Sedimentologi : adalah cabang ilmu Geologi yang mempelajari mengenai Batuan sedimen,cara terbentuknya,lingkungan terbentuknya,proses dan faktor-faktor yang berperan dan komponen-komponen pada batuan sedimen.
Sedimentasi : adalah proses penimbunan atau terakumulasinya partikel atau komponen sedimen dalam suatu tempat yang biasanya berbentuk cekungan dengan mengalami beberapa proses terlebih dahulu.
pembagian batuan sedimen:
- Terrigenous Clastic Sedimentary Rock
    konglomerat
Rijang
- Bio-Chemical Sedimentary Rock
Coquina
- Precipitate Sedimentary Rock
Iron stone
- Volcanoclastic Sedimentary Rock
Tuffa  
adapun lingkungan pengendapan dibagi menjadi tiga wilayah:
1. Lingkungan pengendapan Continental
yaitu lingkungan pengendapan yang berada di daratan atau benua
2. Lingkungan pengendapan Transitional
yaitu lingkungan pengendapan yang berada di batas antara daratan dan laut
3. Lingkungan pengendapan Marine
yaitu lingkungan pengendapan yang berada di laut
proses-proses yang berperan dalam sedimentasi
1. Pelapukan
Batuan asal atau Source rock yang dapat berupa batuan Beku,Sedimen,Metamorf yang mengalami pelapukan yang di sebabkan oleh beberapa faktor, antara lain,faktor fisik,faktor kimia dan faktor biologi.
- faktor fisik : suhu(baik panas maupun dingin),tekanan dan kelembaban
- faktor kimia : kadar keasaman/pH,hidrolisis,oksidasi dll
- faktor biologi : pelapukan akibat adanya aktifitas makhluk hidup seperti akar tanaman yang masuk kedalam batuan dan pembuatan lubang oleh binatang.
2. Erosi
Setelah batuan asal melapuk,kemudian sedikit demi sedikit terjadi penggerusan atau erosi pada surface.
3. Transportasi
Batuan yang telah tergerus dan menghasilkan butiran atau partikel, kemudian partikel tersebut di bawa/di transportkan menuju lingkungan pengendapan oleh beberapa faktor, yaitu air,angin dan es.
4. Sedimentasi
Yaitu peristiwa terakumulasinya partikel-partikel pada suatu tempat.
5. Litifikasi
Peristiwa pembatuan atau pemadatan sedimen yang di pengaruhi oleh tekanan.
Lingkungan Pengendapan Sedimen
I. Konsep Tentang Lingkungan Pengendapan
Lingkungan
 pengendapan adalah tempat mengendapnya material sedimen beserta kondisi
 fisik, kimia, dan biologi yang mencirikan terjadinya mekanisme 
pengendapan tertentu (Gould, 1972). Interpretasi lingkungan pengendapan 
dapat ditentukan dari struktur sedimen yang terbentuk. Struktur sedimen 
tersebut digunakan secara meluas dalam memecahkan beberapa macam masalah
 geologi, karena struktur ini terbentuk pada tempat dan waktu 
pengendapan, sehingga struktur ini merupakan kriteria yang sangat 
berguna untuk interpretasi lingkungan pengendapan. Terjadinya 
struktur-struktur sedimen tersebut disebabkan oleh mekanisme pengendapan
 dan kondisi serta lingkungan pengendapan tertentu.
Beberapa
 aspek lingkungan sedimentasi purba yang dapat dievaluasi dari data 
struktur sedimen di antaranya adalah mekanisme transportasi sedimen, 
arah aliran arus purba, kedalaman air relatif, dan kecepatan arus 
relatif. Selain itu beberapa struktur sedimen dapat juga digunakan untuk
 menentukan atas dan bawah suatu lapisan.
Didalam
 sedimen umumnya turut terendapkan sisa-sisa organisme atau tumbuhan, 
yang karena tertimbun,terawetkan. Dan selama proses Diagenesis tidak 
rusak dan turut menjadi bagian dari batuan sedimen atau membentuk 
lapisan batuan sedimen. Sisa-sia organisme atau tumbuhan yang terawetkan
 ini dinamakan fossil. Jadi fosill adalah bukti atau sisa-sisa kehidupan
 zaman lampau. Dapat berupa sisa organisme atau tumbuhan, seperti 
cangkang kerang, tulang atau gigi maupun jejak ataupun cetakan.
Dari studi lingkungan pengendapan dapat digambarkan atau direkontruksi geografi purba dimana pengendapan terjadi.
Dari studi lingkungan pengendapan dapat digambarkan atau direkontruksi geografi purba dimana pengendapan terjadi.
Lingkungan
 pengendapan merupakan keseluruhan dari kondisi fisik, kimia dan biologi
 pada tempat dimana material sedimen terakumulasi. (Krumbein dan Sloss, 
1963) Jadi, lingkungan pengendapan merupakan suatu lingkungan tempat 
terkumpulnya material sedimen yang dipengaruhi oleh aspek fisik, kimia 
dan biologi yang dapat mempengaruhi karakteristik sedimen yang 
dihasilkannya.
Secara
 umum dikenal 3 lingkungan pengendapan, lingkungan darat transisi, dan 
laut. Beberapa contoh lingkungan darat misalnya endapan sungai dan 
endapan danau, ditransport oleh air, juga dikenal dengan endapan gurun 
dan glestsyer yang diendapkan oleh angin yang dinamakan eolian. Endapan 
transisi merupakan endapan yang terdapat di daerah antara darat dan laut
 seperti delta,lagoon, dan litorial. Sedangkan yang termasuk endapan 
laut adalah endapan-endapan neritik, batial, dan abisal.
Contoh Lingkungan Pengendapan Pantai : Proses Fisik : ombak dan akifitas gelombang laut, Proses Kimia : pelarutan dan pengendapan dan Proses Biologi : Burrowing. Ketiga proses tersebut berasosiasi dan membentuk karakteristik pasir pantai, sebagai material sedimen yang meliputi geometri, tekstur sedimen, struktur dan mineralogy.
Contoh Lingkungan Pengendapan Pantai : Proses Fisik : ombak dan akifitas gelombang laut, Proses Kimia : pelarutan dan pengendapan dan Proses Biologi : Burrowing. Ketiga proses tersebut berasosiasi dan membentuk karakteristik pasir pantai, sebagai material sedimen yang meliputi geometri, tekstur sedimen, struktur dan mineralogy.
Parameter fisik meliputi elemen static dan dinamik dari lingkungan pengendapan.
1. Elemen fisik
1. Elemen fisik
-        Elemen
 fisik statis meliputi geometri cekungan(Basin); material yang 
diendapkan seperti kerakal silisiklastik, pasir, dan lumpur; kedalaman 
air; suhu; dan kelembapan.
-       Elemen fisik dinamik adalah faktor seperti energy dan arah aliran dari angin, air dan es; air hujan; dan hujan salju.
2.
 Parameter kimia termasuk salinitas, pH, Eh, dan karbondioksida dan 
oksigen yang merupakan bagian dari air yang terdapat pada lingkungan 
pengendapan.
3.
 Parameter biologi dari lingkungan pengendapan dapat dipertimbangkan 
untuk meliputi kedua-duanya dari aktifitas organism, seperti pertumbuhan
 tanaman, penggalian, pengeboran, sedimen hasil pencernaan, dan 
pengambilan dari silica dan kalsium karbonat yang berbentuk material 
rangka. Dan kehadiran dari sisa organism disebut sebagai material 
pengendapan.
III. Proses Sedimentasi dan Produknya
III. Proses Sedimentasi dan Produknya
Tiap
 lingkungan sedimen memiliki karakteristik akibat parameter fisika, 
kimia, dan biologi dalam fungsinya untuk menghasilkan suatu badan 
karakteristik sedimen oleh tekstur khusus, struktur, dan sifat 
komposisi. Hal tersebut biasa disebut sebagai fasies. Istilah fasies 
sendiri akan mengarah kepada perbedaan unit stratigrafi akibat pengaruh 
litologi, struktur, dan karakteristik organik yang terdeteksi di 
lapangan. Fasies sedimen merupakan suatu unit batuan yang memperlihatkan
 suatu pengendapan pada lingkungan.
Proses Pengendapan Di Air Dan Darat
Proses
 pengendapan di air, terbentuknya berupa timbunan di laut dan akan 
berakhir di air hangat. Namun pada kenyataan yang sering dijumpai, 
beberapa dikarenakan oleh aliran sungai. Ini juga termasuk timbunan di 
danau dan delta. Keseluruhan proses pengendapan hingga saat ini dapat 
diamati dalam berbagai bentuk walaupun ada beberapa aspek pengendapan 
yang tidak sempurna. Kemungkinan ini digunakan untuk mengklasifikasikan 
cara utama dimana material mengendap karena perpindahan air.
Proses pengendapan di daratan, sebagai tempat awal, tertransportasikan oleh arus sungai yang deras. Batuan yang terpisah / tanah yang tererosi akan dibawa oleh aliran sungai, mulai dari dasar hingga menuju puncaknya. Selama arus bergerak membelok dan memasuki area, kecepatannya akan menurun dan semakin banyaknya muatan yang dibawa akan terendap pada kerucut aluvial atau kipas aluvial. Endapan akan dapat dibedakan disekitar pegunungan dan sering dijumpai pada derah yang luas dan dalam. Banyak material sedimen ditemukan di daratan pesisir di Amerika dan kemungkinan terbentuk di daerah tersebut. Timbunan menunjukkan stratigrafi yang berasal dari formasi alaminya, dan karena perubahan volume aliran sungai yang deras, lapisan yang ada di dekatnya akan menjadi sangat berubah. Timbunan kerucut aluvial selalu menunjukkan perbedaan utama dari endapan kasar [termasuk bongkahan] di puncak dengan lempung di luarnya. Jika proses erosi terus berlanjut tanpa adanya pergerakan bumi, material yang ada di kerucut alivisl akan tererosi sendirinya.
Proses pengendapan di daratan, sebagai tempat awal, tertransportasikan oleh arus sungai yang deras. Batuan yang terpisah / tanah yang tererosi akan dibawa oleh aliran sungai, mulai dari dasar hingga menuju puncaknya. Selama arus bergerak membelok dan memasuki area, kecepatannya akan menurun dan semakin banyaknya muatan yang dibawa akan terendap pada kerucut aluvial atau kipas aluvial. Endapan akan dapat dibedakan disekitar pegunungan dan sering dijumpai pada derah yang luas dan dalam. Banyak material sedimen ditemukan di daratan pesisir di Amerika dan kemungkinan terbentuk di daerah tersebut. Timbunan menunjukkan stratigrafi yang berasal dari formasi alaminya, dan karena perubahan volume aliran sungai yang deras, lapisan yang ada di dekatnya akan menjadi sangat berubah. Timbunan kerucut aluvial selalu menunjukkan perbedaan utama dari endapan kasar [termasuk bongkahan] di puncak dengan lempung di luarnya. Jika proses erosi terus berlanjut tanpa adanya pergerakan bumi, material yang ada di kerucut alivisl akan tererosi sendirinya.
Tingkat
 akhir dalam proses pertumbuhan sungai juga menjadi faktor proses 
pengendapan. Setelah sungai mencapai tingkat dewasa, akan bertambah 
volume pengangkatan material sedimennya. Natural leeves akan terbentuk 
pada saluran sungai dan pada saat itu juga air meluap, mengisi area lain
 disetiap sampingnya dimana proses pengendapannya lambat. Area ini lebih
 dikenal sebagai alluvial / plain. Timbunan material di area tersebut 
juga akan terstratigrafikan.
Didaerah padang pasir, sungai mengalir menuju ke cekungan dalam yang kering / terisi air yang dangkal. Pengendapannya terjadi di bebrapa daerah dimana ketika air meluap membawa banyak material. Jika pergerakan bumi mendukung proses pengendapan, dalamnya timbunan akan menjadi seimbang dan kejadian ini ternyata sudah berlangsung dari waktu yang cukup lama. Material akan terstratigrafikan, namun banyak juga yang hilang. Material tersebut bervariasi, biasanya mencakup lapisan garam dan gypsum. Sungai mengalir menuju danau dan membawa timbunan kemudian menuju delta dan laut.
Didaerah padang pasir, sungai mengalir menuju ke cekungan dalam yang kering / terisi air yang dangkal. Pengendapannya terjadi di bebrapa daerah dimana ketika air meluap membawa banyak material. Jika pergerakan bumi mendukung proses pengendapan, dalamnya timbunan akan menjadi seimbang dan kejadian ini ternyata sudah berlangsung dari waktu yang cukup lama. Material akan terstratigrafikan, namun banyak juga yang hilang. Material tersebut bervariasi, biasanya mencakup lapisan garam dan gypsum. Sungai mengalir menuju danau dan membawa timbunan kemudian menuju delta dan laut.
Pengendapan di laut biasanya terbentuk dalam 3 daerah, yaitu :
1. Zona pantai
2. Zona dangkalan
3. Zona laut dalam
Material
 pada zona pantai memiliki keadaan alami secara sementara, sejak timbul 
di garis pantai dan akan berubah secara tetap. Material ini didominasi 
oleh materioal kasar [pasir dan kerikil].
Transportasi
Proses
 transprtasi adalah proses perpindahan / pengangkutan material yang 
diakibatkan oleh tenaga kinetis yang ada pada sungai sebagai efek dari 
gaya gravitasi. Sungai mengangkut material hasil erosinya dengan 
berbagai cara, yaitu
a. Traksi, yaitu material yang diangkut akan terseret pada dasar sungai.
b. Rolling, yaitu material akan terangkut dengan cara menggelinding pada dasar sungai.
c. Saltasi, yaitu material akan terangkut dengan cara meloncat pada dasar sungai.
d.
 Suspensi, yaitu proses pengangkutan material secara mengambang dan 
bercampur dengan air sehingga menyebabkan air sungai menjadi keruh.
e. Solution, yaitu pengangkutan material larut dalam air dan membentuk larutan kimia.
Sedimentasi
Proses
 sedimentasi adalah proses pengendapan material karena aliran sungai 
tidak mampu lagi mengangkut material yang dibawanya. Apabila tenaga 
angkut semakin berkurang, maka material yang berukuran besar dan lebih 
berat akan terendapkan terlebih dahulu, baru kemudian material yang 
lebih halus dan ringan. Bagian sungai yang paling efektif untuk proses 
pengendapan ini adalah bagian hilir atau pada bagian slip of slope pada 
kelokan sungai, karena biasanya pada bagian kelokan ini terjadi 
pengurangan energi yang cukup besar. Ukuran material yang diendapkan 
berbanding lurus dengan besarnya energi pengangkut, sehingga semakin ke 
arah hilir, energi semakin kecil, material yang diendapkanpun semakin 
halus.
Sedimentasi adalah terbawanya material hasil dari pengikisan dan pelapukan oleh air, angin atau gletser ke suatu wilayah yang kemudian diendapkan. Semua batuan hasil pelapukan dan pengikisan yang diendapkan lama kelamaan akan menjadi batuan sedimen. Hasil proses sedimentasi di suatu tempat dengan tempat lain akan berbeda.
Sedimentasi adalah terbawanya material hasil dari pengikisan dan pelapukan oleh air, angin atau gletser ke suatu wilayah yang kemudian diendapkan. Semua batuan hasil pelapukan dan pengikisan yang diendapkan lama kelamaan akan menjadi batuan sedimen. Hasil proses sedimentasi di suatu tempat dengan tempat lain akan berbeda.
Pengendapan oleh air laut
            Batuan
 hasil pengendapan oleh air laut disebut sedimen marine. Pengendapan 
oleh air laut dikarenakan adanya gelombang. Bentang alam hasil 
pengendapan oleh air laut, antara lain pesisir, spit, tombolo, dan 
penghalang pantai. Pesisir merupakan wilayah pengendapan di sepanjang 
pantai. Biasanya terdiri dari material pasir. Ukuran dan komposisi 
material di pantai sangat bervariasi tergantung pada perubahan kondisi 
cuaca, arah angin, dan arus laut. Arus pantai mengangkut material yang 
ada di sepanjang pantai. Jika terjadi perubahan arah, maka arus pantai 
akan tetap mengangkut material material ke laut yang dalam. Ketika 
material masuk ke laut yang dalam, terjadi pengendapan material. Setelah
 sekian lama, terdapat akumulasi material yang ada di atas permukaan 
laut. Akumulasi material itu disebut spit. Jika arus pantai terus 
berlanjut, spit akan semakin panjang. Kadang kadang spit terbentuk 
melewati teluk dan membetuk penghalang pantai (barrier beach).
Pengendapan oleh angin
Sedimen
 hasil pengendapan oleh angin disebut sedimen aeolis. Bentang alam hasil
 pengendapan oleh angin dapat berupa gumuk pasir (sand dune). Gumuk 
pantai dapat terjadi di daerah pantai maupun gurun. Gumuk pasir terjadi 
bila terjadi akumulasi pasir yang cukup banyak dan tiupan angin yang 
kuat. Angin mengangkut dan mengedapkan pasir di suatu tempat secara 
bertahap sehingga terbentuk timbunan pasir yang disebut gumuk pasir.
Pengendapan oleh gletser
Pengendapan oleh gletser
Sedimen
 hasil pengendapan oleh gletser disebut sedimen glacial. Bentang alam 
hasil pengendapan oleh gletser adalah bentuk lembah yang semula 
berbentuk V menjadi U. Pada saat musim semi tiba, terjadi pengikisan 
oleh gletser yang meluncur menuruni lembah. Batuan atau tanah hasil 
pengikisan juga menuruni lereng dan mengendap di lembah. Akibatnya, 
lembah yang semula berbentuk V menjadi berbentuk U.
1.  Deposisi
Pengendapan – Terjadi saat pengangkutan partikel yang membutuhkan energi dan terjadi pada waktu yang relatif singkat. Endapan tersusun atas butiran – butiran mineral. Dapat juga menghasilkan endapan kimia pada kondisi yang berbeda.
Pengendapan – Terjadi saat pengangkutan partikel yang membutuhkan energi dan terjadi pada waktu yang relatif singkat. Endapan tersusun atas butiran – butiran mineral. Dapat juga menghasilkan endapan kimia pada kondisi yang berbeda.
2.  Litifikasi
Terjadi dalam beberapa tahap, All taken together are termed Diagenesis.
a. Kompaksi - Squeezing out of water.
Terjadi dalam beberapa tahap, All taken together are termed Diagenesis.
a. Kompaksi - Squeezing out of water.
b. Sementasi - Precipitation of chemical cement from trapped water and circulating water.
c. Rekristalisasi-Growth of grains in response to new equilibrium conditions
IV. Hubungan Lingkungan Sedimentasi dan Fasies Sedimentasi
Walaupun para ahli geologi setuju pada hasil pengertian dari lingkungan pengendapan, mereka ternyata menemukan kesulitan dalam penyusunan pengertian yang tepat dari lingkungan pengendapan ini. Sebagai ilustrasinya, lingkungan sedimen telah digambarkan dalam beberapa variasi yaitu :
IV. Hubungan Lingkungan Sedimentasi dan Fasies Sedimentasi
Walaupun para ahli geologi setuju pada hasil pengertian dari lingkungan pengendapan, mereka ternyata menemukan kesulitan dalam penyusunan pengertian yang tepat dari lingkungan pengendapan ini. Sebagai ilustrasinya, lingkungan sedimen telah digambarkan dalam beberapa variasi yaitu :
1.Tempat pengendapan dan kondisi fisika, kimia, dan biologi yang menunjukkan sifat khas dari setting pengendapan [Gould, 1972].
2. Kompleks dari kondisi fisika, kimia, dan biologi yang tertimbun [Krumbein dan Sloss, 1963].
3. Bagian dari permukaan bumi dimana menerangkan kondisi fisika, kimia, dan biologi dari daerah yang berdekatan [Selley, 1978].
4.
 Unit spasial pada kondisi fisika, kimia, dan biologi scara eksternal 
dan mempengaruhi pertumbuhan sedimen secara konstan untuk membentuk 
pengendapan yang khas [Shepard dan Moore, 1955].
Definisi
 tersebut memang berbeda, tetapi pada umumnya memberikan tekanan pada 
kondisi fisika, kimia, dan biologi. Pada konteks ini, lingkungan 
pengendapan mengarah pada unit geomorfik dimana terjadi pengendapan. 
Lingkungan ini dibentuk dari parameter khusus fisika, kimia, dan biologi
 yang sesuai terhadap unit geomorfik dari geometri dan ukuran 
partikular. Proses ini akan mengoperasikan tingkat dan ntensitas yang 
menghasilkan tekstur khas, struktur, dan sifat lainnya, sehingga 
pengendapan yang khusus akhirnya terbentuk. Sebagai contohnya, pantai 
akan mempertimbangkan unit geomorfik dari ukuran dan bentuk tertentu, 
proses fisika tertentu [gelombang dan aktivitas arus], proses kimia 
[solusi dan presipitasi], dan proses biologi [penggalian, sedimen 
ingestion, dan aktivitas serupa] yang terjadi untuk menghasilkan badan 
pasir pantai yang khas oleh partikular geometri, tekstur dan struktur 
sedimen, dan mineralogi.
Fasies
 menunjukkan unit stratigrafi yang mengacu pada aspek litologi, 
struktural, dan karakter organisme yang dapat dikenali di lapangan.
Tiap lingkungan sedimen memiliki karakteristik akibat parameter fisika, kimia, dan biologi dalam fungsinya untuk menghasilkan suatu badan karakteristik sedimen oleh tekstur khusus, struktur, dan sifat komposisi. Hal tersebut biasa disebut sebagai fasies. Istilah fasies sendiri akan mengarah kepada perbedaan unit stratigrafi akibat pengaruh litologi, struktur, dan karakteristik organik yang terdeteksi di lapangan. Fasies sedimen merupakan suatu unit batuan yang memperlihatkan suatu pengendapan pada lingkungan
Interpretasi lingkungan umumnya menghambat karena adanya suatu kenyataan mengenai kecenderungan fasies yang sama yang dihasilkan pada setting lingkungan yang berbeda. Hal tersebut sering terjadi sehingga akan membuat suatu penyajian lingkungan yang khas pada suatu dasar fasies pengendapan tunggal. Sebagai contohnya, perlapisan silang siur dari batupasir dapat dibentuk karena transportasi angin dan air. Jika terendap pada air, mereka akan terbentuk pada suatu pantai, sungai, pada saluran pasang surut, pada dangkalan samudera, atau pada lingkungan yang lain dimana proses traksi dapat berlangsung. Interpretasi lingkungan akan dapat kita kuasai jika kita mampu mempelajari hubungan fasies dengan urutan yang benar dibandingkan dengan fasies tunggal. Hubungan suatu fasies dapat digagaskan dalam pembagian grup fasies yang terjadi secara bersama – sama yang selanjutnya akan berkaitan dengan lingkungan. Sebagai contohnya, jika pada perlapisan silang siur batupasir asosiasi terdekatnya adalah dengan terkandungnya tanah, batubara, atau serpih lanauan yang mengandung akar, daun, dan batang, kita bisa membuat interpretasi pengendapannya pada sistem sungai. Dalam mempelajari hubungan fasies dan urutannya, kita harus benar – benar memperhatikan keadaan alami dari kontak hubungan antara fasies dan derajat urutan baik acak maupun tidak. Dengan adanya aplikasi dari prinsip stratigrafi, kita dapat menduga hubungan dari dua fasies karena kontak derajat atau penggambaran batas dari pendekatan lateral. Sementara itu, hubungan fasies karena kenaikan atau akibat erosi perbatasan yang mungkin dapat menggambarkan lingkungannya ataupun tidak, pada pendekatan lateral. Pada kenyataannya, fasies karena kontak erosi umumnya menandakan perubahan dari kondisi pengendapan dan menjadi permulaan siklus sedimentasi yang baru. Fasies di dalam hubungan partikular akan tersebar vertikal pada suatu cara pengacakan yang nyata atau mungkin menunjukkan pola tertentu dari perubahan vertikal. Dua tipe umum dari perubahan fasies vertikal yaitu Coarsening Upward Sequence dan Fining Upward Sequence.
Tiap lingkungan sedimen memiliki karakteristik akibat parameter fisika, kimia, dan biologi dalam fungsinya untuk menghasilkan suatu badan karakteristik sedimen oleh tekstur khusus, struktur, dan sifat komposisi. Hal tersebut biasa disebut sebagai fasies. Istilah fasies sendiri akan mengarah kepada perbedaan unit stratigrafi akibat pengaruh litologi, struktur, dan karakteristik organik yang terdeteksi di lapangan. Fasies sedimen merupakan suatu unit batuan yang memperlihatkan suatu pengendapan pada lingkungan
Interpretasi lingkungan umumnya menghambat karena adanya suatu kenyataan mengenai kecenderungan fasies yang sama yang dihasilkan pada setting lingkungan yang berbeda. Hal tersebut sering terjadi sehingga akan membuat suatu penyajian lingkungan yang khas pada suatu dasar fasies pengendapan tunggal. Sebagai contohnya, perlapisan silang siur dari batupasir dapat dibentuk karena transportasi angin dan air. Jika terendap pada air, mereka akan terbentuk pada suatu pantai, sungai, pada saluran pasang surut, pada dangkalan samudera, atau pada lingkungan yang lain dimana proses traksi dapat berlangsung. Interpretasi lingkungan akan dapat kita kuasai jika kita mampu mempelajari hubungan fasies dengan urutan yang benar dibandingkan dengan fasies tunggal. Hubungan suatu fasies dapat digagaskan dalam pembagian grup fasies yang terjadi secara bersama – sama yang selanjutnya akan berkaitan dengan lingkungan. Sebagai contohnya, jika pada perlapisan silang siur batupasir asosiasi terdekatnya adalah dengan terkandungnya tanah, batubara, atau serpih lanauan yang mengandung akar, daun, dan batang, kita bisa membuat interpretasi pengendapannya pada sistem sungai. Dalam mempelajari hubungan fasies dan urutannya, kita harus benar – benar memperhatikan keadaan alami dari kontak hubungan antara fasies dan derajat urutan baik acak maupun tidak. Dengan adanya aplikasi dari prinsip stratigrafi, kita dapat menduga hubungan dari dua fasies karena kontak derajat atau penggambaran batas dari pendekatan lateral. Sementara itu, hubungan fasies karena kenaikan atau akibat erosi perbatasan yang mungkin dapat menggambarkan lingkungannya ataupun tidak, pada pendekatan lateral. Pada kenyataannya, fasies karena kontak erosi umumnya menandakan perubahan dari kondisi pengendapan dan menjadi permulaan siklus sedimentasi yang baru. Fasies di dalam hubungan partikular akan tersebar vertikal pada suatu cara pengacakan yang nyata atau mungkin menunjukkan pola tertentu dari perubahan vertikal. Dua tipe umum dari perubahan fasies vertikal yaitu Coarsening Upward Sequence dan Fining Upward Sequence.
•
 Coarsening-upward sequences menunjukkan adanya penambahan kenaikan 
ukuran butir dari dasar erosi atau kenaikannya. Hal ini menunjukkan 
peningkatan energi arus pengendapan.
•
 fining-upward sequences sendiri merupakan kebalikannya, yaitu ukuran 
butir akan semakin halus dari puncak erosinya. Menunjukkan penurunan 
energi arus pengendapan
V. Dasar-dasar Analisis Lingkungan
Pengenalan lingkungan sedimen didasarkan pada dua kriteria pokok:
1. Kriteria berdasarkan komponen pengendapan primer
1. Kriteria berdasarkan komponen pengendapan primer
a. Kriteria fisik
- Geometri unit fasies, menunjukkan bentuk 3 dimensi dari tubuh sedimen, antara lain:
• bentuk equidimensional, seperti lembaran atau selimut, prisma
• bentuk elongate, seperti pods, rebbon atau shoestring, dendroids (Potter, 1962).
-
 litologi, unit sedimen gross litologi merupakan indicator lingkungan 
pengendapan yang sangat umum. Contohnya, tend batugamping menjadi 
deposit karena suhu hangat. shelves laut dangkal.
-
 asosiasi fasies menyamping dan vertikal, hubungannya dengan pengamatan 
outcrop atau penentuan data bagian permukaan, sangat penting untuk 
membedakan lingkungan
-
 struktur sedimen, penting untuk indikator lingkungan karena dibentuk 
oleh proses pengendapan, terutama yang terbentuk di lingkungan 
pengendapan.
b. Kriteria geokimia
Komposisi
 unsur utama batuan sedimen silisiklastik berfungsi sebagai komposisi 
kimia partikel silisiklastik yang membentuk batuan.
c. Kriteria biologi
c. Kriteria biologi
Digunakan untuk rekonstruksi paleoenvironmental, fosil adalah salah satu yang sangat berguna.
2. Kriteria berdasarkan kenampakan sedimen
a. Kenampakan ukuran dari log sumur mekanik, meliputi resistivity, sonic velocity, dan radioaktivity.
b.  Kenampakan interpretasi dari pengukuran sumur log meliputi density/porosity, ukuran butir, litologi, dip perlapisan.
3.
 Karakteristik dari interpretasi darai reakaman refleksi seismic, antara
 lain hubungan kontak utama (uniformity, comformity), strata 
kontinuitas, dip strata, identifikasi unit fasies seismik.
VI. Klasifikasi Lingkungan Pengendapan
Klasifikasi lingkungan pengendapan dapat dibedakan menjadi:
a. kontinetal, antara lain gurun atau eolian, fluvial termasuk braided river dan point bar river, dan limnic
a. kontinetal, antara lain gurun atau eolian, fluvial termasuk braided river dan point bar river, dan limnic
b. peralihan, termasuk delta. lobate, esturine, litoral (pantai, laguna, dan barrier islands, offshore bar, tidal flat.
c. marine, meliputi neritis atau laut dangkal, deep neiritis, batial, abisal.
VII. Fasies Model
VII. Fasies Model
Model
 fasies adalah miniatur umum dari sedimen yang spesifik. Model fasies 
dapat diiterpretasikan sebagai urutan ideal dari fasies dengan diagram 
blok atau grafik dan kesamaan. Ringkasan model ini menunjukkan sebagaio 
ukuran yang bertujuan untuk membandingkan framework dan sebagai penunjuk
 observasi masa depan. model fasies memberikan prediksi dari situasi 
geologi yang baru dan bentuk dasar dari interpretasi lingkungan. pada 
kondisi akhir hidrodinamik. Model fasies merupakan suatu cara untuk 
menyederhanakan, menyajikan, mengelompokkan, dan menginterpretasikan 
data yang diperoleh secara acak.
Ada bermacam-macam tipe fasies model, diantaranya adalah :
a)     Model
 Geometrik berupa peta topografi, cross section, diagram blok tiga 
dimensi, dan bentuk lain ilustrasi grafik dasar pengendapan framework
Model Geometrik empat dimensi adalah perubahan portray dalam erosi dan deposisi oleh waktu .
Model Geometrik empat dimensi adalah perubahan portray dalam erosi dan deposisi oleh waktu .
b)      Model
 statistik digunakan oleh pekerja teknik, seperti regresi linear 
multiple, analisis trend permukaaan dan analisis faktor. Statistika 
model berfungsi untuk mengetahui beberapa parameter lingkungan 
pengendapan atau memprediksi respon dari suatu elemen dengan elemen lain
 dalam sebuah proses-respon model.
Provenance, Proses, dan Diagenesis Sedimen
        
 Batuan sedimen berasal dari pelapukan dan erosi batuan yang telah ada 
sebelumnya. Sedimen tertransportasi oleh bermacam-macam agen termasuk 
gravitasi, air yang mengalir, angin dan es yang bergerak (gletser). 
Sediment tersebut akan berpindah dari asalnya ke tempat-tempat 
pengendapan yang beragam. Di tempat tersebut sedimen diendapkan dalam 
berbagai macam litofasies yang karakternya tergantung pada lingkungan 
pengendapannya. Setelah pengendapan dan terjadinya timbunan sedimen, 
akumulasi sedimen itu mengalami diagenesis. Proses-peroses fisika, kimia
 dan biologi mengakibatkan: (1) perubahan dari sediment menjadi batuan 
sediment, (2) terjadinya modifikasi pada tekstur dan mineralogi pada 
batuan. Diagenesis berlawanan dengan pelapukan karena proses pelapukan 
merupakan perubahan dari batuan menjadi tanah. Arah reaksi keduanya 
berlawanan. Pada pelapukan terjadi degradasi dan proses yang 
mengakibatkan batuan menjadi lepas, terdiri dari mineral yang stabil 
pada permukaan bumi, sedangkan pada diagenesis material sedimen berubah 
menjadi lebih padu.
Pelapukan dan Provenance
Sifat endapan sediment pada berbagai lingkungan tergantung pada beberapa faktor yaitu :
1. Sumber atau tempat sediment itu berasal, yang mengontrol jenis material yang terdapat sebagai sedimen
2. Pelapukan dan transportasi, yang mengontrol perubahan-perubahan yang terjadi pada material sedimen
Pelapukan
Pelapukan secara umum terbagi menjadi proses yaitu:
1. Proses fisika yang disebut sebagai disintegrasi
2. Proses kimia yang disebut dekomposisi.
Prinsip
 disintegrasi pada pembentukan tanah atau sedimen yaitu berkurangnya 
ukuran butir tanpa perubahan pada komposisi kimianya. Hal ini terjadi 
akibat penghancuran secara fisika melalui:
• Abrasi, yaitu proses penggerusan batuan oleh agen transport seperti air dan es.
•
 Frost Action, yaitu proses pembekuan air dalam batuan. Hal ini 
mengakibatkan batuan terpecah akibat bertambahnya volume air ketika 
membeku.
• Aktivitas biologi, di antaranya rekahan pada batuan karena pertumbuhan akar.
Berkurangnya
 ukuran butir mengakibatkan bertambahnya luas permukaan partikel, hal 
ini tentunya akan meningkatkan laju reaksi kimia yang terjadi selama 
proses dekomposisi.
Proses
 dekomposisi diantaranya oksidasi, reduksi, solusi (larut), hidrasi, dan
 hidrolisis. Oksidasi adalah proses dimana bilangan oksidasi (valensi) 
suatu ion meningkat sedangkan reduksi adalah kebalikannya. Salah satu 
proses oksidasi yang umum pada pelapukan yaitu oksidasi pada besi. 
Contohnya adalah magnetit, suatu mineral yang umum ditemukan pada batuan
 beku, sedimen dan metamorf yang berubah menjadi mineral hasil pelapukan
 yang umum yaitu hematite.
4Fe2O3.FeO + O2 ---> 6 Fe2O3
Magnetit + Oksigen hematite
(Contoh proses reduksi yaitu pembentukan pirit pada kondisi anaerobik.)
Air
 berperan sangat penting dalam proses dekomposisi sebagai pelarut atau 
reaktan. Contohnya air dan asam pada larutan merupakan dua agen pelarut 
utama. Pelarutan adalah proses yang mana material yang dapat larut 
terlarut, atau pecah menjadi ion. Contohnya yaitu dekomposisi pada 
piroksen:
(Mg, Fe, Ca)SiO3 + 2 H+ + H2O ---> Mg2+ + Fe2+ + Ca2+ + H4SiO4
Piroksen + Ion Hidrogen + air Ion Mg, Fe, Ca + molekul silicic acid
Reaksi
 yang sama terjadi pada mineral ferromagnesian silicates yang lain. Ion 
Ca, Mg dan silicic acid yang dihasilkan pada reaksi ini 
tertransportasikan jauh melalui larutan, sedangkan ion Fe mungkin 
mengalami oksidasi atau hidrasi atau keduanya dan terpresipitasi sebagai
 hematite atau geotit. Hal yang sama, mineral karbonat terlarutkan 
menghasilkan ion Ca, Mg dan molekul bikarbonat, yang semuanya 
tertransportasi sebagai larutan.
Air
 juga penting dalam hidrasi dan hidroslisis. Hidrasi adalah reaksi air 
dan komponen yang lain yang menghasilkan fase lain. Contohnya, goetit 
yang dihasilkan dari hematite melalui reaksi hidrasi:
Fe2O3 + H2O ---> 2 FeOOH
Hidrolisis
 adalah reaksi kelebihan H+ atau OH- yang dihasilkan reaksi yang 
bersangkutan. Reaksi hidrolisis terlihat sebagai reaksi penggantian 
kation suatu struktur mineral oleh hydrogen. Contohnya, pelapukan 
olivine menjadi silicic acid, ion Fe dan Mg, dimana hydrogen 
menggantikan Mg dan Fe.
(Mg, Fe)2SiO4 + 4 H2O ---> xMg2+ + 2-xFe2+ + H4SiO4 + 4 (OH)-
Hal yang sama terjadi pada hidrolisis feldspar dan segera setelah itu membentuk mineral lempung kaolinit:
KAlSi3O8 +H2O ---> HAlSi3O8 + K+ + OH-
2 HAlSi3O8 + 9 H2O ---> Al2Si2O5(OH)4 + 4 H4SiO4
Setiap
 proses dekomposisi adalah perubahan mineral yang tidak stabil pada 
permukaan bumi berubah menjadi mineral, molekul, atau ion yang lebih 
stabil dibawah kondisi permukaan. Produk utama pada proses ini yaitu 
kuarsa, mineral lempung, oksida besi, dan ion seperti Ca2+ dan Mg2+. 
Tiga produk hasil pelapukan karbonat berupa ion Ca dan Mg-, Mineral 
lempung, dan kuarsa serta opal dihasilkan dari proses yang kira-kira 
sama dengan umur bumi yaitu 4,5 miliar tahun.
Kestabilan
 relatif dari mineral selama proses pelapukan dikemukakan oleh Goldich 
(1938) yang merupakan kebalikan dari Deret Bowen. Dia menemukan bahwa 
Olivine, Augite (klinopiroksen), dan Ca-plagioklas lebih mudah 
terlapukan dibandingkan dengan kuarsa dan muskovit. Walaupun secara umum
 hal ini benar, proses pelapukan lebih rumit dari perkiraan. Hal lain 
yang mempengaruhi adalah iklim, mikroba dan tanaman dan asam yang 
dihasilkannya. Olivine, augite, dan plagioklas mengandung unsur Mg, Na, 
K, Ca, yang mudah telepas melalui pemecahan ikatan ion dengan oksigen. 
Si, Al, dan Ti membentuk ikatan kovalen dengan oksigen yang lebih sulit 
untuk pecah, yang mencegah pemecahan mineral seperti kuarsa.
Provenance
Provenance
 adalah sumber material sedimen, yang merupakan faktor utama yang 
menentukan komposisi sedimen. Faktor provenance mengontrol proses 
pelapukan dan sifat sedimen yang dapat disuplai oleh berbagai macam 
agen. Faktor ini diantaranya relief dan elevasi yang merupakan fungsi 
dari setting tektonik, iklim dan vegetasi yang bersangkutan, serta 
komposisi dari batuan asal. Pada komposisi batuan asal kita bisa 
mengambil contoh yang sederhana, bila batuan asalnya banyak mengandung 
kuarsa maka sedimen yang dihasilkan akan banyak mengandung kuarsa juga. 
Bila batuan sumbernya kaya akan feldsfar maka sedimen yang dihasilkan 
akan banyak mengandung feldsfar dan mineral lempung tergantung dari 
tingkat pelapukan batuannya.
Relief
 dan elevasi dari provenance akan berpengaruh pada dekomposisi dan 
disintegrasi, dan transportasinya. Relief adalah perbedaan ketinggian 
didalam cekungan erosional, yang mengontrol laju erosi. Secara umum, 
daerah yang memiliki relief yang tinggi, yang merupakan daerah uplift 
yang aktif, akan mengalami laju erosi yang tinggi. Sebaliknya pada 
daerah yang berelief rendah yang umumnya datar memiliki laju erosi yang 
rendah. Daerah yang datar merupakan daerah metastabil dimana energi 
potensial minimum. Konsekuensinya material tidak bisa turun dan 
mengakibatkan laju disintegrasi rendah, hal ini akan mengakibatkan 
proses dekomposisi berlangsung cukuip lama.
Elevasi
 provenance juga penting, karena elevasi akan mempengaruhi iklim, dimana
 pada gilirannya akan mempengaruhi proses disintegrasi dan dekomposisi. 
Pada elevasi yang tinggi air akan membeku, hal ini tentunya akan 
menyebabkan proses disintegrasi terutama frost action berperan cukup 
dominan. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa pada elevasi yang 
tinggi proses disintegrasi cukup dominan sedangkan pada elevasi yang 
rendah terutama daerah tropis proses dekomposisi cukup dominan.
Iklim
 dan vegetasi juga memiliki peran yang penting. Pada iklim dingin laju 
proses dekomposisi akan rendah sedangkan laju proses disintegrasi akan 
tinggi. Sebaliknya pada iklim hangat proses dekomposisi akan lebih 
dominan daripada proses disintegrasi dan pada iklim panas proses yang 
dominan adalah disintegrasi sama seperti pada iklim dingin. Vegetasi 
akan banyak pada iklim hangat, basah dari pada iklim dingin dan panas. 
Vegetasi dapat menghasilkan asam organik dan senyawa lain yang dapat 
menyebabkan proses dekomposisi. Contohnya lava muda di Hawaii yang 
ditutupi oleh tumbuhan (lichens, yang banyak mengandung besi, terlapukan
 lebih tinggi daripada batuan yang sama dan seumur. Hal ini dapat 
menjawab pertanyaan mengenai proses disintegrasi dan dekomposisi pada 
pre-Devonian yang vegetasinya kurang, dimana pada pre-Devonian proses 
disintegrasi lebih penting dari pada dekomposisinya sehingga sedimennya 
sedikit mengandung lempung.
Produk hasil pelapukan
Fenomena
 yang terpampang pada gambar ini adalah bagian dari proses 
hancurnya/lapuknya batuan beku pada sebuah tebing yang berkemiringan 
hampir 90 derajat di kaki gunung Semeru, di perbatasan Kabupaten 
Lumajang dengan Kabupaten Malang, Jawa Timur.
Produk
 yang dihasilkan dari pelapukan yaitu kuarsa, mineral lempung dan oksida
 besi dan hidrat yang merupakan material residu yang tertinggal di tanah
 yang dihasilkan dari batuan yang terdekomposisi tinggi. Silicic acid 
dan kation berbagai logam (termasuk Ca, Mg, Fe, Mn, Na, dan K) dan P akan tertransportasikan jauh dari sumbernya.
Transportasi sediment
Transportasi
 sedimen dimulai ketika material terlapukan dan ion terlarut. 
Transportasi material yang terlarut disebut transportasi larutan, 
sedangkan material padat tertransportasi melalui transportasi mekanik. 
Transportasi mekanik di antaranya falling, sliding, rolling, 
bouncing(saltation), flowing dan transportasi supensi.
Transportasi
 sedimen tergantung pada sifat fisik dari agen transportasi, sifat 
material, sifat fisik dari campuran agen transportasi dan material, dan 
gaya yang menyebabkan transportasi.
Agen
 transportasi diantaranya gravitasi, air mengalir, angin dan es yang 
bergerak. Gravitasi tidak hanya menyebabkan pergerakan material tetapi 
juga menggerakan arus air dan es untuk bergerak turun.
Transportasi mekanik, di antaranya:
• Transportasi gravitasi
Gravitasi
 merupakan agen utama yang mengakibatkan transportasi pada landslides 
dan massflow. Pada pergerakan masa subaeria (falls, slides, slumps, 
avalanches, mudflowa, dan subaerial debris flows) dan submarine debris 
flow transportasi terjadi ketika gaya yang menahan (resisting force) 
terlampaui.
Pada
 falls, slides, slumps dan avalanches, retakan dihasilkan ketika batuan 
kehilangan gaya kohesi antara partikelnya yang kemudian bergerak dan 
berhenti ketika energinya habis. Sedimen yang dihasilkan berupa breksi 
atau diamicite yang terpilah buruk, tidak berlapis.
Pada
 debris flows, mudflows dan olisostrom seluruh masa diendapkan sekali. 
Pergerakannya biasanya berlangsung ketika terdapat air yang 
mengakibatkan gaya gesek antar partikel mengecil dan mengakibatkan masa 
meluncur dan terendapkan dengan kacau. Produk yang dihasilkan terpilah 
buruk, banyak material Lumpur dan lapisan biasanya tebal dan massive.
Grain
 flow adalah aliran dari butiran sediment yang inkohesif yang terdapat 
pada lereng yang curam. Aliran terjadi ketika akumulasi sedimen melebih 
gaya gesek antar partikel dan ketika gempa bumi. Endapan yang dihasilkan
 berupa pasir yang terpilah baik, tak berstruktur sampai berlaminasi 
secara lokal.
• Transportasi glacial
Transportasi
 ini dihasilkan oleh gaya gravitasi terhadap aliran fluida, tetapi laju 
alirannya sangat lambat. Glacier membawa partikel melalui penggusuran 
sepanjang dasar dan sisinya. Partikel yang besar biasanya tertinggal dan
 yang lebih kecil akan terbawa lebih jauh. Sedimen yang terpilah baik, 
berukuran halus diendapkan sebagai outwash dan yang terpilah buruk dan 
kasar diendapkan sebagai till.
• Transportasi air dan udara
Ketika
 air dan udara bergerak terjadi gesekan antara fluida dengan sekitarnya.
 Turbulensi dimulai dekat batas dengan sekitarnya, seperti dekat dasar 
sungai sebagai hasil dari interaksi gaya di tempat tersebut. Faktor yang
 menentukan bergeraknya partikel adalah ukuran, densitas dan bentuk 
partikel, kecepatan aliran, viskositas fluida dan batas gaya gesek.
Sedimentasi
 akan terjadi ketika fluida melambat. Masing-masing ukuran partikel 
jatuh keluar dari suspensi dan menjadi bagian dari pergerakan bed load. 
Pada unit pengendapan dari suspensi biasanya berupa laminasi tabular, 
ketebalan bervariasi tetapi biasanya tipis saja. Lapisan dari bed load 
yang terendapkan melalui traksi mungkin tipis tetapi cenderung sedang 
sampai tebal dan membentuk cross bedding, imbrikasi butir dan ripple 
marks.
Transportasi kimia
Ion
 dan molekul yang dihasilkan dari dekomposisi akan menjadi bagian dari 
larutan dalam air tanah dan air permukaan. Selama perpindahan larutan 
mungkin mengalami pengenceran, pengkonsentrasian dan perubahan dalam 
kimianya karena reaksi dengan batuan yang dilaluinya. Jika bereaksi 
dengan batuan atau sediment, batuan dan sediment mengalami perubahan 
diagenesis. Presipitasi kimia yang terjadi selama diagenesis merupakan 
salah satu bentuk pengendapan kimia.
 
Diagenesis
Setelah
 sedimen terendapkan, diagenesis adalah proses yang bekerja pada sedimen
 tersebut. Diagenesis merupakan proses fisika, kimia dan biologi yang 
secara umum mengubah sedimen menjadi batuan sedimen. Diagenesis 
kemungkinan berlanjut bekerja setelah sedimen menjadi batuan, mengubah 
tekstur dan mineraloginya.
Tujuh proses diagenesis yang terjadi yaitu :
 
1. Kompaksi
 
2. Rekristalisasi
 
3. Pelarutan
 
4. Sementasi
 
5. Autigenisasi
 
6. Replacement
 
7. Bioturbasi
 
Kompaksi
 adalah proses yang menyebabkan volume sedimen berkurang. Ini dihasilkan
 oleh tekanan penutup (overburden), yang diakibatkan oleh berat dari 
sedimen dan batuan di atasnya. Tekanan ini mengakibatkan penyusunan 
kembali butiran dan pengeluaran fluida, hal ini menghasilkan pengurangan
 porositas batuan sedimen. Kemungkinan tingkat kompaksi merupakan fungsi
 dari ukuran butir, bentuk butir, pemilahan, porositas awal dan jumlah 
fluida yang terdapat dalam sedimen. Sedimen dengan pemilahan yang baik, 
membundar akan kurang kompak bila dibandingkan dengan sedimen yang 
terpilah buruk dan menyudut. Pada sedimen yang terpilah buruk ukuran 
butir yang kecil akan mengisi rongga antar butiran yang besar dan pada 
sedimen yang menyudut, ikatan antar butirnya akan sangat kuat karena 
bersifat saling mengunci. Pada pasir porositas awalnya sekitar 25% - 
50%, pada sedimen karbonat kemungkinan cukup tinggi yaitu sekitar 50% - 
75% dan pada lumpur lempung lebih dari 85%. Pada batuan sedimen 
porositas kecil yaitu 0% - 2% hal ini dikarenakan kompaksi dan proses 
diagnesis lain terutama sementasi.
 
Rekristalisasi
 adalah proses di mana kondisi fisika dan kima menyebabkan 
pengorientasian kembali kristal lattice pada butir mineral. 
Rekristalisasi bekerja melalui pelarutan dan presipitasi dari fase 
mineral yang terdapat pada batuan. Ketika fluida melewati batuan atau 
sedimen, komponen pada sedimen yang tidak stabil karena tekanan, pH, 
temperature akan mengalami pelarutan. Kemudian material yang terlarut 
itu akan mengalami transportasi dan akan terpresipitasi pada pori-pori 
sediment yang memiliki kondisi yang berbeda. Hal yang penting yaitu 
tekanan pelarutan, yaitu suatu proses di mana tekanan terkonsentrasi 
pada satu titik antara dua butir yang menyebabkan pelarutan dan migrasi 
ion atau molekul yang menjauhi titik itu. Lewat proses ini massa 
tertransportasi dari titik kontak menuju tempat dengan tekanan yang 
lebih rendah yang memungkinkan presipitasi dari larutan itu. Tentunya 
rekristalisasi ini akan menyebabkan pengurangan porositas sedimen dan 
memfasilitasi rekristalisasi tekstur.
 
Sementasi
 adalah proses di mana terjadi presipitasi kimia pada pembentukan 
kristal baru, terbentuk didalam pori-pori sedimen atau batuan yang 
mengikat satu butir dengan butir lainnya. Semen yang umum yaitu kuarsa, 
kalsit dan hematite, tetapi jenis semen secara luas di antaranya 
aragonite, Mg kalsit, dolomite, gypsum celesite, goethite, dan todorit. 
Tekanan pelarutan secara local dapat menghasilkan semen, tetapi banyak 
semen merupakan material baru (allochemical material) yang masuk melalui
 larutan. Jelas bahwa proses sementasi akan mengakibatkan berkurangnya 
porositas dan menghasilkan tekstur baru seperti spherulitic, comb 
texture, dan poikilotopic texture.
 
Autigenesis
 (neocrystalitation) adalah proses yang mana fase mineral baru mengalami
 kristalisasi didalam sediment atau batuan selama proses diagenesis 
ataupun setelahnya. Mineral baru mungkin terbentuk melalui reaksi di 
dalam fase yang terdapat dalam sedimen atau batuan, mungkin juga muncul 
karena presipitasi dari material yang masuk melalui fase fluida, atau 
dihasilkan dari kombinasi sedimen primer dan material yang masuk. 
Autigenesis operlap dengan pelapukan, sementasi dan biasanya 
rekristalisasi, dan kemungkinan menghasilkan replacement. Jenis dari 
fasa autigenesis jauh lebih beragam dibandingkan dengan mineral semen. 
Fase autigenesis termasuk silikat seperti kuarsa, K-feldspar, 
lempung,dan zeolite; carbonat seperti kalsit, dolomite dan carbonat 
besi; evaporate mineral seperti halit, sylvite, gypsum dan 
anhidrit;oksida seperti hematite, goetit, todorokit; dan mineral samping
 lainnyatermasuk sulfat, sulfide dan fosfat.
 
Replacement
 yaitu proses yang mana mieral baru menggantikan (secara kimia dan 
fisika) in situ pada endapan mineral. Replacement mungkin bersifat 
neomorphic, yang mana butiran yang baru memiliki fase yang sama dengan 
asalnya atau polimorpisme dari fase asalnya. Pseudomorfic yang mana fase
 baru merupakan tiruan dari bentuk eksternal dari fase yang digantikan 
tetapi fasenya berbeda, allomorphic yaitu replacement dalam bentuk fase 
baru yang biasanya berbeda bentuk kristalnya dan menggantikan sepenuhnya
 fase sediment asal. Fase replacement sama beragamnya dengan fase 
autigenesis, tetapi fase replacement yang penting yaitu dolomite, opal, 
kuarsa dan ilite.
 
Bioturbasi
 adalah aktifitas biologis yang terjadi dekat permukaan, termasuk 
burrowing, boring dan pencampuran sedimen oleh organisme. Pada beberapa 
kasus proses ini dapat meningkatkan kompaksi, menghancurkan laminasi dan
 perlapisan. Selama proses bioturbasi beberapa organisme 
mempresipitasikan material yang berfungsi sebagai semen.
 
Daigenesis biasanya dibagi menjadi tiga tahap, yaitu:
 
1. Eogenesis, proses awal diagenesis yang terdapat di antara endapan dan timbunan, atau dekat permukaan,
 
2. Mesogenesis, tahap tengah dari proses diagenesis yang terjadi setelah penimbunan,
 
3. Telogenesis, tahap akhir dari proses diagenesis.
 Mekanisme Transportasi Sedimen
Batuan
  sedimen memiliki banyak hal menarik untuk dibahas. Selain bentuknya 
yang unik  dan beragam serta jumlahnya yang melimpah di muka bumi 
(hampir 75%  kulit bumi terdiri atas batuan sedimen), proses-proses yang
 terjadi juga  sangatlah menarik untuk dibahas. Salah satu proses yang 
menarik adalah  bagaimana sedimen sebagai penyusun batuan sedimen dapat terangkut dan  diendapkan menjadi batuan sedimen.  
Sebelum
  mengetahui bagaimana sedimen terangkut dan terendapkan dalam suatu  
cekungan mungkin ada baiknya kita dapat memahami prinsip apa saja yang  
bisa kita temukan dalam batuan sedimen. Prinsip-prinsip tersebut  
sangatlah beragam diantaranya prinsip uniformitarianism. Prinsip penting
  dari uniformitarianism adalah proses-proses geologi yang terjadi sekarang juga terjadi di masa lampau. Prinsip ini diajukan oleh Charles Lyell  di tahun 1830. Dengan menggunakan prinsip tersebut dalam mempelajari  proses-proses geologi yang terjadi
 sekarang, kita bisa memperkirakan  beberapa hal seperti kecepatan 
sedimentasi, kecepatan kompaksi dari  sediment, dan juga bisa 
memperkirakan bagaimana bentuk geologi yang  terjadi dengan 
proses-proses geologi tertentu.  
Lapisan
  horizontal yang ada di batuan sedimen disebut bedding. Bedding  
terbentuk akibat pengendapan dari partikel-partikel yang terangkut oleh 
 air atau angin. Kata sedimen sebenanrya berasal dari bahas latin  
”sedimentum” yang artinya endapan. Batas-batas lapisan yang ada di  
batuan sedimen adalah bidang lemah yang ada pada batuan dimana batu bisa
  pecah dan fluida bisa mengalir. Selama susunan lapisan belum berubah  
ataupun terbalik maka lapisan termuda berada di atas dan lapisan tertua 
 berada di bawah. Prinsip tersebut dikenal sebagai prinsip 
superposition.  Susunan lapisan tersebut adalah dasar dari skala waktu 
stratigrafi atau  skala waktu pengendapan. Pengamatan pertama atas 
fenomena ini dilakukan  oleh Nicolaus Steno di tahun 1669. Beliau mengajukan beberapa prinsip berkaitan dengan fenomena tersebut. Prinsip-prinsip itu adalah prinsip horizontality, superposition, dan original continuity. Prinsip horizontality menjelaskan bahwa semula batuan sedimen diendapkan dalam posisi horizontal.  Pembentuk
  batuan sedimen adalah partikel-partikel atau sering disebut sedimen  
yang terbentuk akibat hancuran batuan yang telah ada sebelumnya seperti 
 batuan beku, batuan metamorf, dan juga batuan sedimen sendiri. Berdasarkan ukuran partikel dari sedimen klastik, sedimen-sedimen dapat dibedakan sebagai berikut: 
| Klasifikasi- Berdasarkan ukuran partikel dari sedimen klastik | 
| Nama Partikel | Ukuran | Sedimen | Nama batu | 
| Boulder/Bongkah | >256 mm | Gravel | Konglomerat dan Breksi (tergantung kebundaran partikel) | 
| Cobble/Kerakal | 64 – 256 mm | Gravel | |
| Pebble/Kerikil | 2 – 64 mm | Gravel | |
| Sand/Pasir | 1/16 – 2mm | Sand | Sandstone | 
| Silt/Lanau | 1/256 – 1/16 mm | Silt | Batu lanau | 
| Clay/Lempung | <1 mm="mm" nbsp="nbsp" span="span">1> | Clay | Batu lempung | 
Faktor-faktor
  yang mengontrol terbentuknya sedimen adalah iklim, topografi, vegetasi
  dan juga susunan yang ada dari batuan. Sedangkan faktor yang 
mengontrol  pengangkutan sedimen adalah air, angin, dan juga gaya 
grafitasi. Sedimen  dapat terangkut baik oleh air, angin, dan bahkan 
salju. Mekanisme  pengangkutan sedimen oleh air dan angin sangatlah 
berbeda. Pertama,  karena berat jenis angin relatif lebih kecil dari air
 maka angin sangat  susah mengangkut sedimen yang ukurannya sangat 
besar. Besar maksimum  dari ukuran sedimen yang mampu terangkut oleh 
angin umumnya sebesar  ukuran pasir. Kedua, karena sistem yang ada pada 
angin bukanlah sistem  yang terbatasi (confined) seperti layaknya 
channel atau sungai maka  sedimen cenderung tersebar di daerah yang 
sangat luas bahkan sampai  menuju atmosfer.   
 Sedimen-sedimen
  yang ada terangkut sampai di suatu tempat yang disebut cekungan. Di  
tempat tersebut sedimen sangat besar kemungkinan terendapkan karena  
daerah tersebut relatif lebih rendah dari daerah sekitarnya dan karena  
bentuknya yang cekung ditambah akibat gaya grafitasi dari sedimen  
tersebut maka susah sekali sedimen tersebut akan bergerak melewati  
cekungan tersebut. Dengan semakin banyaknya sedimen yang diendapkan,  
maka cekungan akan mengalami penurunan dan membuat cekungan tersebut  
semakin dalam sehingga semakin banyak sedimen yang terendapkan.  
Penurunan cekungan sendiri banyak disebabkan oleh penambahan berat dari 
 sedimen yang ada dan kadang dipengaruhi juga struktur yang terjadi di  
sekitar cekungan seperti adanya patahan.   
Sedimen dapat diangkut dengan tiga cara:
 a. Suspensi 
Dalam teori segala ukuran butir
 sedimen dapat dibawa dalam suspensi,  jika arus cukup kuat.  Akan 
tetapi di alam, kenyataannya hanya material  halus saja yang dapat 
diangkut suspensi.  Sifat sedimen hasil  pengendapan suspensi ini adalah
 mengandung prosentase masa dasar yang  tinggi sehingga butiran tampak 
mengambang dalam masa dasar dan umumnya  disertai memilahan butir yang 
buruk.  Cirilain dari jenis ini adalah  butir sedimen yang diangkut 
tidak pernah menyentuh dasar aliran.     
b.  Bedload transport 
Berdasarkan tipe gerakan media pembawanya, sedimen dapat dibagi menjadi: 
- endapan arus traksi
 - endapan arus pekat (density current) dan
 - endapan suspensi.
 
- pemilahan baik
 - tidak mengandung masa dasar
 - ada perubahan besar butir mengecil ke atas (fining upward) atau ke bawah (coarsening upward) tetapi bukan perlapisan bersusun (graded bedding).
 
Di  lain pihak, sistem arus 
pekat dihasilkan dari kombinasi antara arus  traksi dan suspensi.  
Sistem arus ini biasanya menghasilkan suatu  endapan campuran antara 
pasir, lanau, dan lempung dengan jarang-jarang  berstruktur silang-siur 
dan perlapisan bersusun.  Arus pekat (density) disebabkan karena perbedaan kepekatan (density)
  media.  Ini bisa disebabkan karena perlapisan panas, turbiditi dan  
perbedaan kadar garam.  Karena gravitasi, media yang lebih pekat akan  
bergerak mengalir di bawah media yang lebih encer.  Dalam geologi,  
aliran arus pekat di dalam cairan dikenal dengan nama turbiditi.   
Sedangkan arus yang sama di dalam udara dikenal dengan nuees ardentes  
atau wedus gembel, suatu endapan gas yang keluar dari gunungapi.   
Endapan dari suspensi pada umumnya berbutir halus seperti lanau dan  
lempung yang dihembuskan angin atau endapan lempung pelagik pada laut  
dalam.
c.  Saltation 
 Dalam bahasa latin artinya meloncat umumnya terjadi pada sedimen  
berukuran pasir dimana aliran fluida yang ada mampu menghisap dan  
mengangkut sedimen pasir sampai akhirnya karena gaya grafitasi yang ada 
 mampu mengembalikan sedimen pasir tersebut ke dasar.  
Pada
  saat kekuatan untuk mengangkut sedimen tidak cukup besar dalam membawa
  sedimen-sedimen yang ada maka sedimen tersebut akan jatuh atau mungkin
  tertahan akibat gaya grafitasi yang ada. Setelah itu proses 
sedimentasi  dapat berlangsung sehingga mampu mengubah sedimen-sedimen 
tersebut  menjadi suatu batuan sedimen.
Asal Sedimen di Dasar Laut
Sedimen yang di jumpai di dasar lautan dapat berasal dari beberapa sumber yang menurut Reinick (Dalam Kennet, 1992) dibedakan menjadi empat yaitu :
1. Lithougenus sedimen yaitu sedimen yang berasal dari erosi pantai dan material hasil erosi daerah up land. Material ini dapat sampai ke dasar laut melalui proses mekanik, yaitu tertransport oleh arus sungai dan atau arus laut dan akan terendapkan jika energi tertrransforkan telah melemah.
2. Biogeneuos sedimen yaitu sedimen yang bersumber dari sisa-sisa organisme yang hidup seperti cangkang dan rangka biota laut serta bahan-bahan organik yang mengalami dekomposisi.
3. Hidreogenous sedimen yaitu sedimen yang terbentuk karena adanya reaksi kimia di dalam air laut dan membentuk partikel yang tidak larut dalam air laut sehingga akan tenggelam ke dasar laut, sebagai contoh dan sedimen jenis ini adalah magnetit, phosphorit dan glaukonit.
4. Cosmogerous sedimen yaitu sedimen yang bersal dari berbagai sumber dan masuk ke laut melalui jalur media udara/angin. Sedimen jenis ini dapat bersumber dari luar angkasa, aktifitas gunung api atau berbagai partikel darat yang terbawa angin. Material yang bersal dari luar angkasa merupakan sisa-sisa meteorik yang meledak di atmosfir dan jatuh di laut. Sedimen yang bersal dari letusan gunung berapi dapat berukuran halus berupa debu volkanin, atau berupa fragmen-fragmen aglomerat. Sedangkan sedimen yang bersal dari partikel di darat dan terbawa angin banyak terjadi pada daerah kering dimana proses eolian dominan namun demikian dapat juga terjadi pada daerah sub tropis saat musim kering dan angin bertiup kuat. Dalam hal ini umumnya sedimen tidak dalam jumlah yang dominan dibandingkan sumber-sumber yang lain.
Dalam suatu proses sedimentasi, zat-zat yang masuk ke laut berakhir menjadi sedimen. Dalam hal ini zat yang ada terlibat proses biologi dan kimia yang terjadi sepanjang kedalaman laut. Sebelum mencapai dasar laut dan menjadi sedimen, zat tersebut melayang-layang di dalam laut. Setelah mencapai dasar lautpun , sedimen tidak diam tetapi sedimen akan terganggu ketika hewan laut dalam mencari makan. Sebagian sedimen mengalami erosi dan tersusfensi kembali oleh arus bawah sebelum kemudian jatuh kembali dan tertimbun. Terjadi reaksi kimia antara butir-butir mineral dan air laut sepanjang perjalannya ke dasar laut dan reaksi tetap berlangsung penimbunan, yaitu ketika air laut terperangkap di antara butiran mineral. (Agus Supangat dan Umi muawanah)
 
Sedimen yang di jumpai di dasar lautan dapat berasal dari beberapa sumber yang menurut Reinick (Dalam Kennet, 1992) dibedakan menjadi empat yaitu :
1. Lithougenus sedimen yaitu sedimen yang berasal dari erosi pantai dan material hasil erosi daerah up land. Material ini dapat sampai ke dasar laut melalui proses mekanik, yaitu tertransport oleh arus sungai dan atau arus laut dan akan terendapkan jika energi tertrransforkan telah melemah.
2. Biogeneuos sedimen yaitu sedimen yang bersumber dari sisa-sisa organisme yang hidup seperti cangkang dan rangka biota laut serta bahan-bahan organik yang mengalami dekomposisi.
3. Hidreogenous sedimen yaitu sedimen yang terbentuk karena adanya reaksi kimia di dalam air laut dan membentuk partikel yang tidak larut dalam air laut sehingga akan tenggelam ke dasar laut, sebagai contoh dan sedimen jenis ini adalah magnetit, phosphorit dan glaukonit.
4. Cosmogerous sedimen yaitu sedimen yang bersal dari berbagai sumber dan masuk ke laut melalui jalur media udara/angin. Sedimen jenis ini dapat bersumber dari luar angkasa, aktifitas gunung api atau berbagai partikel darat yang terbawa angin. Material yang bersal dari luar angkasa merupakan sisa-sisa meteorik yang meledak di atmosfir dan jatuh di laut. Sedimen yang bersal dari letusan gunung berapi dapat berukuran halus berupa debu volkanin, atau berupa fragmen-fragmen aglomerat. Sedangkan sedimen yang bersal dari partikel di darat dan terbawa angin banyak terjadi pada daerah kering dimana proses eolian dominan namun demikian dapat juga terjadi pada daerah sub tropis saat musim kering dan angin bertiup kuat. Dalam hal ini umumnya sedimen tidak dalam jumlah yang dominan dibandingkan sumber-sumber yang lain.
Dalam suatu proses sedimentasi, zat-zat yang masuk ke laut berakhir menjadi sedimen. Dalam hal ini zat yang ada terlibat proses biologi dan kimia yang terjadi sepanjang kedalaman laut. Sebelum mencapai dasar laut dan menjadi sedimen, zat tersebut melayang-layang di dalam laut. Setelah mencapai dasar lautpun , sedimen tidak diam tetapi sedimen akan terganggu ketika hewan laut dalam mencari makan. Sebagian sedimen mengalami erosi dan tersusfensi kembali oleh arus bawah sebelum kemudian jatuh kembali dan tertimbun. Terjadi reaksi kimia antara butir-butir mineral dan air laut sepanjang perjalannya ke dasar laut dan reaksi tetap berlangsung penimbunan, yaitu ketika air laut terperangkap di antara butiran mineral. (Agus Supangat dan Umi muawanah)
Macam-macam Sedimen Laut
Era oseanografi secara sistematis telah dimulai ketika HMS Challenger kembali ke Inggris pada tanggal 24 Mei 1876 membawa sampel, laporan, dan hasil pengukuran selama ekspedisi laut yang memakan waktu tiga tahun sembilan bulan. Anggota ilmuan yang selalu menyakinkan dunia tentang kemajuan ilmiah Challenger adalah John Murray, warga Kanada kelahiran Skotlandia. Sampel-sampel yang dikumpulkan oleh Murray merupakan penyelidikan awal tentang sedimen laut dalam. Sedimen laut dalam dapat di bagi menjadi 2 yaitu Sedimen Terigen Pelagis dan Sedimen Biogenik Pelagis.
1. Sedimen Biogenik Pelagis
Dengan menggunakan mikroskop terlihat bahwa sedimen biogenik terdiri atas berbagai struktur halus dan kompleks. Kebanyakan sedimen itu berupa sisa-sisa fitoplankton dan zooplankton laut. Karena umur organisme plankton hannya satu atau dua minggu, terjadi suatu bentuk ‘hujan’ sisa-sisa organisme plankton yang perlahan, tetapi kontinue di dalam kolam air untuk membentuk lapisan sedimen. Pembentukan sedimen ini tergantung pada beberapa faktor lokal seperti kimia air dan kedalaman serta jumlah produksi primer di permukaan air laut. Jadi, keberadan mikrofil dalam sedimen laut dapat digunakan untuk menentukan kedalaman air dan produktifitas permukaan laut pada zaman dulu.
2. Sedimen Terigen Pelagis
Hampir semua sedimen Terigen di lingkungan pelagis terdiri atas materi-materi yang berukuran sangat kecil. Ada dua cara materi tersebut sampai ke lingkungan pelagis. Pertama dengan bantuan arus turbiditas dan aliran grafitasi. Kedua melalui gerakan es yaitu materi glasial yang dibawa oleh bongkahan es ke laut lepas dan mencair. Bongkahan es besar yang mengapung, bongkahan es kecil dan pasir dapat ditemukan pada sedimen pelagis yang berjarak beberapa ratus kilometer dari daerah gletser atau tempat asalnya.
Selain pengertian sedimen di atas ada pengertian lain tentang sedimen yaitu batuan sedimen adalah batuan yang terbentuk oleh proses sedimentasi. Sedangkan sedimentasi adalah proses pengendapan sediemen oleh media air, angin, atau es pada suatu cekungan pengendapan pada kondisi P dan T tertentu.
 
Era oseanografi secara sistematis telah dimulai ketika HMS Challenger kembali ke Inggris pada tanggal 24 Mei 1876 membawa sampel, laporan, dan hasil pengukuran selama ekspedisi laut yang memakan waktu tiga tahun sembilan bulan. Anggota ilmuan yang selalu menyakinkan dunia tentang kemajuan ilmiah Challenger adalah John Murray, warga Kanada kelahiran Skotlandia. Sampel-sampel yang dikumpulkan oleh Murray merupakan penyelidikan awal tentang sedimen laut dalam. Sedimen laut dalam dapat di bagi menjadi 2 yaitu Sedimen Terigen Pelagis dan Sedimen Biogenik Pelagis.
1. Sedimen Biogenik Pelagis
Dengan menggunakan mikroskop terlihat bahwa sedimen biogenik terdiri atas berbagai struktur halus dan kompleks. Kebanyakan sedimen itu berupa sisa-sisa fitoplankton dan zooplankton laut. Karena umur organisme plankton hannya satu atau dua minggu, terjadi suatu bentuk ‘hujan’ sisa-sisa organisme plankton yang perlahan, tetapi kontinue di dalam kolam air untuk membentuk lapisan sedimen. Pembentukan sedimen ini tergantung pada beberapa faktor lokal seperti kimia air dan kedalaman serta jumlah produksi primer di permukaan air laut. Jadi, keberadan mikrofil dalam sedimen laut dapat digunakan untuk menentukan kedalaman air dan produktifitas permukaan laut pada zaman dulu.
2. Sedimen Terigen Pelagis
Hampir semua sedimen Terigen di lingkungan pelagis terdiri atas materi-materi yang berukuran sangat kecil. Ada dua cara materi tersebut sampai ke lingkungan pelagis. Pertama dengan bantuan arus turbiditas dan aliran grafitasi. Kedua melalui gerakan es yaitu materi glasial yang dibawa oleh bongkahan es ke laut lepas dan mencair. Bongkahan es besar yang mengapung, bongkahan es kecil dan pasir dapat ditemukan pada sedimen pelagis yang berjarak beberapa ratus kilometer dari daerah gletser atau tempat asalnya.
Selain pengertian sedimen di atas ada pengertian lain tentang sedimen yaitu batuan sedimen adalah batuan yang terbentuk oleh proses sedimentasi. Sedangkan sedimentasi adalah proses pengendapan sediemen oleh media air, angin, atau es pada suatu cekungan pengendapan pada kondisi P dan T tertentu.
STRUKTUR SEDIMEN
Struktur merupakan suatu kenampakan yang diakibatkan oleh proses pengendapan dan keadaan energi pembentuknya. Pembentukannya dapat pada waktu atau sesaat setelah pengendapan. Struktur berhubungan dengan kenampakan batuan yang lebih besar, paling bagus diamati di lapangan misal pada perlap[isan batuan.(Sugeng Widada : 2002)
Struktur sedimen umumnya dibedakan menjadi 3 golongan yaitu :
1. Struktur anorganik terutama pelapisan, contoh : graded beds, cross beds, mudcraks.
2. Struktur biogenik terdiri dari struktur jejak dan boring
3. Struktur deformasi terdiri dari convolute bedding, ball and pillow dan diapiric.
Berbagai sifat fisik sedimen ditelaah sesuai dengan tujuan dan kegunaannya. Diantaranya adalah tekstur sedimen yang meliputi ukuran butir (grain size), bentuk butir ( partikel shape), dan hubungan antar butir (fabrik), struktur sedimen, komposisi mineral, serta kandungan biota. Dari berbagai sifat fisik tersebut ukuran butur menjadi sangat penting karena umumnya menjadi dasar dalam penamaan sedimen yang bersangkutan serta membantu analisa proses pengendapan karena ukuran butir berhubungan erat dengan dinamika transfortasi dan deposisi (Krumbein dan Sloss (1983)). Berkaitan dengan sedimentasi mekanik ukuran butir akan mencerminkan resistensi butiran sedimen terhadap proses pelapukan erosi/abrasi serta mencerminkan kemampuan dalam menentukan transfortasi dan deposisi.
Transfor Sedimen
Dengan melihat cara transfor sedimen dapat dilihat melalui :
1. Transfor Sedimen pada Pantai
Pettijohn (1975), Selley (1988) dan Richard (1992) menyatakan bahwa cara transfortasi sedimen dalam aliran air dibedakan menjadi tiga jenis, yaitu :
Struktur merupakan suatu kenampakan yang diakibatkan oleh proses pengendapan dan keadaan energi pembentuknya. Pembentukannya dapat pada waktu atau sesaat setelah pengendapan. Struktur berhubungan dengan kenampakan batuan yang lebih besar, paling bagus diamati di lapangan misal pada perlap[isan batuan.(Sugeng Widada : 2002)
Struktur sedimen umumnya dibedakan menjadi 3 golongan yaitu :
1. Struktur anorganik terutama pelapisan, contoh : graded beds, cross beds, mudcraks.
2. Struktur biogenik terdiri dari struktur jejak dan boring
3. Struktur deformasi terdiri dari convolute bedding, ball and pillow dan diapiric.
Berbagai sifat fisik sedimen ditelaah sesuai dengan tujuan dan kegunaannya. Diantaranya adalah tekstur sedimen yang meliputi ukuran butir (grain size), bentuk butir ( partikel shape), dan hubungan antar butir (fabrik), struktur sedimen, komposisi mineral, serta kandungan biota. Dari berbagai sifat fisik tersebut ukuran butur menjadi sangat penting karena umumnya menjadi dasar dalam penamaan sedimen yang bersangkutan serta membantu analisa proses pengendapan karena ukuran butir berhubungan erat dengan dinamika transfortasi dan deposisi (Krumbein dan Sloss (1983)). Berkaitan dengan sedimentasi mekanik ukuran butir akan mencerminkan resistensi butiran sedimen terhadap proses pelapukan erosi/abrasi serta mencerminkan kemampuan dalam menentukan transfortasi dan deposisi.
Transfor Sedimen
Dengan melihat cara transfor sedimen dapat dilihat melalui :
1. Transfor Sedimen pada Pantai
Pettijohn (1975), Selley (1988) dan Richard (1992) menyatakan bahwa cara transfortasi sedimen dalam aliran air dibedakan menjadi tiga jenis, yaitu :
- Sedimen merayap (bed load) yaitu material yang terangkut secara menggeser atau menggelinding di dasar aliran.
 - Sedimen loncat (saltation load) yaitu material yang meloncat-loncat bertumpu pada dasar aliran.
 - Sedimen layang (suspended load) yaitu material yang terbawa arus dengan cara melayang-layang dalam air.
 
Transfor sedimen sepanjang pantai merupakan gerakan sedimen di daerah pantai yang disebabkan oleh gelombang dan arus yang dibangkitkannya (Komar : 1983). Transfor sedimen ini terjadi di daerah antara gelombang pecah dan garis pantai akibat sedimen yang dibawanya (Carter, 1993). Menurut Triatmojo (1999) transfor sedimen sepanjang pantai terdiri dari dua komponen utama yaitu transfor sedimen dalam bentuk mata gergaji di garis pantai
Transfor sedimen pantai banyak menimbulkan fenomena perubahan dasar perairan seperti pendangkalan muara sungai erosi pantai perubahan garis pantai dan sebagainya (Yuwono, 1994). Fenomena ini biasanya merupakan permasalahan terutama pada daerah pelabuhan sehingga prediksinya sangat diperlukan dalam perencanaan ataupun penentuan metode penanggulangan. Menurut Triatmojo (1999) beberapa cara yang biasanya digunakan antara lain adalah :
a. Melakukan pengukuran debit sedimen pada setiap titik yang ditinjau, sehingga secra berantai akan dapat diketahui transfor sedimen yang terjadi.
b. Menggunakan peta/ foto udara atau pengukuran yang menunjukan perubahan elevasi dasar perairan dalam suatu periode tertentu. Cara ini akan memberikan hasil yang baik jika di daerah pengukuran terdapat bangunan yang mampu menangkap sedimen seperti training jetty, groin, dan sebagainya.
c. Rumus empiris yang didasarkan pada kondisi gelombang dan sedimen pada daerah yang di tinjau.
Transpor sedimen di perairan umumnya terdiri dari 3 mekanisme, yaitu suspended load, bed loaddan dissolved load.
Suspended load
mekanisme transpor dimana partikel tersebut dibawa bersama-sama dengan air secara keseluruhan, ukuran partikel bergantung dari kepadatan mereka dan kecepatan arus, dimana kecepatan arus yang lebih tinggi dapat membawa lebih besar dan partikel yang lebih padat.
Bed load
merupakan mekanisme transpor dimana partikel yang lebih kasar dan padat bergerak sepanjang dasar perairan baik secara menggelinding, bergeser maupun meloncat-loncat karena pengaruh tumbukan diantara partikel dan turbulensi tetapi selalu kembali ke dasar. Mekanisme transpor dapat berubah dari suspended loadmenjadi bed loaddan sebaliknya karena adanya perubahan kecepatan aliran.
Dissolve load
dimana berbagai ion masuk ke perairan melalui proses weathering, mekanisme transpor ini tidak terlihat (invisible) dimana ion-ion tersebut larut di dalam air. Dissolve loadsebagian besar terdiri dari HCO-3(ion bikarbonat), Ca+2, SO4-2, Cl-, Na+, Mg+2, dan K+. Ion ini akhirnya terbawa ke lautan dan umumnya menyusun kadungan garam di lautan.
The Boulders Moeraki adalah batu besar berbentuk bola yang tersebar di pantai-pantai berpasir, tetapi mereka tidak seperti batu bulat biasa yang telah dibentuk oleh sungai dan laut berdebar-debar. Batu-batu tersebut diklasifikasikan sebagai concretions septarian, dan dibentuk pada sedimen dasar laut kuno. Mereka diciptakan oleh proses yang sama dengan pembentukan tiram mutiara, di mana lapisan materi mencakup nukleus atau inti. Untuk tiram, inti ini merupakan butir pasir menjengkelkan.Untuk batu-batu besar, itu adalah fosil kerang.
Sebuah foto yang diambil oleh Nasa atas salah satu tambang batubara terbesar di Asia bernama Tambang Panian di Pulau Semirara, Filipina, yang batubaranya dipakai sebagai tenaga listrik di Filipina dan sisanya diekspor ke India dan China. Letaknya kira-kira 280 Km selatan Manila. Foto yang diambil tanpa halangan awan ini menunjukkan kerusakan lingkungan akibat pertambangan terbuka oleh satu dari tiga areal pertambangan batubara di Pulau itu. Selain permukaan tanah yang dibongkar, tampak pula aliran sedimen di laut Sulu yang berasal darioverburden tambang. Padahal perusahaan tambang batubara itu selalu menyangkal pertambangannya merusak lepas pantai Pulau Semirara.
sedimen itu diperkirakan bisa memberikan informasi rinci tentang cuaca buruk atau kegiatan seismik utama pada masanya. Juga bisa memberikan wawasan tentang migrasi manusia di dalam dan luar daerah.
Sedimentasi Sungai di Indonesia
Sumber: Berita Iptek Topik: Lingkungan   Tags: erosi, Sedimentasi Sungai, sungai Barito,sungai Citandui



    
 Problem erosi di Indonesia sudah mencapai tahap kritis. Bagaimana 
tidak?. Lihat saja kondisi sedimentasi di sungai Citandui yang mencapai 5
 juta m2 kubik. Rekor tertinggi dibanding sungai-sungai lainnya namun 
juga masih dengan kisaran angka yang tinggi. Jadi, jangan berharap untuk
 melihat kebeningan sungai ataupun pantai, apalagi di kawasan pulau 
Jawa. 
    
 Hal ini diungkapkan oleh Kepala Sub Direktorat Pengendalian Pencenmaran
 Laut, Departemen Kelautan dan Perikanan, Subandono Diposantono, 
sebagaimana ditulis Media Indonesia. Akibat sedimentasi ini 
merupakan salah satu penyebab terjadinya erosi di pantai-pantai. 
Sedimentasi bahkan semakin tahun semakin meningkat. Hal ini menyebabkan 
beberapa muara sungai di Sumatra, Kalimantan dan Jawa menjadi dangkal. 
     Sungai Citandui, Jawa Barat memecahkan rekor dengan sedimentasi pertahun yang terbawa aliran sungai ini mencapai 5 juta m2 kubik. Sementara, sungai Cikonde mencapai 770 ribu meter kubik yang diendapkan di Segara Anakan. Sedimentasi sungai Barito mencapai mencapai 733 ribu m2
 kubik yang diendapkan di pelabuhan pelabuhan Banjarmasin, Kalimantan. 
Sedang sungai Mahakam, Kalimantan sedimentasinya mencapai 2,2 juta m2 kubik. 
    
 Tinnginya sedimentasi ini mengakibatkan upaya pengerukan di 
pantai-pantai, terutama yang berfungsi untuk pelabuhan jadi membutuhkan 
dana besar. Contohnya, pengerukan di pelabuhan Tanjung Perak ,
 Surabaya sampai sepanjang 25.000 meter, pelabuhan Belawan, Medan 
mencapai 13.500 meter, Palembang 28.000 meter, Banjarmasin 15.000 meter,
 Samarinda 20.000 meter, Pontianak 11.250 meter, Jambi 17.000 meter, 
Sampit 27.000 meter dan pelabuhan Pulai Pisa 19.000 meter. Akibat 
sedimentasi yang tinggi di sungai-sungai di Indonesia ini disamping juga
 adanya erosi, tak kurang dari 124 pantai di Indonesia akhirnya 
mengalami kerusakan. 
    
 Pantai di Aceh, contohnya tak kurang dari 34 pantainya mengalami 
kerusakan. Selain karena sedimentasi, juga karena adanya pemukiman, 
pariwisata dan pembukaan tambak. Di Jawa Barat, pantai yang mengalami 
erosi mencapai 28 pantai. Sedang DKI Jakarta, tak kurang 8 pantai yang 
mengalami erosi. Memang, erosi pantai tak semata-mata karena 
sedimentasi. Namun, sedimentasi sungai mempunyai pengaruh besar terhadap
 erosi pantai. Keadaan ini sebenarnya amat memprihatinkan. Sayang, 
pemerintah kita kurang peduli terhadap peristiwa ini. Pemda DKI saja 
sanggup untuk merenovasi Patung “Selamat datang” di bundaran HI dalam 
rangka menyambut HUT DKI bulan ini dengan biaya tak kurang dari 14 
miliar. Namun, sayang tak ada dana untuk mejernihkan sungai Ciliwung 
yang coklat kelam ataupun kanal-kanal lainnya di pinggiran Jakarta yang 
tak lagi cokelat, tapi telah hitam kelam , bahkan. Mungkin bau tak sedap
 Ciliwung tak sempat terhirup para pejabat, hingga kurang dirasa perlu 
untuk membuatnya jernih kembali.
Banjir di Cirebon Akibat Sedimentasi Sungai Cisanggarung
SUMBER,
  (PRLM).- Sering terjadinya banjir di wilayah Kabupaten Cirebon bagian 
 timur selama ini, dipastikan akibat dari endapan lumpur yang cukup  
tinggi di alur Sungai Cisanggarung yang melintasi daerah tersebut.  
Namun, hingga saat ini pemerintah melalui dinas terkait belum  
melaksanakan pengerukan di sungai yag berhulu di Kabupaten Kuningan  
tersebut.
Menurut
  Kepala Dinas Pekerjaan Umum Pengelolaan Sumber Daya Air (PU-PSDA) Kab.
  Cirebon, Achsanudin Adhi, salah satu penyebab bencana banjir di 
sejumlah  kecamatan yang ada di wilayah bagian timur Kab. Cirebon itu 
yang sering  terjadi yaitu karena sudah tingginya sedimentasi di Sungai 
Cisanggarung  maupun anak-anak dari sungai tersebut. Untuk melakukan 
normalisasi  (pengerukan-red) secara total agar tidak terjadi banjir, 
tentunya  diperlukan anggaran yang sangat besar.
"Akibat
  pengendapan lumpur yang setiap tahunnya mencapai 50 cm, sungai tidak  
mampu menahan debit air yang meningkat pada saat musim hujan sehingga  
air pun gampang meluap dan bisa menjebol tanggul sungai," kata Adhi,  
Senin (22/3).
Diakui
  Adhi, banjir yag terjadi belum lama ini mengakibatkan tanggul sungai 
di  yang melintasi Desa Cilengkrang, Kecamatan Pasaleman, jebol 
memanjang  hampir sepanjang 500 meter. Sementara di Desa Tawangsari, 
Kecamatan  Losari, tanggul yang jebol jauh lebih parah, yakni mencapai 
hampir 3 km.
PU
  PSDA Kab. Cirebon sebetulnya telah melakukan koordinasi dengan Balai  
Besar Wilayah Sungai Cimanuk-Cisanggarung (BBWS-CC) untuk memperbaiki  
infrastruktur irigasi yang rusak tersebut, namun, karena bukan  
kewenangannya, dan membutuhkan anggaran yang sangat besar hingga belum  
terealisasi.
Disebutkan,
  saat ini hampir 60 persen sarana irigasi di Kabupaten Cirebon  
kondisinya sudah rusak. Dengan adanya anggaran yang hanya Rp 12 miliar, 
 Adhi mengaku kesulitan untuk melakukan rehabilitasi, pemeliharaan 
maupun  melakukan penanggulangan darurat pada sekitar 60 KM saluran 
irigasi  yang ada di Kab. 






2 comments:
mas bs mintakan info referensi buku nya
email: muzammil.al.aris08@gmail.com
Posting Komentar