Islamic

Selasa, 29 Desember 2020

Hujan dalam Sains Al Qur'an


Al-Quran mengungkap banyak fakta dalam kehidupan, termasuk fakta tentang turunnya air hujan. Dalam Al-Quran, Allah SWT menyebut hujan yang turun ke bumi sebagai rahmat yang diperlukan seluruh makhluk.  

"Dan Dialah Yang menurunkan hujan sesudah mereka berputus asa dan menyebarkan rahmat-Nya. Dan Dialah Yang Maha Pelindung lagi Maha Terpuji." (QS Asy-Syuura: 28).

Di musim kemarau, orang akan sangat berharap turunnya hujan. Menurut petunjuk Al-Quran, salah satu penyebab turun hujan adalah iman dan takwa. 

Sebagaimana dinyatakan dalam Alquran surah al-A'raf ayat ke-96, yang berbunyi: "Dan sekiranya penduduk negeri beriman dan bertakwa, pasti Kami akan melimpahkan kepada mereka berkah dari langit dan bumi, tetapi ternyata mereka mendustakan (ayat-ayat Kami), maka Kami siksa mereka sesuai dengan apa yang telah mereka kerjakan."

Para ahli tafsir, seperti Imam ath-Thabari, menafsirkan bahwa yang dimaksud dengan keberkahan dari langit adalah hujan. Sementara keberkahan dari bumi adalah bermunculannya tumbuh-tumbuhan. Akan tetapi, tumbuhan pun tidak akan muncul tanpa air.

Karena itu, manusia seyogianya meyakini bahwa Allah berkuasa untuk menurunkan hujan. Sebab, mudah bagi Allah SWT untuk menurunkan hujan dengan cara menggiring awan, mengumpulkannya dan menjadikannya hujan.

Sebagaimana ditegaskan Allah dalam firman-Nya dalam surah Al-A'raf ayat 57. "Dialah yang meniupkan angin sebagai pembawa kabar gembira, mendahului kedatangan rahmat-Nya (hujan), sehingga apabila angin itu membawa awan mendung, Kami halau ke suatu daerah yang tandus, lalu Kami turunkan hujan di daerah itu. Kemudian Kami tumbuhkan dengan hujan itu berbagai macam buah-buahan."

Apa yang diungkap dalam Alquran tentang hujan juga sejalan dengan ilmu pengetahuan. Dalam Alquran disebutkan, Allah SWT menurunkan air hujan dalam ukuran atau kadar tertentu.

Sebagaimana ayat ke-11 surah az-Zukhruf yang berbunyi, "Dan yang menurunkan air dari langit menurut kadar (yang diperlukan), lalu Kami hidupkan dengan air itu negeri yang mati."

Mengutip Abdul Syukur al-Azizi dalam bukunya berjudul "Islam Itu Ilmiah" menuturkan, bahwa kata 'kadar' yang disebutkan dalam ayat tersebut merujuk pada salah satu karakteristik hujan. 

Secara umum, jumlah hujan yang turun ke bumi selalu sama. Diperkirakan sebanyak 16 ton air di bumi menguap setiap detiknya. Jumlah tersebut sama dengan jumlah air yang turun ke bumi setiap detiknya. Dengan demikian, dikatakan bahwa hujan secara terus-menerus beredar dalam sebuah siklus seimbang menurut 'ukuran' tertentu.  

Hujan yang turun juga diatur sesuai kadarnya. Dari ketinggian berapa pun hujan turun, kecepatan rata-ratanya hanya sekitar 8-10 km/jam ketika mencapai tanah. Hal ini disebabkan bentuk tetesan hujan yang sangat istimewa. Sehingga, air hujan yang turun tidak sampai merusak benda yang ditimpanya. 

Selain itu, turunnya air hujan juga memiliki fakta yang menarik lainnya. Pada lapisan atmosteris tempat terjadinya hujan, temperatur bisa saja turun hingga 400 derajat Celcius di bawah nol. 

Akan tetapi, dalam kondisi demikian tetesan hujan tidak berubah menjadi partikel es. Sebab, air yang terkandung dalam atmosfer merupakan air murni. Sedangkan air murni hampir tidak membeku pada temperatur yang sangat rendah sekalipun. 

Dengan demikian, air hujan diturunkan sesuai kadarnya agar memberikan manfaat bagi makhluk-Nya. Dengan hujan, tumbuhan atau tanaman menjadi subur dan menghasilkan buah yang bermanfaat bagi manusia.

"Dia-lah yang telah menurunkan air hujan dari langit untuk kamu, sebagiannya menjadi minuman dan sebagiannya (menyuburkan) tumbuh-tumbuhan, yang pada (tempat tumbuhnya) kamu menggembalakan ternakmu." (QS an-Nahl:10).

 

Daur air bisa diuraikan secara sederhana, yakni uap air di udara, apabila jumlahnya sudah cukup banyak, akan terkumpul menjadi awan. Begitu uap air di dalam awan sudah mencapai titik jenuh, ia akan berkondensasi menjadi air yang kemudian jatuh ke Bumi sebagai hujan.

Di daerah dengan suhu udara lebih rendah dibanding titik beku air, kondensasi air akan membentuk fase padat yang dijatuhkan dalam bentuk salju atau es. Melalui pemanasan, salju akan mencair.

Air lelehan salju, sebagaimana air hujan, akan mengaliri dan menggenangi bagian-bagian terendah permukaan Bumi dalam bentuk sungai, danau, atau rawa di daratan dan akhirnya akan mengalir ke laut.

Sebagian aliran air ini akan meresap ke dalam Bumi, mengalir dan tersimpan di dalam tanah dan batuan dalam bentuk air tanah dalam dan air tanah dangkal. Dengan adanya panas matahari, sebagian air yang mengalir dan menggenangi daratan dan lautan akan menguap ke udara dan bergerak bersama pergerakan angin.

Dalam kitab suci Alquran, Allah Subhanahu wa ta'ala menjelaskan tentang turunnya hujan melalui Surah Ar-Rum Ayat 48:

"Allah, Dialah yang mengirim angin, lalu angin itu menggerakkan awan dan Allah membentangkannya di langit menurut yang dikehendaki-Nya, dan menjadikannya bergumpal-gumpal; lalu kamu lihat hujan keluar dari celah-celahnya, maka apabila hujan itu turun mengenai hamba-hamba-Nya yang dikehendaki-Nya, tiba-tiba mereka menjadi gembira." (QS Ar-Rum: 48)

Hujan adalah rahmat. Bagaimana hujan terbentuk masih merupakan misteri besar bagi orang-orang dalam waktu yang lama. Baru setelah ilmu pengetahuan berkembang dan radar cuaca ditemukan, kebenaran Firman Allah dalam Al Qur’an tentang tahap-tahap pembentukan hujan bisa dijelaskan secara ilmiah dari sudut pandang sains. Pembentukan hujan berlangsung dalam tiga tahap, yaitu pertama, “bahan baku” hujan naik ke udara oleh angin, lalu awan terbentuk dam akhirnya curahan hujan terlihat.

Sebelum sains bisa menjelaskan fenomena terjadinya hujan, Al Qur’an 14 abad yang lalu sudah memberikan gambaran.

“Dialah Allah Yang mengirimkan angin yang menggerakkan awan; lalu Ia membentangkannya di langit sesuai dengan kehendak-Nya, dan menjadikannya bergumpal-gumpal, lalu kau lihat air hujan keluar dari celah-celahnya; maka bila Ia menurunkannya kepada siapa saja dari hamba-hamba-Nya yang Ia kehendaki, mereka pun bergembira ria” [QS Ar Ruum ayat 48]

Per tahunnya, air hujan yang menguap dan turun kembali ke Bumi dalam bentuk hujan berjumlah “tetap”: yakni 513 triliun ton. Jumlah yang tetap ini dinyatakan dalam Al Qur’an dengan menggunakan istilah “menurunkan air dari langit menurut kadar”. Tetapnya jumlah ini sangatlah penting bagi keberlangsungan keseimbangan ekologi dan, tentu saja, kelangsungan kehidupan ini,..

Tahap 1: Dialah Allah Yang mengirimkan angin…”

Matahari yang memancarkan sinarnya tidak bisa menyinari dengan intensitas penyinaran yang sama antara satu tempat dengan tempat yang lainnya, kalaupun suatu daerah mendapat intensitas yang hampir sama antara lautan dan daratan daya serap panasnya juga berbeda sehingga menyebabkan perbedaan tekanan udara. Selain rotasi bumi, perbedaan tekanan udara juga menyebabkan terjadinya angin. Angin merupakan udara yang bergerak dari daerah yang mempunyai tekanan tinggi ke daerah yang mempunyai tekanan rendah, atau dari daerah yang bersuhu rendah ke daerah yang bersuhu tinggi. Angin tidak dapat kita lihat, namun dapat dengan mudah kita rasakan.

Kalau kita amati angin akan datang berhembus sebelum turun hujan. Hal ini sesuai QS Al A’raf ayat 57

“Dan Dialah yang meniupkan angin sebagai pembawa berita gembira sebelum kedatangan rahmat-Nya (hujan); hingga apabila angin itu telah membawa awan mendung, Kami halau ke suatu daerah yang tandus, lalu Kami turunkan hujan di daerah itu


…”

 

Angin darat dan angin laut terjadi karena perbedaan tekanan udara

TAHAP 2: “…dan yang menggerakkan awan; lalu Ia membentangkannya di langit sesuai dengan kehendak-Nya, dan menjadikannya bergumpal-gumpal…”

Saat matahari bersinar memancarkan cahaya ke daratan dan lautan terjadi penguapan dari laut, danau dan sungai-sungai. Gelembung-gelembung udara yang tak terhitung yang dibentuk dengan penguapan yang pecah terus-menerus dan menyebabkan partikel-partikel air tersembur menuju langit. Partikel-partikel ini, yang disebut aerosol yang kaya akan garam, lalu diangkut oleh angin dan bergerak ke atas di atmosfir. Partikel-partikel ini, yang disebut aerosol, membentuk awan dengan mengumpulkan uap air di sekelilingnya, yang naik lagi dari laut, sebagai titik-titik kecil dengan mekanisme yang disebut “perangkap air”. Awan-awan terbentuk dari uap air yang mengembun di sekeliling butir-butir garam atau partikel-partikel debu di udara. Karena air hujan dalam hal ini sangat kecil (dengan diameter antara 0,01 dan 0,02 mm), awan-awan itu bergantungan di udara dan terbentang di langit. Jadi, langit ditutupi dengan awan-awan. Macam awan yang menimbukan hujan.

 Macam-macam Awan.

TAHAP 3: “…lalu kau lihat air hujan keluar dari celah-celahnya.”

Partikel-partikel air yang mengelilingi butir-butir garam dan partikel-partikel debu itu mengental dan membentuk air hujan. Jadi, air hujan ini, yang menjadi lebih berat daripada udara, bertolak dari awan, dan mulai jatuh ke tanah sebagai hujan.

Demikian juga di QS An Nur Ayat 43 “Tidaklah kamu melihat bahwa Allah mengarak awan, kemudian mengumpulkan antara (bagian-bagian)nya, kemudian menjadikannya bertindih-tindih, maka kelihatanlah olehmu hujan keluar dari celah-celahnya …”

Semua tahap pembentukan hujan telah diceritakan dalam ayat-ayat Al-Qur’an. Selain itu, tahap-tahap ini dijelaskan dengan urutan yang benar. Sebagaimana fenomena-fenomena alam lain di bumi, lagi-lagi Al-Qur’an-lah yang menuntun kita sehingga fenomena alam bisa dijelaskan secara ilmiah dengan fakta-fakta yang rasional. Semua atas ijin dan kehendak Allah Sang Maha Pencipta.

Disusun dari berbagai sumber


 


Tidak ada komentar:

Posting Komentar