geografi lingkungan

Khoirunnas anfa'uhum linnas

Minggu, 25 Maret 2012

"SPELEOLOGI DAN SEJARAH PERKEMBANGANNYA"


Speleologi adalah suatu ilmu yang sifatnya holistik/menyeluruh dan saling terkait antara geologi, geomorfologi, hidrologi, biologi, ekologi, sedimentologi, palinologi, klimatologi, arkeologi, paleontologi, sosioekonomi dan sosiobudaya, pariwisata dan konservasi alam.
Speleologi berasal dari kata Yunani, yaitu SPELAION yang artinya GUA, dan LOGOS yang artinya ILMU. Jadi secara harpiah speleologi dapat diartikan suatu ilmu yang mempelajari gua. Namun yang dipelajari pada Speleologi mencakup semua aspek yang mengitari gua beserta lingkungannya. Sehingga Speleologi dapat disimpulkan suatu ilmu yang mempelajari gua dan lingkungannya.
Ruang lingkup yang dipelajari pada Speleologi tersebut diantaranya meneliti aneka aspek yang terkait dalam lingkungan gua, seperti :
- Biospeleologi : kehidupan binatang (biota) dalam gua.
- Ekosistem unik dari biota penghuni gua yang terkait dengan biota di luar gua.
- Spelogenesis : cara bagaimana gua terbentuk.
- Speleokhronologi : menentukan umur gua.
- Hidrologi gua : mengidentifikasi air dalam gua (bawah tanah) yang bermanfaat sebagai air cadangan.
- Wisata gua
- Arkeologi gua
- Paleontologi gua
- Palinologi sedimen gua : penelitian spora dan serbuk bunga yang tertinggal dalam sedimen dalam gua.
- Mikroklimatologi gua
- Konservasi gua dan lingkungannya
- Speleotrapi : teknik memanfaatkan lingkungan gua untuk pengobatan penyakit tertentu.
- Aspek sosiobudaya gua : pertapaan, peziarahan, nilai sejarah, dan mistik.
- Sosioekonomi gua dan lingkungannya : penambangan fosfat, sarang burung walet, wisata gua komersial.
- Aspek pendidikan : pencagaran.

Kalau kita mempelajari sejarah Islam maka Nabi Muhammad SAW merupakan manusia pertama yang memanfaatkan gua sebagai tempat persembunyian dan gua tersebut bernama Gua Hira. Namun terlepas dari itu untuk penelusuran gua yang dilakukan secara khusus tidak ada catatan resmi kapan orang melakukan penelusuran gua dalam arti mempelajari tentang gua dan lingkungannya. Akan tetapi berdasarkan peninggalan-peninggalan yang berupa sisa-sisa makanan, tulang-belulang, sisa pembakaran, serta lukisan yang dijumpai di Benua Eropa, Afrika dan Amerika dapat disimpulkan bahwa manusia sudah mengenal gua pada puluhan ribu tahun yang lalu.
Menurut catatan yang ada, penelusuran gua dimulai oleh John Beaumont (1674) seorang ahli bedah dari Somerset-Inggris yang juga dikenal sebagai ahli pertambangan dan geologi amatir. Dia tercatat sebagai orang pertama yangmenuruni sumuran (potholing) di dalam gua dan menemukan ruangan dengan panjang 80 meter,lebar 3 meter serta ketinggian plafon 10 meter hanya dengan menggunakan penerangan lilin. Menurut catatan, Beaumont merangkak sejauh 100 meter dan menemukan jurang (internal pitch). Ia mengikatkan tambang pada tubuhnya dan minta diulur sedalam 25 meter dan mengukur ruangan dalam gua tersebut. Ia melaporkan penemuan ini pada Royal Society, sebuah Lembaga Pengetahuan Inggris.
Baron Johan Vasavor dari Slovenia merupakan orang yang paling berjasa dalam mendiskripsikan gua-gua antara tahun 1670 – 1680. Dia mengunjungi 70 buah gua dan membuat peta sketsa yang melahirkan tulisan pada empat buah buku setebal 2800 halaman. 
Joseph Nagel, pada tahun 1747 mendapat tugas dari istana untuk memetakan sistem perguaan di Kerajaan Austro – Hongaria. Sedangkan wisata gua yang pertama tercatat pada tahun 1818, ketika Kaisar Mabsbrug Francis I dari Austria berkenan untuk meninjau Gua Adelsberg (kini namanya diganti menjadi Gua Postojna) di Yugoslavia. Kemudian wiraswasta Josip Jersinovic mengembangkannya sebagai tempat wisata dengan memudahkan tempat itu dapat dicapai. Diberi penerangan dan pengunjung dikenakan biaya masuk. New York Times pada tahun 1881 mengkritik bahwa keindahan gua telah dirusak hanya untuk mencari keuntungan.
Stephen Bishop pemandu wisata yang paling berjasa, ia anak muda yang dipekerjakan oleh Franklin Gorin seorang pengacara yang membeli tanah di sekitar gua Mammoth – Kentucky (AS) pada tahun 1838, dan kini Gua Mammoth diterima UNICEF sebagai warisan dunia.
Secara resmi Speleologi lahir pada abad 19 berkat ketekunan EDOUARD ALFRED MARTEL. Sewaktu kecil ia sudah mengunjungi Gua Hahn di Belgia bersama ayahnya yang seorang ahli Paleontologi, kemudian juga mengunjungi Gua Pyrenee di Swiss dan Italia. Pada tahun 1818 ia mulai mengenalkan penelusuran gua dengan peralatan. Ia juga membuat pakaian berkantung banyak yang sekarang disebut coverall (wearpack). Sistem penyelamatan yang ia gunakan pada saat itu dengan mengikatkan dirinya kalau naik atau menuruni dengan tali.
Tahun 1889, Martel menginjakan kakinya pada kedalaman 233 meter di sumuran Ranabel dekat Marsille – Prancis, dan selama 45 menit tergantung di kedalaman 90 meter. Ia mengukur ketinggian atap dengan balon kertas yang digantungi spon yang dibasahi alkohol. Begitu spon dinyalakan balon akan naik ke atas mencapai atap gua. 
Hingga sekarang ia diakui sebagai “Bapak Speleologi”. Setelah keberhasilan Martel, maka bermunculanlah para penelusur gua dan ahli speleologi terkemuka yang mengikuti jejak Martel, seperti Pournier, Jannel, Biret, dllnya yang kesemuanya berasal dari Prancis dan hingga sekarang Prancis masih dianggap sebagai “kiblat” dari penelusur gua.
Baru setelah Perang Dunia ke I, Robert De Jolly dan Nobert Casteret mampu mengimbangi Martel. De Jolly mampu menciptakan peralatan gua yang terbuat dari aluminium alloy. Nobert Casteret orang pertama yang melakukan Cave Diving pada tahun 1922 dengan menyelami Gua Montespan yang di dalam gua tersebut ditemukan patung-patung dan lukisan Bison serta binatang lain dari tanah liat yang menurut para ahli itu sebagai acara ritual sebelum berburu ditandai adanya bekas-bekas tombak dan panah.
Di Indonesia Speleologi relatif tergolong suatu ilmu yang baru dan masih sedikit ahli-ahli Speleologi maupun pendidikan formal tentang Speleologi. Speleologi yang baru berkembang di Indonesia berkisar pada tahun 1980, dengan berdirinya sebuah club yang bernama SPECAVINA yang didirikan oleh NORMAN EDWIN (alm) dan RKT. Ko. Namun karena adanya perbedaan prinsip, akhirnya mereka terpecah dan mendirikan perkumpulan masing-maisng, yaitu :
Norman Edwin (alm) mendirikan club yang bernama GARBA BUMI, sedangkan RKT.Ko mendirikan Himpunan Kegiatan Speleologi Indonesia (HIKESPI) pada tahun 1984 dan menjadi ketuanya.
Beberapa tahun terakhir ini perkembangan speleologi di Indonesia sudah menampakan hasil yang menggembirakan. Hal ini terbukti sudah mendapat pengakuan dari Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI) bahwa Speleologi merupakan suatu ilmu pengetahuan yang turut berperan dalam lingkungan hidup maupun konservasi, dan mulai banyaknya bermunculan ilmuwan maupun pemerhati, serta lembaga/perhimpunan/kelompok penggiat alam bebas yang menjadikan gua beserta lingkungannya sebagai objek kegiatan dan penelitian mereka untuk menggali misteri yang tersembunyi pada gua tersebut.

*KEPUSTAKAAN *
- Hari Aristiyanto, M, 1996. Introduksi Speleologi. Makalah Pada Gladian Nasional Pecinta Alam ke-XI di Yogyakarta.

- R.K.T. Ko, 1998. Introduksi Speleologi. Makalah Pada Temu Wicara dan Kenal Medan ke-X Mahasiswa Pecinta Alam Se-Indonesia di Yogyakarta, 7 – 15 Nopember 1998.

0 comments:

Posting Komentar