Tidak bisa  disanggah lagi kalau di era kini, segala aktivitas yang dilakukan  masyarakat modern sangat ketergantungan kepada ketersediaan energi.  Hampir di semua sector kegiatan, energi menjadi kebutuhan pokok yang  tidak bisa ditawar-tawar lagi. Oleh karena itu, kemajuan suatu negara  akan sangat terkait dengan kecukupan ketersediaan energi di negara  tersebut.
Sebut saja negara-negara maju seperti Amerika, Jepang, dan negara-negara Eropa lainnya, bahkan Korea . Ketersediaan energi di negara-negara tersebut sangat memadai untuk melakukan kegiatan di berbagai bidang yang bisa diandalkan untuk pembangunan bangsa dan negaranya. Namun dalam pengadaan energi tentu saja harus memperhatikan factor kelestarian lingkungan hidup. Karena lingkungan tempat mahluk hidup ini bernaung tidak kalah pentingnya dari kebutuhan-kebutuhan hidup lainnya. Merusak lingkungan hidup, sama saja dengan mencelakakan diri sendiri. Lingkungan hidup suatu negara akan sangat berkaitan dengan negara lain, karena kita tinggal di bumi yang sama. Sebab itu pula setiap negara sangat berkewajiban untuk sungguh-sungguh memperhatikan dan mencegah hal-hal yang bisa menjadi penyebab kerusakan lingkungan hidup.
Dampak kerusakan lingkungan hidup seperti pemanasan global, saat kini sudah mulai dirasakan di berbagai belahan bumi ini. Seperti terjadinya peningkatan suhu udara, permukaan air laut naik, yang bisa menenggelamkan pulau-pulau kecil, dan daratan di sekitar pantai, terjadinya perubahan iklim, yang kini sudah terjadi di beberapa tempat termasuk di negeri ini. Kesemua itu karena lingkungan tempat manusia dan mahluk hidup lainnya sudah tercemar. Bahkan menurut sumber-sumber yang bisa dipercaya, keganasan topan yang akhir-akhir ini suka melanda salah satu bagian di daratan Amerika, diprediksi oleh para ahli sebagai efek dari pemanasan global. Ancaman lain yang tidak kalah bahayanya bagi kehidupan manusia, adalah terjadinya hujan asam.
Sebut saja negara-negara maju seperti Amerika, Jepang, dan negara-negara Eropa lainnya, bahkan Korea . Ketersediaan energi di negara-negara tersebut sangat memadai untuk melakukan kegiatan di berbagai bidang yang bisa diandalkan untuk pembangunan bangsa dan negaranya. Namun dalam pengadaan energi tentu saja harus memperhatikan factor kelestarian lingkungan hidup. Karena lingkungan tempat mahluk hidup ini bernaung tidak kalah pentingnya dari kebutuhan-kebutuhan hidup lainnya. Merusak lingkungan hidup, sama saja dengan mencelakakan diri sendiri. Lingkungan hidup suatu negara akan sangat berkaitan dengan negara lain, karena kita tinggal di bumi yang sama. Sebab itu pula setiap negara sangat berkewajiban untuk sungguh-sungguh memperhatikan dan mencegah hal-hal yang bisa menjadi penyebab kerusakan lingkungan hidup.
Dampak kerusakan lingkungan hidup seperti pemanasan global, saat kini sudah mulai dirasakan di berbagai belahan bumi ini. Seperti terjadinya peningkatan suhu udara, permukaan air laut naik, yang bisa menenggelamkan pulau-pulau kecil, dan daratan di sekitar pantai, terjadinya perubahan iklim, yang kini sudah terjadi di beberapa tempat termasuk di negeri ini. Kesemua itu karena lingkungan tempat manusia dan mahluk hidup lainnya sudah tercemar. Bahkan menurut sumber-sumber yang bisa dipercaya, keganasan topan yang akhir-akhir ini suka melanda salah satu bagian di daratan Amerika, diprediksi oleh para ahli sebagai efek dari pemanasan global. Ancaman lain yang tidak kalah bahayanya bagi kehidupan manusia, adalah terjadinya hujan asam.
Di Indonesia sendiri, memasuki tahun 2006 telah terjadi angin badai  di beberapa perairan yang mengakibatkan banjir di daerah sekitar pantai  hingga berhari-hari. Akibatnya para nelayan tidak bisa turun ke laut  untuk mencari ikan, sehingga mereka mengalami masa-masa paceklik. Belum  lagi lebatnya curah hujan mengakibatkan banjir dan tanah longsor di  beberapa daerah. Kejadian-kejadian ini tentu masih punya kaitan dengan  pemanasan global akibat kerusakan lingkungan. Kalau penyebab-penyebab  kerusakan global ini tidak ditanggulangi untuk ditekan sekecil mungkin,  tentu kerusakan lingkungan yang sudah terjadi ini akan semakin parah  yang akibatnya juga akan merugikan semua mahluk hidup termasuk kita.
Penyumbang terbesar kerusakan lingkungan hidup secara menyeluruh,  adalah polusi yang ditimbulkan oleh pembakaran bahan bakar fosil,  seperti batubara, bahan bakar minyak, dan gas alam secara besar-besaran.  Dari pembakaran itu berakibat terjadinya emisi rumah kaca sebagai  penyebab pemanasan global.
Masalah lingkungan hidup memang bukan persoalan salah satu negara  saja, tetapi sudah menjadi tanggung jawab seluruh bangsa dan negara.  Oleh karena itulah berbagai upaya dilakukan orang untuk mencegah tambah  rusaknya lingkungan hidup. Seperti dengan diselenggarakannya KTT Bumi,  Protocol Kiyoto, dlsb. Bahkan beberapa negara yang masih memanfaatkan  bahan bakar fosil, berusaha mengurangi efek rumah kaca dengan  menggunakan bahan bakar gas alam yang secara ekonomis sangat kompetitif  bila dibandingkan dengan penggunaan minyak bumi atau batubara. Hanya  sebenarnya gas alam juga tetap menimbulkan CO2, tetapi lebih sedikit  bila dibandingkan dengan penggunaan minyak bumi dan batubara. Di samping  itu pun gas alam juga menimbulkan methan selama proses penyediaannya,  yang kesemua itu dapat mengakibatkan kerusakan lingkungan. Meski  akhir-akhir ini muncul teori lain tentang efek rumah kaca, seperti  menurut periset Amerika mengatakan bahwa variable aktivitas Mataharilah  yang bepengaruh pada naik turunya suhub global. Namun mengurangi  pembakaran bahan bakar fosil bagi pemenuhan kebutuhan energi tentu  mempunyai manfaat yang besar, paling tidak sebagai langkah penghematan  cadangan sumber daya alam yang ada untuk dipergunakan oleh anak cucu  kita nanti.
Pembakaran bahan bakar fosil seperti minyak bumi dan batubara secara  besar-besaran, dilakukan orang untuk keperluan pembangkit tenaga  listrik, industrialisasi, dan transportasi. Khusus untuk bahan bakar  pembangkit tenaga listrik, sebenarnya penggunaan bahan bakar fosil sudah  bisa ditekan sekecil mungkin, karena ada teknologi modern yang  menggunakan bahan bakar lain non fosil yang lebih irit produktif, aman  dan tidak menimbulkan polusi. Disamping itu pun bahan bakar fosil  seperti bahan bakar minyak harganya cenderung terus meningkat,  persediaannya juga sangat terbatas. Orang tidak mungkin harus  ketergantungan terus menerus kepada bahan bakar minyak, karena suatu  saat cadangannya akan habis. Oleh karena itu bagi Indonesia kini saatnya  kita memanfaatkan bahan bakar non fosil untuk berbagai keperluan  seperti untuk pembangkit listrik. Dengan demikian selain turut melakukan  upaya pelestarian lingkungan hidup secara global, juga sebagai langkah  penghematan cadangan sumber daya alam yang sudah semakin menipis di  negeri ini.

0 comments:
Posting Komentar