Stratigrafi adalah studi mengenai sejarah, komposisi dan umur relatif
serta distribusi perlapisan batuan dan interpretasi lapisan-lapisan
batuan untuk menjelaskan sejarah bumi. Dari hasil perbandingan atau
korelasi antar lapisan yang berbeda dapat dikembangkan lebih lanjut
studi mengenai litologi (litostratigrafi), kandungan fosil
(biostratigrafi), dan umur relatif maupun absolutnya (kronostratigrafi).
stratigrafi kita pelajari untuk mengetahui luas penyebaran lapisan
batuan.
Ilmu stratigrafi muncul untuk pertama kalinya di Britania Raya pada abad
ke-19. Perintisnya adalah William Smith. Ketika itu dia mengamati
beberapa perlapisan batuan yang tersingkap yang memiliki urutan
perlapisan yang sama (superposisi). Dari hasil pengamatannya, kemudian
ditarik kesimpulan bahwa lapisan batuan yang terbawah merupakan lapisan
yang tertua, dengan beberapa pengecualian. Karena banyak lapisan batuan
merupakan kesinambungan yang utuh ke tempat yang berbeda-beda maka dapat
dibuat perbandingan antara satu tempat ke tempat lainnya pada suatu
wilayah yang sangat luas. Berdasarkan hasil pengamatan ini maka kemudian
Willian Smith membuat suatu sistem yang berlaku umum untuk
periode-periode geologi tertentu walaupun pada waktu itu belum ada
penamaan waktunya. Berawal dari hasil pengamatan William Smith dan
kemudian berkembang menjadi pengetahuan tentang susunan, hubungan dan
genesa batuan yang kemudian dikenal dengan stratigrafi.
Berdasarkan dari asal katanya, stratigrafi tersusun dari 2 (dua) suku
kata, yaitu kata “strati“ berasal dari kata “stratos“, yang artinya
perlapisan dan kata “grafi” yang berasal dari kata “graphic/graphos”,
yang artinya gambar atau lukisan. Dengan demikian stratigrafi dalam arti
sempit dapat dinyatakan sebagai ilmu pemerian lapisan-lapisan batuan.
Dalam arti yang lebih luas, stratigrafi dapat didefinisikan sebagai ilmu
yang mempelajari tentang aturan, hubungan, dan pembentukan (genesa)
macam-macam batuan di alam dalam ruang dan waktu.
- Aturan: Tatanama stratigrafi diatur dalam “Sandi Stratigrafi”. Sandi
stratigrafi adalah aturan penamaan satuan-satuan stratigrafi, baik resmi
ataupun tidak resmi, sehingga terdapat keseragaman dalam nama maupun
pengertian nama-nama tersebut seperti misalnya: Formasi/formasi,
Zona/zona, Sistem dan sebagainya.
-Hubungan: Pengertian hubungan dalam stratigrafi adalah bahwa setiap
lapis batuan dengan batuan lainnya, baik diatas ataupun dibawah lapisan
batuan tersebut. Hubungan antara satu lapis batuan dengan lapisan
lainnya adalah “selaras” (conformity) atau “tidak selaras”
(unconformity).
-Pembentukan (Genesa): Mempunyai pengertian bahwa setiap lapis batuan
memiliki genesa pembentukan batuan tersendiri. Sebagai contoh, facies
sedimen marin, facies sedimen fluvial, facies sedimen delta, dsb.
-Ruang: Mempunyai pengertian tempat, yaitu setiap batuan terbentuk atau
diendapkan pada lingkungan geologi tertentu. Sebagai contoh, genesa
batuan sedimen: Darat (Fluviatil, Gurun, Glacial), Transisi
(Pasang-surut/Tides, Lagoon, Delta), atau Laut (Marine: Lithoral,
Neritik, Bathyal, atau Hadal)
-Waktu: Memiliki pengertian tentang umur pembentukan batuan tersebut dan
biasanya berdasarkan Skala Umur Geologi. Contoh: Batugamping formasi
Rajamandala terbentuk pada kala Miosen Awal; Batupasir kuarsa formasi
Bayah terbentuk pada kala Eosen Akhir
2. Sandi Stratigrafi
Pada hakekatnya ada hubungan tertentu antara kejadian dan aturan batuan
di alam, dalam kedudukan ruang dan waktu geologi. Stratigrafi membahas
aturan, hubungan, kejadian lapisan serta tubuh batuan di alam. Sandi
stratigrafi dimaksudkan untuk memberikan pengarahan kepada para ahli
geologi yang bekerja mempunyai persepsi yang sama dalam cara
penggolongan stratigrafi. Sandi stratigrafi memberikan kemungkinan untuk
tercapainya keseragaman dalam tatanama satuan-satuan stratigrafi. Pada
dasarnya, Sandi Stratigrafi mengakui adanya satuan lithostratigrafi,
satuan litodemik, satuan biostratigrafi, satuan sekuen stratigrafi,
satuan kronostratigrafi dan satuan geokronologi. Sandi ini dapat dipakai
untuk semua macam batuan.
Berikut ini pengertian pengertian mengenai Sandi Stratigrafi sebagai berikut:
- Penggolongan Stratigrafi ialah pengelompokan bersistem batuan
menurut berbagai cara, untuk mempermudah pemerian, aturan dan hubungan
batuan yang satu terhadap lainnya. Kelompok bersistem tersebut diatas
dikenal sebagai satuan stratigrafi.
- Batas Satuan Stratigrafi ditentukan sesuai dengan batas
penyebaran ciri satuan tersebut sebagaimana didefinisikan. Batas satuan
Stratigrafi jenis tertentu tidak harus berimpit dengan batas Satuan
Stratigrafi jenis lain, bahkan dapat memotong satu sama lain.
- Tatanama Stratigrafi ialah aturan penamaan satuan-satuan stratigrafi,
baik resmi maupun tak resmi, sehingga terdapat keseragaman dalam nama
maupun pengertian nama nama tersebut seperti misalnya: Formasi/formasi,
Zona/zona, Sistem dan sebagainya.
- Tatanama Satuan Stratigrafi Resmi dan Tak Resmi. Dalam Sandi
Stratigrafi diakui nama resmi dan tak resmi. Aturan pemakaian satuan
resmi dan tak resmi masing-masing satuan stratigrafi, menganut batasan
satuan yang bersangkutan. Penamaan satuan tak resmi hendaknya jangan
mengacaukan yang resmi.
- Stratotipe atau Pelapisan Jenis adalah tipe perwujudan alamiah
satuan stratigrafi yang memberikan gambaran ciri umum dan batas-batas
satuan stratigrafi. Tipe ini merupakan sayatan pangkal suatu satuan
stratigrafi. Stratotipe hendaknya memberikan kemungkinan penyelidikan
lebih lanjut.
1) Stratotipe Gabungan ialah satuan stratotipe yang dibentuk oleh kombinasi beberapa sayatan komponen
2) Hipostratotipe ialah sayatan tambahan (stratotipe sekunder) untuk memperluas keterangan pada stratotipe;
3) Lokasitipe ialah letak geografi suatu stratotipe atau tempat mula-mula ditentukannya satuan stratigrafi.
- Korelasi adalah penghubungan titik-titik kesamaan waktu atau
penghubungan satuan satuan stratigrafi dengan mempertimbangkan kesamaan
waktu.
- Horison ialah suatu bidang (dalam praktek, lapisan tipis di muka bumi
atau dibawah permukaan) yang menghubungkan titik-titik kesamaan waktu.
Horison dapat berupa: horison listrik, horison seismik, horison batuan,
horison fosil dan sebagainya. Istilah istilah seperti : datum, marker,
lapisan pandu sebagai padanannya dan sering dipakai dalam keperluan
korelasi.
- Facies adalah aspek fisika, kimia, atau biologi suatu endapan dalam
kesamaan waktu. Dua tubuh batuan yang diendapkan pada waktu yang sama
dikatakan berbeda facies, kalau kedua batuan tersebut berbeda ciri
fisik, kimia atau biologinya.
1. Satuan Lithostratigrafi
- Azas Tujuan:
Pembagian litostratigrafi dimaksudkan untuk menggolongkan batuan di bumi
secara bersistem menjadi satuan-satuan bernama yang bersendi pada
ciri-ciri litologi. Pada satuan litostratigrafi penentuan satuan
didasarkan pada ciri-ciri batuan yang dapat di-amati di lapangan,
sedangkan batas penyebarannya tidak tergantung kepada batas waktu.
- Satuan Resmi dan Tak Resmi:
Satuan litostratigrafi resmi ialah satuan yang memenuhi persyaratan
Sandi, sedangkan satuan litostratigrafi tak resmmi ialah satuan yang
tidak seluruhnya memenuhi persyaratan Sandi.
- Batas dan Penyebaran Satuan Satuan Litostratigrafi:
1. Batas satuan litostratigrafi ialah sentuhan antara dua satuan yang
berlainan ciri litologi, yang dijadikan dasar pembeda kedua satuan
tersebut.
2. Batas satuan ditempatkan pada bidang yang nyata perubahan litologinya
atau dalam hal perubahan tersebut tidak nyata, batasnya merupakan
bidang yang diperkirakan kedudukannya (batas arbiter).
3. Satuan satuan yang berangsur berubah atau menjemari, peralihannya
dapat dipisahkan sebagai satuan tersendiri apabila memenuhi persyaratan
Sandi.
4. Penyebaran satuan satuan litostratigrafi semata mata ditentukan oleh
kelanjutan ciri ciri litologi yang menjadi ciri penentunya.
5. Dari segi praktis, penyebarasan suatu satuan litostratigrafi dibatasi
oleh batas cekungan pengendapan atau aspek geologi lain.
6. Batas batas daerah hukum (geografi) tidak boleh dipergunakan sebagai
alasan berakhirnya penyebaran lateral (pelamparan) suatu satuan.
- Tingkat-tingkat Satuan Litostratigrafi:
1. Urutan tingkat satuan litostratigrafi resmi dari besar sampai kecil adalah: Kelompok, Formasi dan Anggota.
2. Formasi adalah satuan dasar dalam pembagian satuan litostratigrafi.
- Stratotipe atau Pelapisan Jenis:
1. Suatu stratotipe merupakan perwujudan alamiah satuan litostratigrafi resmi di lokasi tipe yang dapat dijadikan pedoman umum.
2. Letak suatu stratotipe dinyatakan dengan kedudukan koordinat geografi.
3. Apabila pemerian stratotipe suatu satuan litostratigrafi di lokasi
tipenya tidak memungkinkan, maka sebagai gantinya cukup dinyatakan
lokasi tipenya.
- Tatanama Satuan Litostratigrafi :
Tatanama satuan litostratigrafi resmi ialah dwinama (binomial). Untuk
tingkat Kelompok, Formasi dan Anggota dipakai istilah tingkatnya dan
diikuti nama geografinya.
2. Satuan Litodemik
- Azas Tujuan:
Pembagian satuan litodemik dimaksudkan untuk menggolongkan batuan beku,
metamorf dan batuan lain yang terubah kuat menjadi satuan-satuan bernama
yang bersendi kepada ciri-ciri litologi. Batuan penyusun satuan
litodemik tidak mengikuti kaidah Hukum Superposisi dan kontaknya dengan
satuan litostratigrafi dapat bersifat extrusif, intrusif, metamorfosa
atau tektonik.
- Batas dan Penyebaran Satuan Litodemik:
Batas antar Satuan Litodemik berupa sentuhan antara dua satuan yang
berbeda ciri litologinya, dimana kontak tersebut dapat bersifat
ekstrusif, intrusif, metamorfosa, tektonik atau kontak berangsur.
- Tingkat Tingkat Satuan Litodemik:
1. Urutan tingkat Satuan Litodemik resmi, masing-masing dari besar ke kecil adalah: Supersuite, Suite, dan Litodem.
2. Litodem adalah satuan dasar dalam pembagian Satuan Litodemik, satuan dibawah litodem merupakan satuan tidak resmi.
- Tata Nama Satuan Litodemik:
Tatanama Satuan dasar Litodemik yang terdiri dari nama geografi dan ciri utama komposisi litologinya, misalnya Diorit Cihara.
3. Satuan Biostratigrafi
- Azas Tujuan:
1. Pembagian biostratigrafi dimaksud untuk menggolongkan lapisan-lapisan
batuan di bumi secara bersistem menjadi satuan satuan bernama berdasar
kandungan dan penyebaran fosil.
2. Satuan biostratigrafi ialah tubuh lapisan batuan yang dipersatukan
berdasar kandungan fosil atau ciri-ciri paleontologi sebagai sendi
pembeda terhadap tubuh batuan sekitarnya.
3. Satuan Resmi dan Tak Resmi:
Satuan biostratigrafi resmi ialah satuan yang memenuhi persyaratan Sandi
sedangkan satuan biostratigrafi tak resmi adalah satuan yang tidak
seluruhnya memenuhi persyaratan Sandi.
- Kelanjutan Satuan
Kelanjutan satuan biostratigrafi ditentukan oleh penyebaran kandungan fosil yang mencirikannnya.
- Tingkat dan Jenis Satuan Biostratigrafi
1. Zona ialah satuan dasar biostratigrafi
2. Zona adalah suatu lapisan atau tubuh batuan yang dicirikan oleh satu takson fosil atau lebih.
3. Urutan tingkat satuan biostratigrafi resmi, masing-masing dari besar
sampai kecil ialah: Super-Zona, Zona, Sub-Zona, dan Zenula,
4. Berdasarkan ciri paleontologi yang dijadikan sendi satuan
biostratigrafi, dibedakan: Zona Kumpulan, Zona Kisaran, Zona Puncak, dan
Zona Selang
- Zona Kumpulan
1. Zona Kumpulan ialah kesatuan sejumpah lapisan yang terdiri oleh
kumpulan alamiah fosil yang hkas atau kumpulan sesuatu jenis fosil.
2. Kegunaan Zona Kumpulan, selain sebagai penunjuk lingkungan kehidupan purba dapat juga dipakai sebagai penciri waktu.
3. Batas dan kelanjutan zona Kumpulan ditentukan oleh batas terdapat
bersamaannya (kemasyarakatan) unsur-unsur utama dalam kesinambungan yang
wajar.
4. Nama Zona Kisaran harus diambil dari satu unsur fosil atau lebih yang menjadi penciri utama kumpulannya.
- Zona Kisaran:
1. Zona kisaran ialah tubuh lapisan batuan yang mencakup kisaran stratigrafi untur terpilih dari kumpulan seluruh fosil yang ada
2. Kegunaan Zona Kisaran terutama ialah untuk korelasi tubuh-tubuh
lapisan batuan dan sebagai dasar untuk penempatan batuan batuan dalam
skala waktu geologi
3. Btasa dan Kelanjutan Zona Kisaran ditentukan oleh penyebaran tegak dan mendatar takson (takson-takson) yang mencirikannya.
4. Nama Zona Kisaran diambil dari satu jenis atau lebih yang menjadi ciri utama Zona.
- Zona Puncak:
1. Zona Puncak ialah tubuh lapisan batuan yang menunjukkan perkembangan maksimum suatu takson tertentu.
2. Kegunaan Zona Puncak dalam hal tertentu ialah untuk menunjukkan
kedudukan kronostratigrafi tubuh lapisan batuan dan dapat dipakai
sebagai petunjuk lingkungan pengendapan purba, iklim purba
3. Batas vertikal dan lateral Zona Puncak sedapat mungkin bersifat obyektif
4. Nama-nama Zona Puncak diambil dari nama takson yang berkembang secara maksimum dalam Zona tersebut.
- Zona Selang:
1. Zona Selang ialah selang stratigrafi antara pemunculan awal/akhir dari dua takson penciri.
2. Kegunaan Zona Selang pada umumnya ialah untuk korelasi tubuh-tubuh lapisan batuan
3. Batas atas atau bawah suatu Zona Selang ditentukan oleh pemunculan awal atau akhir dari takson-takson penciri.
4. Nama Zona Selang diambil dari nama-nama takson penciri yang merupakan batas atas dan bawah zona tersebut.
- Zona Rombakan:
Zona Rombakan adalah tubuh lapisan batuan yang ditandai oleh banyaknya
fosil rombakan, berbeda jauh dari pada tubuh lapisan batuan di atas dan
di bawahnya.
- Zona Padat
Zona Padat ialah tubuh lapisan batuan yang ditandai oleh melimpahnya
fosil dengan kepadatan populasi jauh lebih banyak dari pada tubuh batuan
di atas dan dibawahnya.
4. Satuan Sikuenstratigrafi
- Azas Tujuan:
1. Pembagian sikuenstratigrafi ialah penggolongan lapisan batuan batuan
di bumi secara bersistem menjadi satuan-satuan bernama berdasarkan gerak
relatif muka laut. Pembagian ini merupakan kerangka untuk menyusun
urutan peristiwa geologi.
2. Satuan sikuenstratigrafi ialah suatu tubuh lapisan batuan yang
terbentuk dalam satuan waktu tertentu pada satu siklus perubahan relatif
muka laut.
- Batas Satuan:
Batas atas dan bawah satuan sikuenstratigrafi adalah bidang bidang ketidakselarasan atau bidang keselarasan padanannya.
- Tingkat Tingkat Satuan Sikuenstratigrafi
1. Urutan tingkat satuan sikuenstratigrafi, masing-masing dari besar sampai kecil adalah Megasikuen, Supersikuen dan Sikuen.
2. Sikuen ialah satuan dasar dalam pembagian satuan sikuenstratigrafi.
- Satuan Resmi dan Tak resmi:
Satuan sikuenstratigrafi resmi ialah satuan yang memenuhi persyaratan
Sandi sedangkan satuan tak resmi adalah satuan yang tidak seluruhnya
memenuhi persyaratan Sandi.
- Tatanama Satuan Sikuenstratigrafi:Tatanama satuan sikuenstratigrafi
resmi ialah dwinama (binomial). Untuk tingkat sikuen atau yang lebih
tinggi, dipakai istilah tingkatnya dan diikuti nama geografi
lokasitipenya (yang mudah dikenal).
5.Satuan Kronostratigrafi
- Azas Tujuan:
Pembagian kronostratigrafi ialah penggolongan lapisan-lapisan secara
bersistem menjadi satuan bernama berdasarkan interval waktu geologi.
Interval waktu geologi ini dapat ditentukan berdasar geo-kronologi atau
metoda lain yang menunjukkan kesamaan waktu. Pembagian ini merupakan
kerangka untuk menyusun urutan penafsiran geologi secara lokal, regional
dan global.
- Hubungan Kronostratigrafi dan Geokronologi:
Bagi setiap Satuan Kronostratigrafi terdapat satuan geokronologi
bandingannya: Eonotem dengan Kurun, Eratem dengan Masa, Sistem dengan
Zaman, Seri dengan Kala dan Jenjang dengan Umur.
- Stratotipe dan Batas satuan:
1. Dalam Kronostratigrafi dikenal Stratotipe Satuan dan Stratotipe Batas
2. Stratotipe Satuan adalah sayatan selang stratigrafi yang dibatasi
oleh stratotipe batas atas dan bawah di tempat asal nama satuan.
3. Stratotipe Batas ialah tipe batas bawah dan atas satuan
4. Batas satuan kronostratigrafi ialah bidang isokron.
5. Batas satuan kronostratigrafi ditetapkan pada stratotipe, berdasarkan pertimbangan obyektif.
- Tingkat Tingakat Satuan Kronostratigrafi:
1. Urutan tingkat satuan kronostratigrafi resmi, masing-masing dari
besar sampai kecil ialah: Eonotem, Sistem, Seri, dan Jenjang. Satuan ini
dapat diberi awalan “Super” bila tingkatnya dianggap lebih tinggi
daripada satuan tertentu, tetapi lebih rendah dari satuan lebih besar
berikutnya. Dalam hal sebaliknya awalan yang dipergunakan adalah “Sub”,
2. Bidang lapisan pada dasarnya adalah bidang kesamaan waktu, oleh
karena itu satu lapisan yang menerus, cirinya mudah dikenal serta
mempunyai pelamparan luas, dapat merupakan penunjuk kesamaan waktu dan
dinamakan lapisan pandu. Selang antara dua lapisan pandu disebut Selang
Antara.
3. Lapisan yang ditandai oleh keseragaman polaritas geomagnit yang mempunyai kesamaan waktu dinamakan Selang Polaritas.
- Penyebaran Satuan Kronostratigrafi:
Kelanjutan suatu satuan kronostratigrafi dari stratotipe hanya mungkin, bila terdapat bukti-bukti akan adanya kesamaan waktu.
- Urutan Satuan kronostratigrafi:
Pembagian Kronostratigrafi dalam Sandi adalah seperti tercantum pada Skala Waktu Geologi
- Satuan Kronostratigrafi Tak Resmi:
Pemakaian istilah satuan kronostratigrafi tak resmi tidak boleh mengacaukan istilah satuan resmi.
- Pembagian Geokronologi:
Pembagian waktu geologi ialah pembagian waktu menjadi interval-interval
tertentu berdasarkan peristiwa geologi. Interval waktu geologi ini
disebut sebagai satuan geokronologi. Cara penentuannya didasarkan atas
analisis radiometrik atau isotropik.
- Tingkat satuan Geokronologi:
Tingkat-tingkat satuan geokronologi dari besar ke kecil adalah: Kurun, Masa, Zaman, Kala, dan Umur.
6. Satuan Tektonostratigrafi
- Azas Tujuan:
Pembagian tektonostratigrafi dimaksudkan untuk menggolongkan suatu
kawasan di bumi, yang tergolong pinggiran lempeng aktif, baik yang
menumpu (plate convergence) ataupun memberai (plate divergence) menjadi
mintakat-mintakat (terrances). Penentuan mintakat didasarkan pada
asal-usul terbentuknya dan bukan pada keterdapatannya, dan karenanya
mintakat dibedakan menjadi 3 jenis, yaitu 1). Atockton (Autochthonous),
2). Alokton (Allochthonous) dan 3). Para-Atokton (Para-autochthonous).
Penentuan batas penyebarannya ditentukan oleh kegiatan tektonik pada
waktu tertentu.
- Tingkat Tingkat Satuan Tektonostratigrafi:
1. Urutan tingkat satuan tektonostratigrafi resmi, mulai dari yang
terbesar: Lajur (Zone), Komplek (Complex), Mintakat (Terrane), dan Jalur
(Belt).
2. Mintakat adalah satuan dasar dalam pembagian satuan tektonostratigrafi.
3. Pengukuran Stratigrafi
Pengukuran stratigrafi merupakan salah satu pekerjaan yang biasa
dilakukan dalam pemetaan geologi lapangan. Adapun pekerjaan pengukuran
stratigrafi dimaksudkan untuk memperoleh gambaran yang terperinci dari
hubungan stratigrafi antar setiap perlapisan batuan / satuan batuan,
ketebalan setiap satuan stratigrafi, sejarah sedimentasi secara vertikal
dan lingkungan pengendapan dari setiap satuan batuan.
Di lapangan, pengukuran stratigrafi biasanya dilakukan dengan
menggunakan tali meteran dan kompas pada singkapan-singkapan yang
menerus dalam suatu lintasan. Pengukuran diusahakan tegak lurus dengan
jurus perlapisan batuannya, sehingga koreksi sudut antara jalur
pengukuran dan arah jurus perlapisan tidak begitu besar.
3.1 Metoda Pengukuran Stratigrafi
Pengukuran stratigrafi dimaksudkan untuk memperoleh gambaran terperinci
urut-urutan perlapisan satuan stratigrafi, ketebalan setiap satuan
stratigrafi, hubungan stratigrafi, sejarah sedimentasi dalam arah
vertikal, dan lingkungan pengendapan. Mengukur suatu penampang
stratigrafi dari singkapan mempunyai arti penting dalam penelitian
geologi.
Secara umum tujuan pengukuran stratigrafi adalah:
1. Mendapatkan data litologi terperinci dari urut-urutan perlapisan
suatu satuan stratigrafi (formasi), kelompok, anggota dan sebagainya.
2. Mendapatkan ketebalan yang teliti dari tiap-tiap satuan stratigrafi.
3. Untuk mendapatkan dan mempelajari hubungan stratigrafi antar satuan
batuan dan urut-urutan sedimentasi dalam arah vertikal secara detil,
untuk menafsirkan lingkungan pengendapan.
Pengukuran stratigrafi biasanya dilakukan terhadap singkapan singkapan
yang menerus, terutama yang meliputi satu atau lebih satuan satuan
stratigrafi yang resmi. Metoda pengukuran penampang stratigrafi banyak
sekali ragamnya. Namun demikian metoda yang paling umum dan sering
dilakukan di lapangan adalah dengan menggunakan pita ukur dan kompas.
Metoda ini diterapkan terhadap singkapan yang menerus atau sejumlah
singkapan-singkapan yang dapat disusun menjadi suatu penampang
stratigrafi.
Singkapan batuan pada satuan stratigrafi (kiri) dan singkapan singkapan yang menerus dari satuan stratigrafi (kanan)
Metoda pengukuran stratigrafi dilakukan dalam tahapan sebagai berikut:
1. Menyiapkan peralatan untuk pengukuran stratigrafi, antara lain: pita
ukur (± 25 meter), kompas, tripot (optional), kaca pembesar (loupe),
buku catatan lapangan, tongkat kayu sebagai alat bantu.
2. Menentukan jalur lintasan yang akan dilalui dalam pengukuran
stratigrafi, jalur lintasan ditandai dengan huruf B (Bottom) adalah
mewakili bagian Bawah sedangkan huruf T (Top) mewakili bagian atas.
3. Tentukan satuan-satuan litologi yang akan diukur. Berilah patok-patok
atau tanda lainnya pada batas-batas satuan litologinya.
4. Pengukuran stratigrafi di lapangan dapat dimulai dari bagian bawah
atau atas. Unsur-unsur yang diukur dalam pengukuran stratigrafi adalah:
arah lintasan (mulai dari sta.1 ke sta.2; sta.2 ke sta.3. dst.nya),
sudut lereng (apabila pengukuran di lintasan yang berbukit), jarak antar
station pengukuran, kedudukan lapisan batuan, dan pengukuran
unsur-unsur geologi lainnya.
Sketsa pengukuran penampang stratigrafi
5. Jika jurus dan kemiringan dari tiap satuan berubah rubah sepanjang
penampang, sebaiknya pengukuran jurus dan kemiringan dilakukan pada alas
dan atap dari satuan ini dan dalam perhitungan dipergunakan
rata-ratanya.
6. Membuat catatan hasil pengamatan disepanjang lintasan pengkuran
stratigrafi yang meliputi semua jenis batuan yang dijumpai pada lintasan
tersebut, yaitu: jenis batuan, keadaan perlapisan, ketebalan setiap
lapisan batuan, struktur sedimen (bila ada), dan unsur-unsur geologi
lainnya yang dianggap perlu. Jika ada sisipan, tentukan jaraknya dari
atas satuan.
Aktivitas dari pengukuran stratigrafi terukur
7. Data hasil pengukuran stratigrafi kemudian disajikan diatas kertas
setelah melalui proses perhitungan dan koreksi-koreksi yang kemudian
digambarkan dengan skala tertentu dan data singkapan yang ada
disepanjang lintasan di-plot-kan dengan memakai simbol-simbol geologi
standar.
8. Untuk penggambaran dalam bentuk kolom stratigrafi, perlu dilakukan
terlebih dahulu koreksi-koreksi antara lain koreksi sudut antara arah
lintasan dengan jurus kemiringan lapisan, koreksi kemiringan lereng
(apabila pengukuran di lintasan yang berbukit), perhitungan ketebalan
setiap lapisan batuan dsb.
3.2. Perencanaan lintasan pengukuran
Perencanaan lintasan pengukuran ditetapkan berdasarkan urut-urutan
singkapan yang secara keseluruhan telah diperiksa untuk hal hal sebagai
berikut:
a. Kedudukan lapisan (Jurus dan Kemiringan), apakah curam, landai,
vertikal atau horizontal. Arah lintasan yang akan diukur sedapat mungkin
tegak lurus terhadap jurus.
b. Harus diperiksa apakah jurus dan kemiringan lapisan secara kontinu
tetap atau berubah rubah. Kemungkinan adanya struktur sepanjang
penampang, seperti sinklin, antiklin, sesar, perlipatan dan hal ini
penting untuk menentukan urut-urutan stratigrafi yang benar.
c. Meneliti akan kemungkinan adanya lapisan penunjuk (key beds) yang
dapat diikuti di seluruh daerah serta penentuan superposisi dari lapisan
yang sering terlupakan pada saat pengukuran.
3.3.Menghitung Ketebalan
Tebal lapisan adalah jarak terpendek antara bidang alas (bottom) dan
bidang atas (top). Dengan demikian perhitungan tebal lapisan yang tepat
harus dilakukan dalam bidang yang tegak lurus jurus lapisan. Bila
pengukuran di lapangan tidak dilakukan dalam bidang yang tegak lurus
tersebut maka jarak terukur yang diperoleh harus dikoreksi terlebih
dahulu dengan rumus:
d = dt x cosinus ß ( ß = sudut antara arah kemiringan dan arah pengukuran).
Didalam menghitung tebal lapisan, sudut lereng yang dipergunakan adalah
sudut yang terukur pada arah pengukuran yang tegak lurus jurus
perlapisan. Apabila arah sudut lereng yang terukur tidak tegak lurus
dengan jurus perlapisan, maka perlu dilakukan koreksi untuk
mengembalikan kebesaran sudut lereng yang tegak lurus jurus lapisan.
Biasanya koreksi dapat dilakuan dengan menggunakan tabel “koreksi dip”
untuk pembuatan penampang.
1. Pengukuran pada daerah datar (lereng 0o)
Pengukuran pada daerah datar, apabila jarak terukur adalah jarak tegak
lurus jurus, ketebalan langsung di dapat dengan menggunakan rumus : T = d
sin ∂ (dimana d adalah jarak terukur di lapangan dan ∂ adalah sudut
kemiringan lapisan). Apabila pengukuran tidak tegak lurus jurus, maka
jarak terukur harus dikoreksi seperti pada cara diatas.
Posisi pengukuran pada daerah datar
2. Pengukuran pada Lereng
Terdapat beberapa kemungkinan posisi lapisan terhadap lereng seperti
diperlihatkan pada gambar 8.5 dan gambar 8.6. { Catatan: sudut lereng
(s) dan kemiringan lapisan (∂) adalah pada keadaan yang tegak lurus
dengan jurus atau disebut “true dip” dan “true slope” }.
a. Kemiringan lapisan searah dengan lereng.
Bila kemiringan lapisan (∂ ) lebih besar daripada sudut lereng (s) dan
arah lintasan tegak lurus jurus, maka perhitungan ketebalan adalah :
T = d sin (∂ - s ). (Gambar 8.5 b)
Bila kemiringan lapisan lebih kecil daripada sudutlereng dan arah
lintasan tegak lurus jurus, maka perhitungan ketebalan adalah:
T = d sin (s - ∂ ). (Gambar 8.5 c)
Gambar 8.5 Posisi pengukuran pada lereng yang searah dengan kemiringan lapisan
b. Kemiringan lapisan berlawanan arah dengan lereng
Bila kemiringan lapisan membentuk sudut lancip terhadap lereng dan arah lintasan tegak lurus jurus maka:
T = d sin ( ∂ + s ) (Gambar 8.6 b)
Apabila jumlah sudut lereng dan sudut kemiringan lapisan adalah 900
(lereng berpotongan tegak lurus dengan lapisan) dan arah lintasan tegak
lurus jurus maka :
T = d (Gambar 8.6 c)
Bila kemiringan lapisan membentuk sudut tumpul terhadap lereng dan arah lintasan tegak lurus jurus, maka :
T = d sin (1800 - ∂ - s) (Gambar 8.6 d )
Bila lapisannya mendatar, maka :
T = d sin (s)
Gambar 8.6 Posisi pengukuran pada lereng yang berlawanan dengan kemiringan lapisan
Penyajian hasil pengukuran stratigrafi seperti yang terlihat pada gambar
8.7 dibawah ini. Adapun penggambaran urutan perlapisan batuan/satuan
batuan/satuan stratigrafi disesuaikan dengan umur batuan mulai dari yang
tertua (paling bawah) hingga yang termuda (paling atas)
Seringkali hasil pengukuran stratigrafi disajikan dengan disertai
foto-foto singkapan seperti yang diperlihatkan pada gambar 8.8. Adapun
maksud dari penyertaan foto-foto singkapan adalah untuk lebih
memperjelas bagian bagian dari perlapisan batuan ataupun kontak antar
perlapisan yang mempunyai makna dalam proses sedimentasinya.
Penggambaran penampang stratigrafi terukur yang dilengkapi dengan
foto-foto untuk menjelaskan hubungan antar lapisan batuan ataupun kontak
antar lapisan batuan
8.4 Kolom Stratigrafi
Kolom stratigrafi pada hakekatnya adalah kolom yang menggambarkan
susunan berbagai jenis batuan serta hubungan antar batuan atau satuan
batuan mulai dari yang tertua hingga termuda menurut umur geologi,
ketebalan setiap satuan batuan, serta genesa pembentukan batuannya. Pada
umumnya banyak cara untuk menyajikan suatu kolom stratigrafi, namun
demikian ada suatu standar umum yang menjadi acuan bagi kalangan ahli
geologi didalam menyajikan kolom stratigrafi. Penampang kolom
stratigrafi biasanya tersusun dari kolom-kolom dengan atribut-atribut
sebagai berikut: Umur, Formasi, Satuan Batuan, Ketebalan, Besar-Butir,
Simbol Litologi, Deskripsi/Pemerian, Fosil Dianostik, dan Linkungan
Pengendapan.
Tabel 8.1 adalah kolom stratigrafi daerah Karawang Selatan, Jawa Barat
yang tersusun dari kiri ke kanan sebagai berikut: umur, formasi, satuan
batuan, simbol litologi, deskripsi batuan, dan lingkungan pengendapan.
8.5 Profil Lintasan Stratigrafi
Dalam penelitian geologi, pengamatan stratigrafi disepanjang lintasan
yang dilalui perlu dibuat, baik dengan cara menggambarnya dalam bentuk
sketsa profil lintasan ataupun melalui pengukuran stratigrafi. Adapun
tujuan dari pembuatan profil lintasan adalah untuk mengetahui dengan
cepat hubungan antar batuan / satuan batuan secara vertikal.
Gambar 8.9 adalah salah satu conto hasil pengamatan sepanjang lintasan
sungai, dimana nomor 1, 2, 3 ……dst merupakan lokasi pengamatan dan
pengukuran singkapan batuan-batuan pada lintasan sungai. Kedudukan
batuan dan jenis batuan / satuan batuan pada setiap stasiun pengamatan
disepanjang lintasan (Gambar 3.9 atas) dan pada gambar 8.9 bagian bawah
adalah sketsa dari profil lintasan yang memperlihatkan hubungan setiap
batuan / satuan batuan dari yang tertua hingga termuda.
Gambar 8.9 Lintasan pengamatan dan pengukuran singkapan batuan (atas)
dan penampang lintasan yang memperlihatkan hubungan antar lapisan batuan
atau satuan batuan.
Gambar 8.10 memperlihatkan lintasan pengamatan dan pengukuran singkapan
batuan / satuan batuan disepanjang jalan dari desa Cipanas ke Bendungan
Saguling. Terdapat 4 (empat) satuan batuan yang dapat diamati mulai dari
desa Cipanas hingga ke Bendungan Saguling, yaitu: Satuan Batuan
Batugamping (Formasi Rajamandala), Satuan Batuan Batupasir selangseling
Serpih (Formasi Citarum) dan Satuan Batuan Breksi (Formasi Saguling) dan
Satuan Batuan Lempung selangseling Batupasir (Anggota Cibanteng Formasi
Saguling).
Gambar 8.11 adalah sketsa penampang stratigrafi lintasan daerah Saguling
yang menunjukan hubungan antar satuan batuan (formasi) dan struktur
geologi yang mengontrol hubungan antar satuan batuan dari yang tertua
hingga termuda, yaitu antara Formasi Batuasih, Formasi Rajamandala dan
Formasi Citarum serta Formasi Saguling.
8.10 Lintasan pengamatan dan pengukuran singkapan batuan Daerah Saguling (Desa Cipanas – Bendungan Saguling)
Gambar 8.11 Penampang stratigrafi lintasan Daerah Saguling (Desa Cipanas – Bendungan Saguling)
8.12 Penampang stratigrafi lintasan Daerah Ampiteater Ciletuh, Sukabumi, Jawa Barat
Gambar 8.12 adalah sketsa hasil pengamatan stratigrafi di daerah
ampiteater Ciletuh, Jawa Barat. Pengamatan dilakukan mulai dari bagian
atas ampiteater Ciletuh hingga ke Cikadal (Muara S. Ciletuh).
Disepanjang lintasan ini tersingkap satuan batuan dari Formasi Jampang
(batupasir tufan dan breksi), Formasi Bayah (pasir konglomeratan dan
lempung) Formasi Ciletuh (breksi, batupasir greywacke, lempung), dan
Melange Ciletuh (filit). Hubungan stratigrafi antara Melange Ciletuh
dengan Formasi Ciletuh diperkirakan adalah selaras, sedangkan hubungan
antara Formasi Ciletuh dengan Formasi Bayah diatasnya juga selaras,
sedangkan antara Formasi Bayah dengan Formasi Jampang diatasnya tidak
selaras (lihat sketsa kolom stratigrafinya).
Gambar 8.13 adalah penamang stratigrafi lintasan Batuasih – Gunung Walat
yang memperlihatkan hubungan antara Formasi Bayah, Formasi Batuasih dan
Formasi Rajamandala. Hubungan stratigrafi antara Formasi Bayah dengan
Formasi Batuasih diatasnya adalah tidak selaras, sedangkan hubungan
Formasi Batuasih dengan Formasi Rajamandala diatasnya adalah selaras.
8.6 Korelasi Stratigrafi
Korelasi stratigrafi pada hakekatnya adalah menghubungkan titik-titik
kesamaan waktu atau penghubungan satuan-satuan stratigrafi dengan
mempertimbangkan kesamaan waktu. Adapun maksud dan tujuan dari korelasi
stratigrafi adalah untuk mengetahui persebaran lapisan-lapisan batuan
atau satuan-satuan batuan secara lateral, sehingga dengan demikian dapat
diperoleh gambaran yang menyeluruh dalam bentuk tiga dimensinya.
Berikut ini adalah beberapa contoh korelasi stratigrafi yang umum
dilakukan antara lain: (1). Korelasi Litostratigrafi, (2). Korelasi
Biostratigrafi, (3). Korelasi Kronostratigrafi.
1 Korelasi Lithostratigrafi
Korelasi litostratigrafi pada hakekatnya adalah menghubungkan
lapisan-lapisan batuan yang mengacu pada kesamaan jenis litologinya.
Catatan: Satu lapis batuan adalah satu satuan waktu pengendapan.
- Prosedur dan penjelasan:
1. Korelasi dimulai dari bagian bawah dengan melihat litologi yang sama.
2. Korelasikan/hubungkan titik-titik lapisan batuan yang memiliki jenis
litologi yang sama (Pada gambar diwakili oleh garis warna hitam).
3. Konglomerat pada Sumur-1 dikorelasikan dengan konglomerat pada
Sumur-2, demikian juga antara batupasir dan batugamping di Sumur-1
dengan batupasir dan batugamping dan lempung di Sumur-2.
4. Sebaran breksi di Sumur-1 ke arah Sumur-2 menunjukkan adanya pembajian.
5. Kemudian dilanjutkan antara napal dan lempung di Sumur-1 dengan napal dan lempung di Sumur-2.
2 Korelasi Biostratigrafi
Korelasi biostratigrafi adalah menghubungkan lapisan-lapisan batuan
didasarkan atas kesamaan kandungan dan penyebaran fosil yang terdapat di
dalam batuan. Dalam korelasi biostratigrafi dapat terjadi jenis batuan
yang berbeda memiliki kandungan fosil yang sama.
Prosedur dan penjelasan:
1. Korelasikan/hubungkan lapisan lapisan batuan yang mengandung kesamaan
dan persebaran fosil yang sama (Pada gambar diatas diwakili oleh garis
warna hitam).
2. Kandungan dan sebaran fosil pada batulempung di Sumur-1 sama dengan
kandungan dan sebaran fosil pada serpih di Sumur-2, sehingga batulempung
yang ada di Sumur-1 dapat dikorelasikan dengan serpih yang terdapat di
Sumur-2.
3. Batupasir pada Sumur-1 mengandung kumpulan fosil K sedangkan pada
Sumur-2, batupasir juga mengandung kumpulan dan sebaran fosil K. Dengan
demikian lapisan batupasir pada Sumur-1 dapat dikorelasikan dengan
batupasir pada Sumur-2.
4. Kandungan dan sebaran fosil pada lempung di Sumur-1 sama dengan
kandungan dan sebaran fosil pada napal di Sumur-2, sehingga lempung yang
ada di Sumur-1 dapat dikorelasikan dengan napal yang terdapat di
Sumur-2.
3. Korelasi Kronostratigrafi
Korelasi kronostratigrafi adalah menghubungkan lapisan lapisan batuan yang mengacu pada kesamaan umur geologinya.
Contoh : Korelasi Kronostratigrafi (Geokronostratigrafi)
Prosedur dan penjelasan:
Prosedur korelasi kronostratigrafi adalah sebagai berikut:
1. Korelasikan/bubungkan titik titik kesamaan waktu dari setiap kolom
yang ada (Pada gambar diwakili oleh garis merah, dan garis ini dikenal
sebagai garis kesamaan umur geologi)
2. Korelasikan lapisan-lapisan batuan yang jenis litoginya sama dan
berada pada umur yang sama, seperti Konglomerat pada Sumur-1 dengan
konglomerat pada Sumur-2, dikarenakan umur geologinya yang sama yaitu
Miosen Bawah.
3. Pada kolom umur Miosen Tengah, batupasir pada Sumur-1 dengan
batupasir pada Sumur-2, dan batugamping pada Sumur-1 dan batugamping
pada Sumur-2 dapat dikorelasikan.
4. Korelasi lapisan lapisan batuan tidak boleh memotong garis umur (Pada gambar diwakili oleh garis warna merah).
RINGKASAN
Stratigrafi adalah ilmu yang mempelajari tentang aturan,
hubungan, dan pembentukan (genesa) macam-macam batuan di alam dalam
ruang dan waktu.
Sandi Stratigrafi adalah aturan penamaan satuan-satuan
stratigrafi, baik resmi ataupun tidak resmi, sehingga terdapat
keseragaman dalam nama maupun pengertian nama-nama tersebut.
Penggolongan Stratigrafi ialah pengelompokan bersistem batuan
menurut berbagai cara, untuk mempermudah pemerian, aturan dan hubungan
batuan yang satu terhadap lainnya. Kelompok bersistem tersebut diatas
dikenal sebagai satuan stratigrafi.
Batas Satuan Stratigrafi ditentukan sesuai dengan batas
penyebaran ciri satuan tersebut sebagaimana didefinisikan. Batas satuan
Stratigrafi jenis tertentu tidak harus berimpit dengan batas Satuan
Stratigrafi jenis lain, bahkan dapat memotong satu sama lain.
Tatanama Stratigrafi ialah aturan penamaan satuan-satuan
stratigrafi, baik resmi maupun tak resmi, sehingga terdapat keseragaman
dalam nama maupun pengertian nama nama tersebut seperti misalnya:
Formasi/formasi, Zona/zona, Sistem dan sebagainya.
Stratotipe atau pelapisan jenis adalah tipe perwujudan alamiah
satuan stratigrafi yang memberikan gambaran ciri umum dan batas-batas
satuan stratigrafi.
Korelasi adalah penghubungan titik-titik kesamaan waktu atau
penghubungan satuan satuan stratigrafi dengan mempertimbangkan kesamaan
waktu.
Horison ialah suatu bidang (dalam praktek, lapisan tipis di muka
bumi atau dibawah permukaan) yang menghubungkan titik-titik kesamaan
waktu. Horison dapat berupa: horison listrik, horison seismik, horison
batuan, horison fosil dan sebagainya. Istilah istilah seperti : datum,
marker, lapisan pandu sebagai padanannya dan sering dipakai dalam
keperluan korelasi.
Facies adalah aspek fisika, kimia, atau biologi suatu endapan
dalam kesamaan waktu. Dua tubuh batuan yang diendapkan pada waktu yang
sama dikatakan berbeda facies, kalau kedua batuan tersebut berbeda ciri
fisik, kimia atau biologinya.
Satuan Litostratigrafi adalah menggolongkan batuan di bumi secara bersistem menjadi satuan-satuan bernama yang bersendi pada ciri-ciri litologi.
Satuan Litodemik adalah menggolongkan batuan beku, metamorf dan
batuan lain yang terubah kuat menjadi satuan-satuan bernama yang
bersendi kepada ciri-ciri litologinya.
Satuan Biostratigrafi adalah menggolongkan lapisan-lapisan batuan
di bumi secara bersistem menjadi satuan-satuan bernama berdasar
kandungan dan penyebaran fosil
Satuan Sikuenstratigrafi adalah penggolongan lapisan batuan
batuan di bumi secara bersistem menjadi satuan-satuan bernama
berdasarkan gerak relatif muka laut.
Satuan Kronostratigrafi adalah penggolongan lapisan-lapisan secara bersistem menjadi satuan bernama berdasarkan interval waktu geologi.
Satuan Tektonostratigrafi adalah menggolongkan suatu kawasan di
bumi, yang tergolong pinggiran lempeng aktif, baik yang menumpu (plate
convergence) ataupun memberai (plate divergence) menjadi
mintakat-mintakat (terrances).
Pengukuran stratigrafi dimaksudkan untuk memperoleh gambaran
terperinci urut-urutan perlapisan satuan stratigrafi, ketebalan setiap
satuan stratigrafi, hubungan stratigrafi, sejarah sedimentasi dalam arah
vertikal, dan lingkungan pengendapan.
Kolom stratigrafi adalah kolom yang menggambarkan susunan dari
batuan yang memperlihatkan hubungan antar batuan atau satuan batuan
mulai dari yang tertua hingga termuda menurut umur geologi, ketebalan
setiap satuan batuan, serta genesa pembentukan batuannya.
Korelasi stratigrafi pada hakekatnya adalah menghubungkan
titik-titik kesamaan waktu atau penghubungan satuan-satuan stratigrafi
dengan mempertimbangkan kesamaan waktu.
http://stratigrafi.blogspot.com/2010/12/serba-serbi-stratigrafi.html
Rabu, 12 Februari 2014
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
1 comments:
Posting Komentar