geografi lingkungan

Khoirunnas anfa'uhum linnas

Sabtu, 25 Januari 2020

Merapi dan Geliatnya

Merapi telah berulangkali menunaikan hajatnya. Menghamburkan material yang dirasa mengganggu kerongkongan. Lega rasanya, barangkali begitu ucapnya kini. “Merapi dalam fase pembongkaran sumbat lava”, ungkap Pakdhe Agus dari BPTTKG Yogyakarta. Hembusan ini ditenagai oleh uap yang terbentuk di dalam bumi, kemudian kita sering mendengarnya dengan sebutan letusan freatik. Mudahnya, letusan freatik ini terbentuk karena air yang terserap ke dalam bumi, masuk melalui celah celah dan terakumulasi dalam lapisan batuan, kemudian terpanaskan oleh panas yang dihasilkan magma.
Selengkapnya : Letusan Freatik Merapi

Mengapa letusan freatik berulang kali terjadi?

Sejak letusan 2010, Gunung Merapi memiliki karakteristik letusan yg berbeda. Sebelumnya setiap 2-4 tahun sekali mengalami erupsi magmatik yang cukup besar. Namun kali ini sudah sejak 2010 hanya mengalami letusan freatik saja.
Ada dua skenario penyebab letusan yang berulangkali terjadi ini :
  1. Letusan akibat pelepasan gas/degasing dari magma segar ini saja. Artinya, selama energi dari akumulasi gas sudah tidak dapat ditahan masa batuan diatasnya maka akan terjadi letusan.
  2. Adanya interaksi gas vulkanik panas hasil degassing dengan air bawah tanah khususnya di sekeliling pipa magma. Artinya, letusan akan sangat dipengaruhi oleh suplai air dari permukaan.
Jika menggunakan skenario kedua, maka terdapat beberapa hal yang mendasari perubahan karakter dari letusan Gunung Merapi.

Perubahan Morfologi

Letusan 2010 mengubah bentukan puncak dan kawah Merapi. (Sumber : Surono, 2013 )
Semakin meluasnya kawah tentunya menambah ruang akumulasi air hujan di area puncak yang dapat terinfiltrasi masuk melalui rekahan. Pengaruh akumulasi air pada kawah pernah diteliti oleh Darmawan (2018) di G. Merapi pada tahun 2012 – 2014, bahwa lokasi material yang terlempar berkorelasi dengan keterdapatan akumulasi air pada kawah.
🙁 Kok bisa ya Bulek, genangan air di kawah Merapi itu mengakibatkan letusan freatik yang  berulang – ulang, genangan airnya tu sebanyak apa tho bulek?
🙂 Kalau cuma genangan di kawah ya paling merapi cuma mesem aja thole, Atau jangan – jangan ada sumber air yang lainnya.

Keterdapatan Sistem Hidrotermal

Nah ternyata, Pakdhe Agus dkk. (2017) sudah pernah meneliti kalau ada dua sistem hidrotermal yang ada di sekitaran Kawah Merapi, di bagian atas (2800 mdpl) mendekati puncak dan bagian bawah (1000 m di bawahnya). Dan kemudian disarikan bahwa di bagian lereng selatan terdapat perbedaan nilai resistivitas yang sangat significant antara lava di permukaan dengan lava yang berada di kedalaman 200 meter, yang diprediksi sebagai lokasi dari keterdapatan sistem air yang terpanaskan (hidrotermal).

🙁 Berarti magmanya sudah mendekati lapisan airnya ya bulek?
🙂  Sekarang ini magma sedang ada di kedalaman 3 km di bawah bumi
🙁 Lha masih jauh bulek, kok airnya bisa terpanaskan..

Rekahan, Jalan Masuknya Air

Air yang ada dilapisan yang dangkal masuk melalui celah celah yang terbentuk karena proses sesar. Di bagian selatan  area puncak Merapi misalnya, berkembang sesar hiperbolik. Sesar/ rekahan ini berperan sebagai jalan masuknya air ke perut bumi. Keterdapatan sesar ini digambarkan dengan terjadinya ubahan mineral pada area tersebut karena berinteraksi dengan air hidrotermal yang dihasilkan oleh aktivitas vulkanisme Gunung Merapi.

Peta Geologi Kawasan Puncak G. Merapi yang menunjukkan keterdapatan Sesar Hiperbolik di bagian selatan dan beberapa sesar yang berkembang di area kawah. (sumber : Byrdina, 2017 )
Bagian lereng selatan terdapat area yang berwarna violet / ungu yang menunjukkan adanya nilai resistivitas yang tinggi, artinya terdapat aktivitas hidrotermal yang mengubah mineral pada kawasan tersebut. (sumber : Byrdina, 2017 )

Salah satu yg harus dilihat dan diamati adalah, mata air yg sebelumnya ada disepanjang patahan ini. Apakah masih ada atau malah hilang dan airnya masuk menjadi uap penyebab letupan phreatik ??
🙂 Hmmm tehnis banget. Nek iki biar Thole mumeth
🙁 Hiih bulek jahat ðŸĪŠ

0 comments:

Posting Komentar