Kajian Geografis Surakarta dan sekitarnya
Surakarta
 terletak di dataran rendah pada ketinggian ±95 m dpl, dengan luas 44,1 
km2 (0,14 % dari luas Jawa Tengah). Surakarta berada sekitar 65 km 
timurlaut Yogyakarta dan 100 km tenggara Semarang, di antara Gunung 
Merapi (tinggi 3115 m) di bagian barat, dan Gunung Lawu (tinggi 2806 m) 
di bagian timur. Agak jauh di selatan terbentang Pegunungan Sewu. Tanah 
di sekitar kota ini subur karena dilalui oleh Bengawan Solo, sungai 
terpanjang di Jawa, dengan beberapa anak sungainya.
![]()  | 
| Peta Wilayah karesidenan Surakarta | 
Karesidenan
 Surakarta diresmikan pada tanggal 16 Juni 1946, yang meliputi Kota 
Surakarta, Kabupaten Sragen, Kabupaten Karanganyar, Kabupaten Sukoharjo,
 Kabupaten Boyolali, Kabupaten Klaten, dan Kabupaten Wonogiri.
KONDISI GEOLOGI SURAKARTA DAN SEKITARNYA
Kondisi
 geologi di Surakarta tidak lepas dari kondisi geologi Pulau Jawa pada 
umumnya. Pada Paleogen Awal, Pulau Jawa masih berada dalam bagian batas 
tepi lempeng mikro Sunda sebagai hasil interaksi (tumbukan) antara 
lempeng Indo-Australia dengan lempeng Eurasia. Ketika Kala Eosen, Pulau 
Jawa bagian utara yang semula berupa daratan, menjadi tergenang oleh air
 laut dan membentuk cekungan.
![]()  | 
| Perubahan Aliran Bengawan Solo | 
Pada
 kala Oligosen, hampir seluruh Pulau Jawa mengalami pengangkatan menjadi
 geantiklin Jawa. Pada saat yang bersamaan terbentuk jalur gunung api di
 Jawa bagian selatan. Pulau Jawa yang semula merupakan geantiklin 
berangsur-angsur mengalami penurunan lagi sehingga pada Miosen Bawah 
terjadi genang laut. Gunung api yang bermunculan di bagian selatan 
membentuk pulau-pulau gunung api. Pada pulau - pulau tersebut terdapat 
endapan breksi vulkanik dan endapan-endapan laut. Semakin jauh dari 
pantai terbentuk endapan gamping koral dan gamping foraminifera.
Pada
 Miosen Tengah, pembentukan gamping koral terus berkembang dengan 
diselingi batuan vulkanik di sepanjang Pulau Jawa bagian selatan. 
Kemudian pada Miosen Atas terjadi pengangkatan. Keberadaan pegunungan 
Jawa bagian selatan ini tetap bertahan sampai sekarang dengan batuan 
penyusun yang didominasi oleh batugamping yang di beberapa tempat 
berasosiasi dengan batuan vulkanik, dalam bentuk vulcanic neck atau 
terobosan batuan beku.
Kemudian
 pada Kala Plistosen paling tidak terjadi dua kali deformasi, yang 
pertama berupa pergeseran bongkahan yang membentuk Pegunungan 
Baturagung, Plopoh, Kambengan, dan Pejalan Panggung. Sedangkan yang 
kedua di Kala Plistosen Tengah yang diduga merubah aliran Bengawan Solo 
Purba, yang diikuti aktivitas G. Lawu dan G. Merapi, serta sesar 
Keduwan, akibatnya endapan G. Lawu membendung aliran Bengawan Solo dan 
membentuk Danau Baturetno.
Secara
 umum, fisiografi Jawa Tengah bagian tenggara yang meliputi kawasan G. 
Merapi, Yogyakarta, Surakarta dan Pegunungan Selatan dapat dibagi 
menjadi dua zona, yaitu Zona Solo dan Zona Pegunungan Selatan (Bemmelen,
 1949). Zona Solo merupakan bagian dari Zona Depresi Tengah (Central 
Depression Zone) Pulau Jawa.
GEOMORFOLOGI
Bentang
 alam daerah Surakarta dan sekitarnya berupa perbukitan, pedataran, dan 
lereng kerucut gunung api. Daerah perbukitan terletak di selatan 
Surakarta yang dibentuk oleh batuan sedimen Miosen – Pliosen, lereng 
kerucut gunung api di sebelah barat dan timur Surakarta, dan pedataran 
terletak di Surakarta dan daerah di utaranya. Uraian satuan morfologi di
 daerah ini adalah :
Satuan
 Padataran, tersebar di sekitar Surakarta, Klaten, Sukoharjo, sekitar 
Wonogiri, dengan ketinggian 50 – 100 m. Satuan Pedataran dibentuk oleh 
dataran aluvial sungai, berelief halus, kemiringan antara 0 – 5%, sungai
 sejajar agak berkelok, dengan tebing sungai tidak terjal.
Satuan
 Daerah Kaki Gunung Api, tersebar di sekitar lereng G. Merapi (Klaten, 
Boyolali), dan lereng G. Lawu (Karanganyar) dengan ketinggian 75 – 130 
m. Daerah ini dibentuk oleh endapan gunung api dengan medan agak miring,
 relief  halus, sungai sejajar dengan tebing sungai agak terjal, 
Satuan
 Perbukitan Kars, Terletak di bagian selatan (daerah Wonogiri), dengan 
ketinggian 45 – 400 m, dicirikan oleh lembah dan bukit terjal, relief 
kasar. Satuan ini disusun oleh batuan karbonat (batugamping) yang mudah 
larut oleh air, sehingga membentuk bentang alam kars yang unik.
Satuan
 Perbukitan Bergelombang landai, Satuan ini terletak di utara Surakarta 
dengan ketinggian 40 – 100 m, dengan medan miring dan bergelombang 
landai.
Satuan
 Perbukitan Terjal, Satuan ini tersebar di sekitar Wonogiri dan Klaten 
bagian selatan dengan ketinggian 200 – 700 m. Dicirikan dengan 
perbukitan kasar, terjal, bukit tajam. Penyusun satuan ini adalah breksi
 vulkanik, lava andesit, dan batupasir tufan.
STRATIGRAFI
Berdasarkan
 peta geologi Lembar Surakarta – Giritontro (Surono, dkk, 1992), batuan 
tertua yang tersingkap di daerah ini adalah batuan malihan (KTm) yang 
diduga berumur Kapur - Paleosen Awal, terdiri dari sekis, marmer, 
batusabak, batuan gunungapi malih, batuan sedimen malih. Satuan ini 
tersingkap di Perbukitan Jiwo Klaten. Daerah Surakarta dan sekitarnya 
tersusun oleh litologi yang secara stratigrafi dari Muda ke Tua adalah 
sebagai berikut
1.     Aluvium (Qa) ; Terdiri dari kerakal, kerikil, lanau, dan lempung yang merupakan endapan sungai
2.     Aluvium Tua (Qt) ; Tersusun oleh konglomerat, batupasir, lanau, dan lempung
3.     Formasi Baturetno (Qb) ; Tersusun oleh lempung hitam, lumpur, lanau, dan pasir
4.     Batuan Gunung api Merapi (Qvm) ; Tersusun oleh breksi gunung api, lava, dan tufa
5.     Batuan Gunung api Lawu (Qvl) ; Tersusun oleh breksi gunung api, lava, dan tufa
6.  Formasi
 Wonosari (Tmwl) ; Tersusun oleh batugamping, batugamping napalan-tufan,
 batugamping-konglomerat, batupasir tufaan dan lanau
7.     Formasi Kepek (Tmpk) ; Terdiri dari napal dan batugamping berlapis
8.     Formasi Nampol (Tomk) ; Terdiri dari konglomerat, batupasir konglomeratan, aglomerat, batulanau, batulempung dan tufa
9.  Formasi Oyo (Tmo) ; Terdiri dari napal tufaan, tufa andesitan, dan batugamping konglomeratan.
10.  Formasi Sambipitu ; Tersusun oleh batupasir dan batulempung
11. Formasi Nglanggran (Tmmg) ; Tersusun dari breksi gunung api, aglomerat, batulanau, batulempung dan tufa
12. Formasi Wuni (Tmw) ; Terdiri dari aglomerat dengan sisipan batupasir tufan dan batupasir kasar
13.  Formasi Semilir (Tms) ; Tersusun dari tufa, breksi batuapung dasitan, batupasir tufaan dan serpih
14.  Formasi Mandalika (Tomm) ; Tersusun dari lava dasit-andesit dan tufa dasit
15.  Formasi Gamping wungkal (Tew) ; Tersusun oleh batupasir, napal pasiran, batulempung, dan batugamping
16.  Batuan Malihan ; Tersusun oleh sekis, genes, dan marmer
17.  Diorit Pendul (Tpdi) ; Tersusun oleh intrusi diorit
STRUKTUR GEOLOGI
Struktur
 geologi di daerah ini berupa lipatan, sinklin dan antiklin, serta sesar
 yang terdapat di daerah selatan Surakarta. Antiklin dan sinklin berarah
 timurlaut-baratdaya dan timur-barat, sesar atau patahan berarah 
utara-selatan dan baratdaya-timurlaut.
SUMBER DAYA GEOLOGI
Bedasarkan
 penyelidikan terdahulu, sumber daya geologi yang ada di daerah 
Surakarta adalah sumber daya air dan bahan bangunan (bahan galian 
golongan C), serta yang berhubungan dengan wisata geologi.
SUMBER DAYA AIR
Berdasarkan
 penyelidikan terdahulu, potensi sumber daya air di daerah Surakarta 
cukup besar, baik air tanah maupun air permukaan, terutama di daerah 
cekungan antar gunung yang merupakan daerah pedataran. Sedangkan di 
daerah selatan yang berupa daerah perbukitan potensi sumber daya air 
sangat kurang terutama pada musim kemarau.
Sumber
 air permukaan terutama berasal dari sungai dan waduk penampung air. 
Sumber air permukaan utama adalah Bengawan Solo yang mengalir dari 
selatan ke utara dengan lebar rata rata 20 meter merupakan muara hampir 
dari seluruh sungai di daerah ini. Anak sungai bengawan Solo berasal 
dari lereng Gunung Lawu dan Gunung Merapi, serta yang terbesar adalah 
Kali Dengkeng yang berasal dari selatan Surakarta. Kondisi air sungai 
Bengawan Solo cukup keruh, mengandung lumpur cukup tinggi. (Dandun, 
1998)
![]()  | 
| SDA Waduk Mulur Sukoharjo Jawa Tengah | 
Selain
 sungai, sumber air permukaan adalah waduk, seperti Waduk Cengklik, 
Waduk Mulur, Waduk Delingan, serta yang terbesar adalah Waduk 
Gajahmungkur.Air permukaan ini sangat berguna untuk masyarakat, terutama
 di musim kemarau baik untuk irigasi sawah maupun untuk kebutuhan sehari
 – hari.
Sedangkan
 air tanah yang dijumpai adalah air tanah bebas (akuifer tidak 
tertekan)  dan air tanah tertekan yang cukup produktif, terutama di 
daerah padataran yang disusun oleh endapan aluvium dan endapan gunung 
api muda. Apabila dihubungkan dengan pengelolaan air tanah berbasis 
cekungan air tanah, maka daerah di sekitar Surakarta masuk ke dalam 
Cekungan Air Tanah (CAT) Karanganyar - Boyolali.
Untuk
 air tanah bebas di daerah Surakarta cukup besar, dengan kedalaman 
bervariasi tergantung letak topografi dan jenis litologinya. Air tanah 
ini diambil dari sumur gali dan sumur bor dangkal. Jumlah ketersediaan 
air pada air tanah bebas pada cekungan ini 2910 juta m3/tahun, 
(Harnandi, 2006). 
Sedangkan
 air tanah tertekan atau air tanah yang terdapat di dalam akuifer yang 
berupa batuan yang relative lulus air, mempunyai kedalaman bermacam 
macam juga. Akuifer di daerah ini juga bervariasi dari kedalaman 8 – 200
 m, dengan ketebalan beragam 1-25 m. 
Jumlah
 ketersediaan air pada system akuifer tertekan sebesar 256,29 juta 
m3/tahun (ibid.).Di CAT ini masih terjadi penurunan kedudukan muka air 
tanah dan penurunan kualitas air tanah, terutama pada system akuifer 
tertekan.(Harnandi, 2006) hal ini merupakan tanda bahwa konservasi air 
tanah belum terlaksana dengan baik.
SUMBER DAYA BAHAN BANGUNAN
Di
 sini bahan bangunan yang didapatkan adalah endapan sungai , batuan 
sedimen dan hasil endapan gunung api. Di kota Surakarta sendiri hampir 
tidak didapatkan bahan ini, tetapi di daerah sekitarnya cukup potensial,
 seperti lempung, pasir, kerikil, kerakal, batubelah andesit, batupasir,
 batugamping (Dandun, 1998).
1.     Lempung
 umumnya lanauan merupakan pelapukan batuan gunung api, umumnya 
digunakan sebagai bahan genting dan batubata. Selain itu juga didapatkan
 lempung pasiran endapan aluvium tua di sekitar Klaten dan Sukoharjo.
2.     Pasir,
 kerikil, kerakal merupakan andapan sungai yang bersifat lepas. 
Lokasinya berada di sepanjang aliran Bengawan Solo, Kali Dengkeng, Kali 
Woro, dan hampir di seluruh anak sungai Bengawan Solo.
3.     Batu
 belah andesit terutama di Kali Woro dan di sekitar Wonogiri. Bahan ini 
digunakan sebagai split untuk bahan pondasi bangunan dan beton.
4.     Batu belah batupasir terutama di daerah Bayat Klaten, yang digunakan untuk mengasah peralatan dari besi.
5.   Batugamping
 berada di daerah Wonogiri bagian selatan, dimanfaatkan sebagai bahan 
pengeras jalan dan sebagai pembuatan kapur tohor.
WISATA GEOLOGI
Beberapa
 daerah wisata di daerah Surakarta merupakan wisata geologi yang 
menonjolkan keindahan alam dan keunikan alam geologi di daerah itu. 
Misalkan saja daerah lereng Merapi dengan Deles, daerah Gunung Lawu 
dengan Telaga Sarangan, sekitar aliran Sungai Bangawan Solo masa kini 
maupun purba serta daerah selatan Wonogiri dengan kars-nya.
Sumber Referensi :
Dandun.,Ruchyadi, A., dan Tau q, A., (1998) Penyelidikan Geologi Lingkungan  Daerah Surakarta dan Sekitarnya Propinsi Jawa Tengah., Direktorat   Geologi Tata Lingkungan., Bandung
Harnandi D.,Arismunandar., dan Arief S., (2006)., Penyelidikan Konservasi Air  Tanah Karanganyar – Boyolali Propinsi Jawa Tengah., Direktorat  Geologi Tata Lingkungan., Bandung




2 comments:
Posting Komentar