Islamic

Senin, 11 Januari 2021

Tenaga Pembentuk Muka Bumi (Seisme)

 

Seisme (Gempa Bumi)

Gempa bumi adalah getaran pada permukaan kulit bumi yang disebabkan oleh kekuatan2 dari dalam bumi. Timbulnya getaran ini dikarenakan adanya retakan atau dislokasi pada kulit bumi. Jika terjadinya getaran karena adanya retakan di dasar laut, yang kemudian merambat melalui air laut, maka terjadilah gempa laut yang dapat menggoncangkan kapal2 dan menimbulkan gelombang pasang yang mencapai puluhan meter tingginya. Peristiwa ini disebut dengan tsunami.

 Dilihat dari intensitasnya ada 2 macam jenis gempa yaitu :
  1. Macroseisme, yaitu gempa yang intensitasnya besar dan dapat diketahui tanpa menggunakan alat.
  2. Microseisme, yaitu gempa yang intensitasnya kecil sekali dan hanya dpat diketahui dengan menggunkan alat perekam.
 Hal ikhwal mengenai gempa bumi perlu diselidiki agar akibat yang ditimbulkannya dapat diramalkan dan upaya penanggulangannya dapat dilakukan. Ilmu yang mempelajari gempa bumi, gelombang2 seismik serta perambatannya disebutseismologi.
 Dalam kajian seismologi di perluakan berbagai alat. Salah satu alat yang terpenting adalah seismograf atau alat untuk mencatat gempa. Ada 2 macam seismograf, yaitu :
  1. Seismograf Horizontal, yaitu seismograf yang mencatat getaran bumi pada arah horizontal.
  2. Seismograf Vertikal, yaitu seismograf yang mencatat getaran bumi pada arah vertikal.

Gambar : Seismograf
Besaran (magnitudo) gempa yang didasarkan pada amplitudo gelombang tektonik dicatat oleh seismograf dengan menggunakan skal Richter. Skala ini ini dibuat olehCharles F. Richter pada tahun 1935.

Sumber gempa di dalam bumi disebut dengan Hiposentrum. Dari hiposentrum ini di teruskan ke segala arah. Tempat hiposentrum ini ada yang dalam sekali, dan ada yang dangkal. Di Indonesia terdapat hiposentrum yang dalamnya lebih dari 500 km, contohnya di bawah laut Flores ± 720 km.
Pusat gempa pada permukaan kulit bumi di atas hiposentrum disebut denganEpisentrum. Kerusakan yang terbesar terdapat di sekitar episentrum.

Daerah2 yang mengalami gempa dapat dibuat peta. Pada peta tersebut ada beberapa macam garis,yaitu :
  1. Homoseiste, yaitu garis yang menghubungkan tempat2 yang pada saat yang sama mengalami getaran gempa.
  2. Isoseiste, yaitu garis yang menghubungkan tempat2 yang dilalui oleh gempa yang sama intensitasnya.
  3. Pleistoseiste, yaitu garis yang menggelilingi daerah yang mendapat kerusakan terhebat dari gempa bumi.
Gempa bumi merambat melalui 3 macam getaran, yaitu :
  1. Getaran Longitudinal (Merapat Merenggang).
Getaran ini berasal dari hiposentrum dan bergerak melalui dalam bumi, kecepatan getarannnya sangat cepat, hingga mencapai 7 sampai 14 km per jam. Getaran ini datangnya paling awal da merupakan getaran pendahuluan yang pertama, itulah sebabnya disebut juga getaran primer. Getaran ini belum menimbulkan kerusakan.
2. Getaran Transversal (Naik-Turun)
Getaran ini asalnya juga dari hiposentrum dan bergerak juga melalui dalam bumi. Kecepatan getaran ini antara 4 sampai 7 km per jam. Getaran ini datang setelah getaran longitudinal dan merupakan getaran pendahuluan kedua yang disebut getaran sekunder.
3. Getaran Gelombang Panjang.
Getaran ini asalnya dari episentrum dan bergerak melalui permukaan bumi. Kecepatan getaran ini antara 3,8 sampai 3,9 km per jam. Getaran ini datangnya paling akhir, tetapi merupakan getaran pokok. Getaran ini yang menimbulkan kerusakan.

KLASIFIKASI GEMPA
Kita dapat membedakan macam2 gempa bumi berdasarkan :
  1. Hiposentrum gempa atau jarak pusat gempa yaitu :
  • Gempa Dalam, jika hiposentrumnya terletak antara 300-700 km di bawah permukaan bumi.
  • Gempa Intermidier, jika hiposentrumnya terletak antara 100-300 km di bawah permukaan bumi.
  • Gempa Dangkal, jika hiposntrumnya terletak dari 100 km di bawah permukaan bumi.
2. Atas dasar bentuk episentrumnya, dibedakan :
  • Gempa Linier, jika episentrumnya berbentuk garis. Contohnya gempa tektonik karena bentuknya bisa berupa daerah patahan.
  • Gempa Sentral, jika episentrumya berbentuk titik. Contohnya gempa vulkanik atau gempa runtuhan.
3. Atas dasar letak episentrum gempa, dibedakan atas :
  • Gempa Laut, jika episentrumnya terletak di dasar laut.
  • Gempa Daratan, jika episentrumnya di daratan.
4. Atas dasar jarak episentral, gempa dibedakan atas :
  • Gempa Setempat, jika jarak tempat gempa terasa sampai ke episentralnya kurang dari 10.000 km.
  • Gempa Jauh, jika episentral dan tempat gempa terasa berjarak sekitar 10.000 km
  • Gempa Sangat Jauh, jika episentral dan tempat gempa terasa lebih dari 10.000 km.
5. Atas dasar peristiwa yang menyebabkan gempa, dapat dibedakan atas :
  • Gempa Tektonik atau Gempa Dislokasi, yaitu gempa yang terjadi setelah terjadinya dislokasi atau karena gerakan lempeng. Gempa inilah yang dapat berakibat parah, terutama jika jarak hiposentrumnya dangkal.
  • Gempa Vulkanik, yaitu gempa yang terjadi sebelum, pada saat dan sesudah peristiwa letusan gunung api.
  • Gempa Runtuhan, gempa yang terjadi akibat runtuhya bagian atas litosfer, karena bagian sebelah dalam bumi berongga. Misalnya gempa di daerah kapur.
  • Gempa Buatan, yaitu gempa yang disebabkan oleh perbuatan manusia. Misalnya gempa yang terjadi akibat ledakan dinamit yg di gunakan untuk membuat gua/lubang untuk kegunaan penggalian atau pertambangan.
 Untuk menentukan letak episentrum caranya sebagai berikut :
  1. Dengan menggunakan hasil pencatatan seismograf. Cara ini dengan menggunakan 3 seismograf, yaitu satu seismograf vertikal, atu seismograf horizontal yang berarah utara dan selatan sedang satu lagi seismograf berarah timur dan barat.
  2. Dengan menggunakan 3 tempat yang terletak satu homoseiste. Cara ini dengan menggunakan seismograf di 3 tempat yang merasakan getaran gempa pada saat yang sama. Pertama-tama kita hubungkan tempat seismograf yang satu homoseiste. Karena 3 seismograf maka didapat 2 garis. Dua garis itu dibuat garis sumbu, sehingga episentrum terletak pada pertemuan dua garis sumbu.
  3. Dengan menggunakan 3 tempat yang mencatat jarak episentrum. Untuk menentukan jarak episentrum digunakan rumus Laska :
∆ = { (S – P ) } – 1′ x 1.000 km
∆ = delta = jarak episentrum
S – P = selisih waktu pencatatan gelombang primer dengan gelombang sekunder dalam satuan menit.
1′ = satu menit.
 Contoh :
Gelombang S tiba pada pukul 10.29’44”, sedang gelombang P tiba pada pukul 10.25’14”. berapakah jarak episentrum sebuah seismograf dari daerah Z ?
Jawab :
{ ( 10.29’44” – 10.25’14” ) } – 1′ x 1.000 km
= ( 4 1/2 – 1′ ) x 1.000 km = 3.500 km.
Sekarang misalnya letak episentrum dari 3 tempat, yaitu Z = 3.500 km, Y= 5.250 km, dan X = 3.750 km.
Maka cara membuatnya :
  1. Dibuat perbandingan skala horizontal 1 cm = 1000 km. maka Z = 3,5 cm, Y = 5,25 cm, X = 3,75 cm.
  2. Buat lingkaran sesuai jari2 Z,Y,X.
  3. Ketiga lingkaran akan berpotongan pada satu titik E (episentrum).
  4. Dengan menggunakan lingkaran isoseiste. Dari laporan secara visual dapat dibuat tanda2 pada peta yang kemudian dapat ditentukan beberapa isoseiste di daerah bencana gempa. Dengan mengetahui lingkaran atau elips isoseiste itu dari luar kea rah dalam, dapat ditentukan tempat episentrum.

 
 
Sumber: 

https://geoenviron.blogspot.com/2012/09/gempa.html

https://geoenviron.blogspot.com/2011/12/semiologi.html

https://geoenviron.blogspot.com/2011/12/daerah-rawan-gempa-bumi-tektonik-di.html

https://geoenviron.blogspot.com/2014/01/dinamika-perubahan-litosfer-dan.html
 

1 komentar: