rumah, sebanyak 2
orang (8%) mereka akan membangun rumah dengan menyisakan halaman untuk
ditanami pepohonan, sebanyak 12 orang (48%) mereka akan membangun rumah dengan
menyisakan tanah halaman sekedarnya dan sebanyak 11 orang (44%) mereka akan membangun rumah dengan
bangunan penuh tanpa menyisakan tanah untuk halaman. Hal ini dapat diketahui
bahwa mayoritas mereka membangun rumah dengan menyisakan tanah halaman
sekedarnya dan minoritas mereka memilih membangun rumah dengan menyisakan
halaman untuk ditanami pepohonan.
No
|
Daftar Pertanyaan
|
Frekuensi
|
Persentase (%)
|
6
|
Dengan
banyaknya daerah yang banjir dan longsor di musim hujan, yang disebabkan oleh
berubahnya fungsi lahan di daerah hulu dari hutan menjadi daerah pertanian dan permukiman. Apa
sebaiknya yang dilakukan di daerah hulu sungai:
A.
Dibuat lahan pertanian yang produktif
B.
Ditanami pepohonan
C.
Dibiarkan saja
|
13
4
8
|
52
16
32
|
Dengan
banyaknya daerah yang banjir dan longsor dimusim hujan, yang disebabkan oleh
berubahnya fungsi lahan di daerah hulu dari hutan menjadi daerah pertanian dan
permukiman. Pada daerah hulu sungai ditemukan sebanyak 13 orang (52%) memilih
dibuat lahan pertanian yang produktif, sebanyak 4 orang (16%) menanaminya
dengan pepohonan. Sebanyak 8 orang (32%) membiarkannya saja. Dari sini
diketahui bahwa mayoritas penduduknya memilih lahan pertanian yang produktif di
daerah hulu sungai, dan minoritasnya ditanami dengan pepohonan.
b. Upaya Yang Dilakukan Mengelola Lingkungan Hidup
No
|
Daftar Pertanyaan
|
Frekuensi
|
Persentase (%)
|
1
|
Dengan
cara bagaimana Anda Mengelola sampah di rumah Anda:
A.
Dibakar di halaman rumah
B.
Ditanam di halaman rumah
C.
Dibuang di sungai
|
5
20
0
|
20
80
0
|
Upaya
yang dilakukan pada masyarakat sekitar perkebunan kopi milik PT Nusantara IX,
sebanyak 5 orang (20%) masyarakat Desa Puntukrejo dalam pengelolaan sampahnya
di bakar dihalaman rumah, sebanyak 20 orang (80%) dengan cara ditanam dihalaman
rumah dan tidak ada yang membuang ke sungai. Dari sini diketahui bahwa
mayoritas mereka mengelola sampah dengan
ditanam di halaman rumah dan minoritas dengan dibakar dihalaman rumah.
No
|
Daftar Pertanyaan
|
Frekuensi
|
Persentase (%)
|
2
|
Ada rumah tangga yang menggunakan
bahan bakar minyak tanah (kompor) untuk keperluan sehari-hari, namun dengan
harga minyak tanah yang makin mahal masih banyak juga yang menggunakan kayu
bakar, bagaimana penggunaan bahan bakar pada rumah tangga Anda:
A.
Manggunakan kompor (minyak tanah) sebagai bahan bakar.
B.
Selain menggunakan bahan bakar minyak tanah juga
menggunakan kayu sebagai bahan bakar.
C.
Setiap hari menggunakan kayu sebagai bahan bakar.
|
8
10
7
|
32
40
28
|
Rumah
tangga yang menggunakan bahan bakar
minyak tanah dalam kehidupan sehari-hari
sebanyak 8 orang (32%), yang menggunakan bahan bakar minyak dan kayu sebanyak
10 orang (40%) dan yang hanya menggunakan kayu baker 7 orang (28%).
No
|
Daftar Pertanyaan
|
Frekuensi
|
Persentase (%)
|
3
|
Ada yang mengatakan bahwa penggunaan
pupuk dari sisa-sisa tumbuhan (pupuk hijau) dan atau kotoran hewan ternak
(pupuk kandang) untuk tanaman di sawah atau ladang merupakan tradisi yang
turun temurun, namun dengan adanya pupuk buatan pabrik (urea, posfat NPK dsb)
yang lebih mudah dan praktis digunanakan. Bagaimana Anda menggunakan pupuk
untuk tanaman Anda:
A.
Hanya menggunakan pupuk hijau atau pupuk kandang
B.
Selain menggunakan pupuk kandang dan pupuk hijau juga
menggunakan pupuk buatan pabrik (urea, posfat, NPK dsb).
C.
Hanya menggunakan pupuk buatan pabrik saja (urea,
Posfat, NPK).
|
2
17
6
|
8
68
24
|
Penggunaan
pupuk pada tanaman mereka, sebanyak 2
orang (8%) menggunakan pupuk
kandang atau pupuk hijau, sebanyak 17 orang (68%) menggunakan pupuk kandang
atau pupuk hijau serta pupuk kimia (Urea, Fosfat, NPK dsb), dan sebanyak 6
orang (24%) hanya menggunakan pupuk pabrik saja. Hal ini dapat diketahui bahwa
sebagian besar penduduk memilih menggunakan pupuk kandang dan pupuk buatan
pabrik (urea, pospat, NPK dsb.) sedangkan sebagian kecil saja yang memilih
menggunakan pupuk hijau atau pupuk kandang.
No
|
Daftar Pertanyaan
|
Frekuensi
|
Persentase (%)
|
4
|
Dalam membasmi hama dan penyakit
tanaman sering sekali dipakai cara-cara modern dengan pestisida atau
insektisida kimiawi yang sangat ampuh dalam membasmi hama dan penyakit
tanaman, namun dapat juga digunakan cara tradisional dengan tumbuhan atau
hewan sebagai penghambat atau pemangsa hama tanaman. Bagaimana tindakan Anda
kalau tanaman terserang hama atau penyakit:
A.
Berusaha dahulu dengan cara-cara tradisional.
B.
Selain dengan cara tradisional harus juga disertai
dengan cara modern, dengan insektisida atau pestisida.
C.
Langsung membasminya dengan insektisida atau pestisida.
|
0
5
20
|
0
20
80
|
Dalam
membasmi hama dan penyakit pada tanaman, ternyata tidak ada yang masih
menggunakan cara tradisional secara total, sedangkan yang menggunakan cara
tradisional disertai cara modern (insektisida) ada 5 orang (20%). Sedangkan
yang langsung dengan cara modern ada 20 orang (80%). Dari sini dapat diketahui
bahwa sebagian besar penduduk memilih langsung membasmi hama dengan insektisida
dan pestisaida sedangkan sebagian kecil saja yang memilih dengan cara
trasdisional dan modern, dengan insektisida atau pestisida.
No
|
Daftar Pertanyaan
|
Frekuensi
|
Persentase (%)
|
5
|
Untuk menanggulangi erosi dan
longsor pada lahan sawah yang miring, apa usaha yang Anda lakukan:
A.
Menanami tanaman dengan sistem pertanaman lorong
(nyabuk gunung).
B.
Dengan membuat sengkedan-sengkedan.
C.
Membiarkannya saja, terlalu mahal untuk membuat hal
itu.
|
1
20
4
|
4
80
16
|
Usaha
yang mereka lakukan untuk menangulangi erosi dan longsor pada lahan sawah yang
miring didaerah mereka. Diasumsikan sebanyak 1 orang (4%) menanami tanaman
dengan sistem pertanaman lorong (nyabuk gunung), sebanyak 20 orang (80%) dengan
membuat sengkedan sedangkan 4 orang (16%) membiarkannya saja karena terlalu
mahal untuk membuat hal itu. Dari sini dapat diketahui bahwa sebagian besar
penduduk memilih membuat sengkedan-sengkedan untuk menanggulangi erosi dan
tanah longsor sedangkan sebagian kecil saja yang memilih menanami tanaman
dengan sistem pertanaman loron (nyabuk gunung).
No
|
Daftar Pertanyaan
|
Frekuensi
|
Persentase (%)
|
6
|
Penghijauan pada lahan kritis
diyakini dapat mencegah erosi dan longsor. Apabila Anda memiliki lahan
tersebut apa yang Anda lakukan
A.
Melakukan penghijauan dengan tanaman keras (tahunan)
B.
Membuatnya sebagai ladang yang lebih cepat menghasilkan
C.
Membiarkannya saja.
|
5
19
1
|
20
76
4
|
Apabila
mereka memilki lahan kritis mereka akan melakukan penghijauan dengan tanaman
keras (tahunan) sebanyak 5 orang (20%) sebanyak 19 orang (76%) mereka
membuatnya sebagai ladang yang lebih cepat menghasilkan dan sebanyak 1 orang
(4%) dari mereka membiarkannya saja. Dari sini dapat diketahui bahwa sebagian
besar penduduk memilih menghijaukan pada lahan kritis dengan membuat lahan
tersebut sebagai ladang yang lebh cepat menghasilkan. Dan sebagian kecil saja
yang memilih penghijauan pada lahan kritis atau longsor dengan membiarkan saja
lahan tersebut.
No
|
Daftar Pertanyaan
|
Frekuensi
|
Persentase (%)
|
7
|
Bagaimana cara memanen hasil
pertanian atau perkebunan yang Anda miliki:
A.
Menunggu sudah memenuhi ukuran standar pemanenan, baru
dipanen pada hasil perkebunan yang sudah memenuhi ukuran standar.
B.
Tidak usah menunggu asal sudah dirasakan cukup langsung
dipanen.
C.
Memanen secara cepat, lebih efisien.
|
15
6
4
|
60
24
16
|
Dalam
memanen hasil pertanian yang dimiliki, sebanyak 15 orang (60%) menunggu setelah memenuhi standar pemanenan,
6 orang (24%) tidak menunggu asalkan diperkirakan sudah cukup dan sebanyak 4
orang (16%) memanen secara cepat.
c. Penghargaan Terhadap Partisipasi Ekologi
No
|
Daftar Pertanyaan
|
Frekuensi
|
Persentase (%)
|
1
|
Penghijauan yang dilakukan
bersama-sama masyarakat di sekitar desa kadang berhasil kadang gagal. Apakah
Anda:
A. Merasa optimis (besar harapan)
untuk berhasil
B. Pasrah saja pada alam
C. Merasa pesimis (kecil harapan)
untuk berhasil
|
19
4
2
|
76
16
8
|
Penghijauan
yang dilakukan bersama-sama dengan masyarakat seringkali berhasil dan juga
gagal. Sebanyak 19 orang (76%) merasa
optimis berhasil, 4 orang (16%) pasrah saja pada alam dan sebanyak 2 orang (8%)
merasa pesimis untuk berhasil.
No
|
Daftar Pertanyaan
|
Frekuensi
|
Persentase (%)
|
2
|
Tanaman, Pepohonan, Perkebunan kopi,
Hutan dsb yang ada di Desa anda atau yang dimiliki oleh sebagian besar
penduduk desa sekitar Anda berguna dalam mencegah banjir di daerah hilir
(bawah):
A.
Anda yakin dengan hal itu.
B.
Anda ragu-ragu
C.
Anda tidak yakin.
|
18
5
2
|
72
20
8
|
Tanaman,
pepohonan, perkebunan kopi hutan dan lain-lain berguna untuk mencegah banjir di
daerah hilir. Sebanyak 18 orang (72%) merasa yakin dengan hal itu, sedangkan 5
orang (20%) merasa ragu-ragu dan 2 orang (8%) tidak yakin akan hal itu.
No
|
Daftar Pertanyaan
|
Frekuensi
|
Persentase (%)
|
3
|
Andaikata Anda memiliki lahan yang
dihijaukan (dibuat perkebunan kopi, karet dll). Apakah Anda berpikiran:
|
19
5
1
|
76
20
4
|
Apabila
mereka memiliki lahan untuk di hijaukan atau di buat perkebunan, sebanyak 19
orang (76%) merasa optimis untuk berhasil dan 5 orang (20%) memasrahkan pada
alam dan hanya 1 orang (4%) yang merasa pesimis untuk berhasil.
No
|
Daftar Pertanyaan
|
Frekuensi
|
Persentase (%)
|
4
|
Perkebunan di sekitar desa Anda
bermanfaat untuk mencegah erosi dan longsor, Anda merasa hal itu:
A.
Akan berhasil
B.
Tidak tahu persis
C.
Akan sia-sia (gagal)
|
16
9
0
|
64
36
0
|
Perkebunan
di sekitar anda bermanfaat untuk mencegah erosi dan longsor. Sebanyak 16 orang
(64%) merasa bahwa itu berhasil, 9 orang (36%) tidak tahu secara pasti dan
tidak ada yang merasa atau mengataka bahwa hal itu sia-sia.
No
|
Daftar Pertanyaan
|
Frekuensi
|
Persentase (%)
|
5
|
Suatu saat ditawarkan bibit tanaman
kayu yang baru yang lebih cepat pertumbuhannya dan lebih berguna dalam
mencegah erosi dan longsor:
A.
Anda sesegera mungkin menanam bibit itu.
B.
Anda menunggu dulu teman-teman
C.
Anda menunggu dulu beberapa tahun untuk membuktikan
kualitas bibit itu.
|
14
6
5
|
56
24
20
|
Jika suatu saat mereka ditawari bibit tanaman kayu
yang baru yang lebih cepat pertumbuhannya dan lebih berguna dalam mencegah
erosi dan longsor, sebanyak 14 orang (56%) akan segera menanam bibit itu,
sebanyak 6 orang (24%) akan menunggu teman-temannya lebih dulu dan sebanyak 5
orang (20%) akan menunggu beberapa tahun dulu untuk membuktikan kualitasnya.
No
|
Daftar Pertanyaan
|
Frekuensi
|
Persentase (%)
|
6
|
Penggunaan bahan bakar makin
meningkat, sedangkan persediaan makin menipis. Pemerintah sedang
mengkampanyekan "hemat energi", dengan penganekaragaman sumber
energi, selain dengan minyak tanah dianjurkan untuk memakai briket batubara
atau Gas LPG. Sementara itu banyak masyarakat yang masih menggunakan bahan
bakar kayu, yang membahayakan kelestarian alam. Bagaimana pendapat Anda:
A.
Memakai briket batubara/Gas LPG, seperti yang
dianjurkan.
B.
Memakai bahan bakar
minyak tanah
C.
Memakai bahan bakar kayu.
|
6
2
17
|
24
8
68
|
Mengenai
anjuran pemerintah untuk menggunakan
bahan bakar yang menghemat energi, selain dengan minyak tanah juga
menggunakan briket batubara atau Gas LPG. Sedangkan penggunaan bahan bakar
dengan kayu dapat membahayakan kelestarian alam. Sebanyak 6 orang (24%) memilih
akan menggunakan briket batubara atau gas, sebanyak 2 orang (8%) akan tetap menggunakan bahan bakar minyak dan
sebanyak 17 orang (68%) menggunakan bahan bakar kayu.
Dari
paparan hasil penelitian di atas ditemukan bahwa masyarakat Desa Puntukrejo
mempunyai partisipasi pada tingkat sedang dalam upaya pengurangan resiko
bencana perubahan iklim global. Partisipasi ekologi merupakan harapan, tindakan
dan penghargaan masyarakat terhadap lingkungannya (kebun kopi) merupakan modal
dasar dalam partisipasi pembangunan perkebunan. Modal dasar ini dapat dipakai dan
dikembangkan untuk menarik minat dan partisipasi masyarakat dalam rangka
pembangunan perkebunan. Bentuk-bentuk konkrit pembangunan itu antara lain,
penghijauan, konservasi sumberdaya perkebunan, bentuk partisipasi aktif berupa
perkebunan kerakyatan. Partisipasi ekologi penting karena merupakan modal dasar
dalam membangkitkan minat pastisipasi msayarakat dalam pelestarian lingkungan
hidup terutama daerah perkebunan kopi.
KESIMPULAN
Pada masyarakat sekitar perkebunan
kopi PT. Nusantara IX di Desa Puntukrejo Kecamatan Ngargoyoso Kabupaten
Karanganyar dapat disimpulkan bahwa
mereka mempunyai partisipasi tingkat sedang dalam upaya pengurangan
resiko bencana perubahan iklim global. Hal tersebut dapat diketahui dari sikap
mereka terhadap lingkungan yaitu terhadap pepohonan yang sudah besar di kebun
mereka. Mereka akan menebang sebagian untuk dijual, mereka akan membuat perladangan
terhadap lahan kritis yang ada, dan mereka akan membangun rumah dengan
menyisakan sebagian dari lahannya.
Pada masyarakat sekitar perkebunan
kopi PT. Nusantara IX di Desa Puntukrejo Kecamatan Ngargoyoso Kabupaten
Karanganyar dapat disimpulkan bahwa usaha yang dilakukan mereka tergolong
tingkat sedang. Hal ini dapat dikarenakan mereka mengolah sampah dengan cara
ditanam di halaman rumah. Selain menggunakan bahan bakar minyak tanah, mereka
juga menggunakan kayu sebagai bahan bakar. Untuk menjaga tanaman tetap sehat,
mereka menggunakan pupuk kandang dan pupuk hijau yang dicampur dengan pupuk
buatan pabrik seperti NPK, UREA dan sebagainya. Pembuatan ladang yang cepat
menghasilkan dalam bentuk sengkedan-sengkedan mereka yakini dapat menanggulangi
erosi dan longsor di kawasan tersebut.
Penghargaan terhadap aspirasi ekologi
pada masyarakat sekitar perkebunan kopi PT. Nusantara IX di Desa Puntukrejo
Kecamatan Ngargoyoso Kabupaten Karanganyar dapat disimpulkan bahwa masyarakat
sekitar perkebunan kopi PT. Nusantara IX di Desa Puntukrejo mempunyai
penghargaan yang tinggi. Hal ini dikarenakan mereka merasa optimis akan
keberhasilan usaha penghijauan yang dilakukan bersama. Selain itu mereka juga
merasa yakin bahwa pepohonan, tanaman maupun perkebunan kopi yang ada berguna
dalam pencegahan banjir di daerah hilir. Keoptimisan mereka akan keberhasilan
penghijauan lahan mereka untuk perkebunan kopi, mendorong mereka untuk
memanfaatkan perkebunan kopi atau penghijauan yang ada sebagai upaya pencegahan
erosi dan longsor.
REFERENSI
Bintarto,
R. & Surastopo Hadisumarmo, 1979. Metode Analisa Geografi. Jakarta: LP3ES
Hurlock
E.1974. Personality Development. New York : McGraw-Hill.
Inkeles,
Alex & Dorid H. Smith. 1974. Becoming Modern :Individual Change ini SIX
Developing Countris. Cambridge : Harvard University Press.
Luthfi
Rayes. 2007. Metode Inventarisasi Sumberdaya Lahan. Yogyakarta : Andi
Lewis,
David V.1979. Psychic Advantage : Key to Controlling People and Situations. New
York : Parker Publishing Company, Inc.
Morgan,
Cliffrod T. 1956. Introduction To Psychologi. New York : McGraw-Hill Book Company Inc.
Munn,
Norman L,L. Dodge Fernal 1969. Introduction to Psichology. Boston. Houghton
Mifflin Company.
Murphy,
Gardner, Lois Barclay Murphy & Theodore M. Newcomb. 1937. Experimental
Social Psychology : An Interpetation of Research Upon the Socialization of the
individual. New York : Harper & Brother Publhiser.
Odum, Eugene P. 1971. Fundamentals of Ecology.
Tokyo. Toppan Company Limited.
Peters,
Robert Henry. 1991. A Crityque for Ecology. Cambridge : Cambridge University
Press.
Poerwandari,
Kristi, E 1996. “Aspirasi Perempuan Bekerja dan Aktualisasinya”, Jurnal
Psikologi dan Masyarakat 2. Jakarta. Ikatan Sarjana Psikologi Indonesia dengan
PT Gamedia Widya sarana Indonesia. Hal 35-74.
Rambo,
A Terry.1983. Conceptual Approaches to Human Ecology. Honolulu : East-West
Environment and Policy Institute. 1983.
Resosoedarmo,
Soedjiran, Kuswata Kartawinata, dan Apriliani Sugiarto.1990. Pengantar Ekologi.
Bandung. PT Remaja Rosdakarya.
Riberu,
Paskhalis. 1993. Hubungan antara Tingkat Pendidikan dengan Sikap para Pekerja
Industri terhadap Lingkungan Hidup. Tesis Magister. Jakarta : PPS IKIP Jakarta.
Saragih,
J.P.N & S. Sitrous.1983. Bungai Rrampai Lingkunngan Hidup. Surabaya : Usaha
Nasional.
Sarwono,
Sarlito Wirawan. 1992. Psikologi Lingkungan. Jakarta : PT Gramedia widiasarana
Indonesia.
Saragih,
H. 1986. Pokok-pokok Pembangunan Masyarakat Desa. Bandung : PT Citra Adya
Bhakti.
Smith,
Robert Leo & Thomas M Smith. 1998. Element of Ecology. San Fransisco.
Benjamin/ Cummings Science Publishing.
Soediran
R., 1985. Pengantar Ekologi. Jakarta : IKIP Jakarta Press.
Soerdjani,
Moh., Rofiq Ahmad, dan Rozy Munir (ed). 1987. Lingkungan : Sumberdaya Alam dan
Kependudukan dalam Pembangunan. Jakarta : Universitas Indonesia.
Suprihadi
S., 1984. Manusia, Alam dan Lingkungan. Jakarta : DEPDIKBUD
Suriasumantri,
S , Jujun.1986. Pembangunan Sosial Budaya secara Terpadu. Dalam Masalah Sosial
Budaya tahun 2000. Ssebuah Bunga Rampai. Yogyakarta : Tiara Wacana.
___________.
1991. Modernisasi Pendidikan, Parameter Majalah Ilmu dan Penelitian IKIP
Jakarta. 110. 3-75.
Swift,
DF.1987. Sosiologi Pendidikan Perspektif pendahuluan yang Analitis, terjemahan
: Panuti Sudjiman dan Greta Librata. Jakarta : Bharata.
Thohir,
Kaslan A.1991. Butir-butir Tata Lingkungan. Jakarta : Rineka Cipta
Ummah,
Mahayana dan Nggermanto. 2003. Sepia : Kecerdasan Milyuner, Warisan yang
Mencerahkan Keturunan anda. Bandung. Ahaa.
Whiterington,
H.C. 1986. Psikologi pendidikan, terjemahan : M. Buchari. Bandung. Jemmars.
Zamroni.1993.
Perkembangan pendidikan dalam Bayang-Bayang Ekonomi : Perlunya Kekuatan
Nasional Pendidikan, dalam Perspektif Kajian Masalh-masalah Nasional dan
Internasional. Vol 5. No.3 PPSK, Yogyakarta, 130-145.
Zoer’aini
Djamal I. 1992. Prinsip-Prinsip Ekologi dan Organisasi Ekosistem Komunitas
& Lingkungan. Jakarta : Bumi Aksara.
Buah
kopi yang masih muda
|
Wawancara
Dengan Mandor PT Nusantara IX
|
Area
perkebunan kopi dengan tanaman keras disekelilingnya
|
Wawancara
Dengan Warga di Sekitar Perkebunan Kopi Nusantara IX
|
Area
Perkebunan Kopi PT. Nusantara IX
|
|
0 comments:
Posting Komentar