geografi lingkungan

Khoirunnas anfa'uhum linnas

Senin, 15 Juli 2013

Lingkungan Makhluk Hidup


A. Faktor-faktor Geografi yang Memengaruhi Perubahan Flora dan Fauna

Bentuk muka bumi ternyata memiliki pengaruh terhadap jenis dan persebaran flora dan fauna. Faktor-faktor yang memengaruhi itu ialah sebagai berikut.

1. Iklim

Unsur-unsur iklim yang banyak memengaruhi jenis dan persebaran flora dan fauna, antara lain:

a. suhu yang tinggi mengakibatkan asimilasi asam arang dan transpirasi. Hal ini berpengaruh terhadap rumah tangga air pada tumbuhan;
b. udara yang basah dan kering dapat berpengaruh terhadap transpirasi dan pembuahan, tetapi sebaliknya dapat melemahkan pertumbuhan;
c. angin menyebabkan biji-bijian dan spora tersebar ke mana-mana yang kemudian tumbuh di berbagai tempat.

Peta persebaran biosfer dan tumbuhan
Gambar 1. Peta persebaran biosfer dan tumbuhan. (Sumber: Kamus Visual)
2. Tanah

Sifat-sifat tanah, seperti teksturnya, strukturnya, kadar udara dan kadar air, suhunya, kadar kimiawi, serta unsur biologinya sangat menentukan jenis tanaman yang tumbuh di tempat itu.

3. Relief

Perbedaan tinggi rendahnya muka bumi berpengaruh terhadap angin dan juga suhu. Sedangkan angin dan suhu berpengaruh terhadap tetumbuhan serta terhadap kehidupan hewan.

Relief (tinggi rendahnya permukaan bumi) berpengaruh terhadap tetumbuhan dan hewan.
Gambar 2. Relief (tinggi rendahnya permukaan bumi) berpengaruh terhadap tetumbuhan dan hewan. (Sumber: Kamus Visual, 2005)
4. Makhluk Hidup

Makhluk hidup (hewan dan manusia) dapat memengaruhi kehidupan di suatu tempat. Hewan, misalnya sapi, dengan cara memakan rumput, hewan itu dapat menggundulkan padang rumput dan mengubahnya menjadi padang pasir. Hal ini seperti yang terjadi di Pulau Sumba. Campur tangan manusia terhadap tumbuhan dan hewan dapat berakibat negatif dan positif, misalnya:

a. penebangan pohon yang sembarangan serta pemburuan binatang secara liar dapat memengaruhi kelestarian dan keseimbangan alam,
b. manusia dapat mengusahakan penyebaran jenis tumbuhtumbuhan serta membudidayakannya,
c. manusia pun dapat membantu terhadap kelestarian hewan, seperti membuat cagar alam dan suaka margasatwa.

B. Jenis serta Persebaran Flora dan Fauna di Dunia

Menurut habitatnya, jenis serta persebaran flora dan fauna dibagi menjadi dua kelompok besar yaitu jenis persebaran flora dan fauna di darat dan di air. Kelompok-kelompok inilah yang dikenal dengan bioma. Bioma adalah sekelompok hewan dan tumbuhan yang tinggal di suatu lokasi geografis tertentu di permukaan bumi.

Adanya variasi bioma di permukaan bumi disebabkan oleh adanya variasi iklim. Pola iklim dipengaruhi oleh energi cahaya matahari yang masuk ke permukaan bumi.

Pengaruh sinar matahari pada atmosfer, tanah, udara, dan penguapan air merupakan faktor pembentukan variasi iklim pada daerah dengan lintang yang berbeda. Sinar akan banyak diterima pada lintang 23° LU dan 23,5° LS atau pada wilayah tropis sehingga wilayah tropis adalah wilayah yang paling banyak menerima cahaya matahari setiap tahunnya jika dibandingkan dengan wilayah lainnya. Perbedaan musiman cahaya matahari terus-menerus meningkat ke kutub. Kutub merupakan daerah yang paling sedikit menerima cahaya matahari.

Hal ini terjadi karena bumi berevolusi dan beredar mengelilingi matahari. Pada posisi bumi di ujung paling dekat dengan matahari, maka terjadilah penyinaran matahari dengan intensitas yang besar, dan sebaliknya apabila kedudukan matahari berada jauh dari bumi, terjadilah penyinaran matahari yang minim. Perhatikan gambar berikut.

Peredaran bumi pada porosnya menyebabkan adanya pola persebaran Flora dan fauna.
Gambar 3. Peredaran bumi pada porosnya menyebabkan adanya pola persebaran Flora dan fauna. (Sumber: Biologi 3)
Iklim ditentukan oleh faktor letak geografis, intensitas cahaya matahari, ketinggian tempat dan letak lintang, serta aliran massa udara. Unsur-unsur iklim terdiri dari suhu, curah hujan, penyinaran, angin, dan kelembapan.
Mekanisme pembentukan keanekaragaman ekosistem.
Gambar 4. Mekanisme pembentukan keanekaragaman ekosistem.
1. Suhu

Suhu mempunyai arti yang penting karena suhu menentukan kecepatan reaksi-reaksi dan kegiatan kimia dalam kehidupan. Perubahan suhu udara pada satu tempat dengan tempat lainnya bergantung pada ketinggian tempat dan letak lintang. Perbedaan suhu karena perbedaan ketinggian jauh lebih cepat jika dibandingkan dengan perubahan suhu karena perbedaan letak lintang. Semakin tinggi suatu tempat, maka suhu udara semakin rendah. Setiap ketinggian 100 m, suhu berubah sekitar 0,5° C - 1° C. Tumbuhan dan hewan sangat bergantung pada suhu. Tumbuhan dan hewan memiliki perbedaan adaptasi terhadap keadaan suhu. Ada tumbuhan dan hewan yang menyukai habitat yang panas dan ada tumbuhan dan hewan yang menyukai habitat yang dingin.

2. Curah Hujan

Air sangat diperlukan oleh tumbuhan dan hewan untuk proses perkembangan dan metabolisme. Ketersediaan air di permukaan bumi menentukan jenis vegetasi. Semakin sedikit air, maka akan semakin banyak tumbuhan berjenis xeromorf (tumbuhan dengan sifat menghambat air), sedangkan untuk daerah yang mempunyai kecukupan air akan memiliki tumbuhan berjenis mesofita (tumbuhan yang membutuhkan kecukupan air). Air yang ada di permukaan bumi berasal dari hujan. Sebaran curah hujan di setiap tempat berbeda-beda. Hujan sepanjang tahun hanya terdapat di beberapa bagian tempat tropis. Semakin jauh dari khatulistiwa, maka curah hujan semakin berkurang.

3. Cahaya

Cahaya diperlukan tumbuhan untuk fotosintesis dan beberapa proses reproduksi. Cahaya pada suatu tempat ditentukan oleh lamanya penyinaran, kemiringan sinar matahari yang jatuh ke permukaan bumi, keadaan awan, dan keadaan permukaan bumi itu sendiri. Penyinaran di suatu tempat dengan tempat lainnya berpengaruh terhadap suhu. Penerimaan cahaya matahari sangat bervariasi menurut tempat dan waktu. Menurut tempat, disebabkan oleh perbedaan letak lintang serta keadaan atmosfer terutama awan. Menurut waktu, perbedaan radiasi terjadi dalam sehari maupun secara musiman. Semakin lama suatu tempat disinari matahari, maka tempat itu akan semakin panas, contohnya di daerah tropis. Sedangkan jika suatu tempat hanya sedikit disinari matahari, maka tempat tersebut akan memiliki pemanasan yang lebih rendah. Tumbuhan memiliki adaptasi tertentu terhadap kedinginan dan kekeringan.

4. Angin

Angin mempunyai pengaruh langsung terhadap vegetasi, terutama dalam menumbangkan pohon-pohon atau dengan mematahkan dahan-dahan atau bagian lainnya. Angin mempunyai pengaruh yang sama terhadap tanah, biasanya bersifat mengeringkan, atau membawa udara yang lebih basah yang menurunkan transpirasi dan evaporasi, dan menyebabkan turunnya hujan. Udara mempercepat tumbuhan kehilangan air dengan membawa udara yang belum jenuh dengan air sehingga bersentuhan dengan daun-daun dan tunas-tunas yang masih muda. Secara mekanik angin juga dapat menyebabkan terjadinya erosi tanah dan abrasi vegetasi melalui partikel-partikel yang dibawanya. Dan dari segi fisiologi, dapat mengurangi kecepatan pertumbuhan dengan mengganti udara yang basah dengan udara yang kering, dan akibatnya meningkatkan transpirasi.

5. Kelembapan

Kelembapan udara berbeda-beda karena temperatur di permukaan bumi berbeda. Perbedaan ini dipengaruhi oleh letak lintang, ketinggian, dan waktu (pagi, siang, dan malam). Semakin ke utara atau ke selatan khatulistiwa, kelembapan udara semakin menurun. Kelembapan merupakan faktor dari curah hujan dan suhu yang menentukan ada atau tidaknya beberapa tumbuhan dan hewan dalam habitat tertentu. Perbedaan unsur-unsur iklim yang telah diterangkan di atas menyebabkan adanya keanekaragaman bioma. Berikut ini biomabioma yang ada di permukaan bumi.

1. Bioma di Darat

Di darat, jenis serta persebaran flora dan fauna terbagi menjadi beberapa bioma, yaitu sebagai berikut.

a. Bioma Gurun Pasir

Ciri-ciri Bioma gurun pasir adalah :
  1. Vegetasi yang hidup, yaitu tumbuhan musiman, segera akan tumbuh jika hujan turun, umumnya relatif pendek, tetapi bijinya tahan lama; tumbuhan menahun, dengan ciri-ciri: berdaun kecil atau tidak berdaun, berakar panjang, batangnya mempunyai jaringan sehingga dapat menyimpan air, umumnya terdiri dari bermacam-macam kaktus.
  2. Jenis hewan umumnya bertubuh kecil, hidup di lubang-lubang, dan mencari mangsa pada malam/pagi hari. Contohnya kalajengking, ular, kadal, serangga, dan laba-laba. Gurun yang panas merupakan daerah-daerah dalam wilayah iklim tropis dan subtropis yang mempunyai curah hujan yang rendah. Curah hujan ratarata kurang 20 cm setiap tahun dan intensitas matahari yang tinggi. Gurun memiliki suhu permukaan 60°C selama siang hari. Gurun merupakan suatu daerah yang memiliki sifat tanah berupa batuan atau lempung, biasanya mudah pecah-pecah. Sering kali tanah menjadi berkerikil, berpasir, bergeluh atau berbatu, tetapi selalu bersifat kering. Bioma hutan gurun hanya dapat dihuni oleh tumbuhan dan hewan yang mempunyai adaptasi yang tepat terhadap lingkungan. Tumbuhan gurun beradaptasi dengan berbagai cara seperti memiliki daun yang kecil (berduri) dan mempunyai akar yang panjang. Dengan struktur seperti itu, tumbuhan dapat mengurangi penguapan dan mendapatkan air dari tempat yang dalam. Bioma gurun banyak ditemukan di Sahara Afrika, Gurun Gobi di Mongolia, dan di Australia.
Bioma gurun pasir
Gambar 5. Bioma gurun pasir. (Wikipedia Commons)
b. Bioma Padang Rumput

Ciri-ciri bioma padang rumput adalah :
  1. Vegetasi yang hidup: di daerah basah (rumputnya dapat mencapai ketinggian 3 cm, misalnya Blustem dan Indian grasses), di daerah kering, (rumputnya pendek, misalnya Grama dan Buffalo grasses).
  2. Jenis hewan, yaituyang merupakan konsumen primer herbivora dan bertubuh besar, misalnya bison di Amerika, zebra di Afrika, serta kanguru di Australia; sebagai predator herbivora, seperti singa dan anjing liar; dan hewan jenis lain: ular, belalang, rodentina, dan bermacam-macam burung.
Padang rumput yang terdapat di daerah tropis dan subtropis biasanya berbentuk sabana yang terdiri dari pepohonan yang tersebar berjauhan. Padang rumput tropis berbeda dari padang rumput daerah iklim sedang
yang sering tidak berpohon, kecuali di sepanjang batang air. Yang penting bagi padang rumput adalah musim kemarau, kebakaran sering terjadi, dan pemakanan rumput oleh mamalia besar menyebabkan pencegahan pembentukan semak berkayu dan pohon-pohon. Kelangkaan pepohonan dan berlimpahnya rerumputan, ditambah dengan hujan dan kekeringan yang bersifat musiman menentukan jenis hewan di padang rumput. Hewan pepohonan jarang ditemukan. Walaupun ada, berjumlah sedikit dan terbatas pada belukar dan lahan hutan yang terpencil. Berlimpahnya dan keragaman rerumputan menyebabkan padang rumput merupakan tempat ideal untuk herbivora. Hewan Herbivora yang besar tidak mampu hidup terus-menerus sepanjang tahun dan harus berpindah-pindah selama musim panas untuk mendapatkan air atau mencari daerah yang baru. Herbivora yang lebih kecil harus beradaptasi dengan cara yang lain, seperti tidur selama masa musim dingin.
Bioma padang rumput
Gambar 6. Bioma padang rumput. (Wikipedia Commons)
c. Bioma Hutan Basah

Ciri-ciri bioma hutan basah (hutan hujan tropis) adalah :
  1. Vegetasi yang hidup, yaitu tumbuhan berkayu, tingginya 20 - 40 m dengan cabang dan daun yang lebat, dan membentuk suatu tudung yang menyebabkan hutan menjadi gelap; tumbuhan perdu, rotan, tumbuhan epifit, dan higrofit.
  2. Jenis hewannya yaitu, yang hidup di atas tumbuhan, seperti kera, tupai, dan aneka burung; yang hidup di bawah, seperti babi, kucing hutan, dan lain-lain; hewan karnivora, seperti macan tutul di Asia/ Afrika dan jaguar di Amerika.
Bioma hutan basah merupakan jenis hutan yang paling subur. Bioma hutan basah terdapat di daerah tropis yang basah dengan curah hujan yang tinggi dan tersebar sepanjang tahun, serta mendapatkan sinar matahari yang cukup seperti di Amerika Tengah dan Selatan, Afrika Tengah, Asia Tenggara, dan Australia Timur Laut. Pohon pada bioma ini dapat cepat dikenali dengan adanya kanopi pada bagian atas pohon. Kanopi seringkali rapat sehingga menyulitkan cahaya matahari untuk mencapai tanah yang ada di bawahnya, ketika kanopi terbuka maka akan banyak pohon atau tanaman merambat yang berkayu bersaing untuk mendapatkan sinar matahari.

Dalam hutan ini pohonnya tinggi-tinggi, dan umumnya berdaun lebar dan selalu hijau, memiliki berbagai jenis tanaman. Sering terdapat paku-paku pohon, tanaman merambat berkayu lianan yang sering dapat mencapai puncak pohon-pohon yang tinggi, dan epifit seperti paku-pakuan, anggrek, dan lain-lain. Hutan ini kaya akan jenis-jenis hewan invertebrata dan vertebrata.
Bioma hutan basah hutan hujan tropis amazon
Gambar 7. Bioma hutan hujan tropis (Wikipedia Commons)
d. Bioma Hutan Gugur

Ciri-ciri bioma hutan gugur adalah :
  1. Vegetasi yang hidup yaitu tumbuhan tropis yang dapat beradaptasi dengan musim dan tumbuhan yang tumbuhnya tidak terlalu rapat.
  2. Jenis hewan, seperti serigala, rusa, beruang, rubah, bajing, dan burung pelatuk.
Bioma hutan gugur terdapat di daerah beriklim kontinen sedang dengan musim dingin yang keras, seperti di ujung selatan Benua Amerika, Amerika Serikat bagian Timur, kepulauan Inggris, dan Australia. Jumlah tumbuhan di bioma hutan gugur jumlahnya sedikit dan tidak terlalu rapat. Pohon-pohon yang dominan adalah pohon-pohon yang berdaun lebar yang menggugurkan daunnya pada musim dingin, ketika suhu yang ada terlalu rendah untuk melakukan fotosintesis dan kehilangan air melalui transpirasi tidak dengan mudah digantikan dari tanah yang beku. Curah hujan di daerah ini berkisar antara 750 mm - 1.000 mm. daerah ini mempunyai 4 musim yaitu musim panas, musim gugur, musim dingin, dan musim semi. Hewan-hewan banyak tetapi aktivitasnya bermusim.
Bioma hutan gugur
Gambar 8. Bioma hutan gugur (Wikimedia Commons)
e. Bioma Taiga

Ciri-ciri bioma taiga adalah :
  1. Vegetasi yang hidup umumnya berupa tumbuhan konifer, misalnya: picea, alnus, betula, dan juniperus.
  2. Jenis hewan, misalnya moose, beruang hitam, ajag, dan marten.
Bioma taiga terdiri dari jenis-jenis konifer. Bentuk daun dari tumbuhan ini seperti jarum dan berlapis zat lilin untuk tahan terhadap kekeringan.Sebagian besar hutan taiga didominasi oleh satu atau beberapa jenis pohon. Taiga adalah bioma teristerial terbesar di atas bumi yang meluas dalam suatu wilayah yang lebar melintasi Amerika Utara bagian Utara dan Eurasia hingga perbatasan selatan tundra Arktik. Taiga mengalami hujan salju yang lebat selama musim dingin. Di daerah ini musim dingin cukup panjang, sedangkan musim kemarau yang panas sangat singkat.
Bioma Taiga
Gambar 9. Bioma Taiga (Wikipedia Commons)
f. Bioma Tundra

Ciri-ciri bioma tundra adalah :
  1. Vegetasi yang hidup umumnya berupa lumut dari jenis Sphagnum dan Lichenes (lumut kerak).
  2. Jenis hewan umumnya berbulu dan berambut tebal, seperti beruang, reider, walrus, seal, dan pinguin.
Istilah tundra bermakna dataran tanpa pepohonan. Suhu yang sangat dingin dan angin yang sangat kencang menjadi faktor penentu tidak adanya pohon dan tumbuhan tinggi lainnya di tundra Arktik dan di Alaska Tengah. Walaupun mendapatkan curah hujan yang sedikit, tetapi wilayah tundra tetap membeku dan tandus. Hal ini disebabkan oleh air hujan tidak dapat menembus tanah bagian bawahnya dan akan menumpuk di dalam kolam di atas bunga tanah yang dangkal selama musim panas yang pendek. Tundra menutupi luas yang sangat besar di Arktik, yaitu mencapai 20% permukaan tanah bumi. Kecepatan angin yang tinggi dan suhu yang dingin menciptakan komunitas tumbuhan yang sama, yang disebut tundra alpina. Bioma tundra terdapat hampir di seluruh Arktik dan pulau-pulau kecil dekat Antartika.
Bioma tundra
Gambar 10. Bioma tundra di Siberia (Wikimedia Commons)
Peta Persebaran Bioma di Permukaan Bumi
Gambar 11. Peta Persebaran Bioma di Permukaan Bumi (Sumber: Biologi 3)
2. Bioma di Air

Berdasarkan salinitasnya (kadar garamnya), habitat air (akuatif) dibedakan menjadi tiga, yaitu habitat air tawar, habitat pantai, dan habitat laut.

a. Habitat Air Tawar

Yang termasuk habitat air tawar adalah sungai, kolam, danau, dan rawa.

Ciri-ciri bioma air tawar adalah :
  1. Vegetasi yang hidup yaitu eceng gondok, teratai, dan aneka jenis alga.
  2. Jenis hewan yaitu aneka jenis ikan tawar, seperti mujair, ikan mas, gurame, dan sebagainya.
Habitat air tawar merupakan kehidupan yang terdapat di perairan tawar. Habitat air tawar kebanyakan berupa air pedalaman. Kadar garam dalam habitat ini sangat rendah sehingga sering diabaikan. Tumbuhan dan hewan telah tersesuaikan dengan air tawar.
Bioma air tawar
Gambar 12. Danau, bioma air tawar (Wikimedia Commons)
Penyesuaian tumbuhan dalam air tawar berupa:
  1. terbentuknya rongga udara besar yang dipisahkan olehdiafragma yang berfungsi untuk menyimpan gas;
  2. tumbuhan air biasanya tidak terdapat rambut akar, hal ini dimaksudkan agar tumbuhan tidak menyerap air;
  3. tumbuhan air pada umumnya terapung dan bobot tumbuhan air disangga oleh airnya;
  4. tumbuhan air memiliki daun yang sangat tipis dengan kloroplas di dalam sel epidermisnya, hal ini berfungsi untuk memaksimalkan penyerapan sinar matahari untuk fotosintesis.
Tumbuhan air tawar dapat dibagi menjadi empat jenis yaitu:
  1. jenis tumbuhan apung,
  2. jenis daun apung,
  3. jenis timbul,
  4. jenis terendam.
Sedangkan penyesuaian hewan dalam air tawar berupa:
  1. daya apung,
  2. pengaturan osmosis,
  3. pembiakan,
  4. pemencaran.
b. Habitat Laut

Habitat ini dibedakan menjadi dua, yaitu sebagai berikut.

1) Fotik, adalah daerah yang cukup mendapat cahaya.

a) Vegetasi yang hidup pada umumnya berupa jenis rumput-rumputan.
b) Jenis hewan, misalnya aneka ragam ikan dan udang-udangan.

2) Afotik, adalah daerah yang kurang mendapat cahaya.

Di wilayah ini organisme yang hidup berupa fitoplankton dan zooplankton atau hewan-hewan yang berukuran kecil, misalnya hewan bentos. Luas lautan meliputi 70% dari luas permukaan bumi. Habitat laut berbeda dengan habitat air tawar. Hal ini dapat dibuktikan dengan tumbuhan laut. Jika ditempatkan di air tawar, maka tumbuhan tersebut akan mati, begitu pula sebaliknya. Faktor-faktor yang memengaruhi organisme yang ada di laut adalah cahaya, naik turunnya suhu udara, kondisi fisik laut, dan salinitas.
Habitat Laut
Gambar 13. Habitat Laut (Wikipedia Commons)
Zat-zat padat yang terlarut dalam air laut yaitu NaCl, MgCl, MgSO4, zat-zat tersebut sangat melimpah dalam air laut. Air laut merupakan larutan penyangga dan menunjukkan ketahanan terhadap alkalinitas. Tersedianya karbon dioksida dalam jumlah yang besar untuk fotosintesis tidak pernah mengganggu keadaan air laut sebagai penyangga dan alkalitas yang rendah memungkinkan organisme hidup untuk mengambil kalsium karbonat (CaCO3) dan zat lainnya. Hal ini sering terjadi di laut panas sehingga sering ditemukan cangkang-cangkang kapur, batu karang, dan lain-lain. Air laut mengandung semua unsur kimia yang penting untuk pertumbuhan dan pemeliharaan protoplasma sehingga air laut merupakan habitat yang cocok untuk sel-sel hidup dengan syarat sel-sel tersebut disesuaikan dengan konsentrasi garamnya.

c. Habitat Pantai

Ciri-ciri bioma air tawar adalah :

1) Vegetasi yang hidup cirinya yaitu tumbuh: menjalar dengan geragih yang panjang, berakar besar, contohnya ubi, rumput angin, pandan pantai, bakung pantai, dan sebagainya.
2) Jenis hewan, misalnya ikan bandeng dan udang.

Habitat pantai merupakan habitat yang dipengaruhi oleh pasang surut air laut. Organisme pada pantai harus mempunyai adaptasi terhadap terpaan gelombang. Terpaan gelombang dan ombak memindahkan partikel lumpur dan pasir, dan beberapa alga besar atau tumbuhan pada habitat ini. Banyak hewan, seperti cacing dan remis pemakan suspensi serta krutasea pemangsa, membenamkan dirinya di dalam pasir atau Lumpur. Hewan di habitat ini akan mengambil makanan ketika air pasang. Sedangkan hewan lain, seperti kepiting dan burung pantai, adalah pemakan bangkai atau pemangsa organisme lain.
Habitat Pantai
Gambar 14. Habitat Pantai (Wikipedia Commons)
D. Persebaran Flora dan Fauna di Indonesia

Sejarah geologi kepulauan Indonesia memengaruhi keanekaragaman flora dan fauna di Indonesia. Kepulauan Indonesia secara geologi merupakan pertemuan antara lempeng Asia dan lempeng Australia. Pada zaman glasial, kedua lempengan ini merupakan suatu daratan yang bersatu dengan Asia dan Australia. Kepulauan Indonesia yang bersatu dengan Asia adalah Kalimantan, Sumatra, Jawa, dan daratan ini disebut Dangkalan Sunda.

Kepulauan Indonesia yang bersatu dengan Australia adalah Papua dan daratan ini disebut Dangkalan Sahul. Sedangkan kepulauan Indonesia yang tidak termasuk lempeng Asia dan Australia adalah Sulawesi, Maluku, dan Nusa Tenggara.

Pada saat itu hewan dapat bermigrasi dengan bebas dari Asia ke Dangkalan Sunda dan dari Australia ke Dangkalan Sahul. Begitu pula dengan tumbuhan. Tumbuhan dapat bermigrasi melalui angin atau dibawa oleh hewan.

Ketika zaman glasial berakhir, permukaan air laut bertambah sehingga banyak daratan rendah yang terendam air dan akhirnya pulau-pulau yang ada di Indonesia terpisahkan oleh air dan kepulauan Indonesia tidak bersatu lagi dengan Asia ataupun dengan Australia. Dengan berakhirnya zaman glasial, banyak flora dan fauna yang dulunya bermigrasi menjadi terisolasi. Hal inilah yang menyebabkan keanekaragaman flora dan fauna di Indonesia.

Selain karena faktor sejarah geologi, keanekaragaman flora dan fauna ditentukan juga oleh faktor perbedaan iklim yang terdiri dari unsur-unsur suhu, curah hujan, angin, dan kelembapan udara. Indonesia adalah daerah beriklim tropis, tetapi waktu terjadinya dan intensitas curah hujan di Indonesia berbeda-beda. Semakin ke barat maka intensitas curah hujan semakin besar, maka Indonesia bagian timur akan menerima curah hujan yang lebih kecil dibandingkan Indonesia bagian barat.

Peta Persebaran Curah Hujan di Indonesia
Gambar 15. Peta Persebaran Curah Hujan di Indonesia (Sumber: BMKG)
Berdasarkan peta penyebaran curah hujan di Indonesia, dapat dilihat perbedaan curah hujan yang ada di Indonesia. Perbedaan curah hujan ini menentukan perbedaan bioma yang ada di Indonesia. Perhatikan tabel berikut.

Tabel 1.1 Tipe Bioma di Indonesia

Bioma
Subbioma
Nama
Iklim
Nama
I. Hutan Hujan
Selalu basah sampai kering tengah tahun; 0<60 1300-7100="" a="" curah="" hujan="" mm.="" o:p="" per="" tahun="" tipe="">
Hutan Hujan tanah kering Hutan Hujan tanah rawa (permanen atau musiman)
II. Hutan Musim
Sangat kering tengah tahun; 0 > 60,0 (tipe D-F); curah hujan per tahun 700 – 2900 mm.
Hutan Musim
III. Savana
Selalu basah sampai sangat kering tengah tahun; Q = 0-3000(tipe A – F); curah hujan per tahun 700-7.100 mm.
Sabana
IV. Padang Rumput
Selalu basah sampai sangat kering tengah tahun; Q = 0 – 300 (tipe A–F); curah hujan per tahun 700-7.100 mm.
Padang rumput iklim basah Padang rumput iklim kering

D. Jenis dan Persebaran Flora dan Fauna di Indonesia

1. Vegetasi Alam

Sesuai dengan iklim dan posisinya, yaitu berada di antara kontinen Asia dan Australia, maka vegetasi yang ada di Indonesia adalah vegetasi peralihan. Karena banyaknya curah hujan, maka pengaruh vegetasi Asia lebih dominan, sedangkan dari Australia jumlahnya relatif sedikit dan hanya terbatas di daerah kering, seperti NTB dan NTT.

Ciri-ciri utama vegetasi alam Indonesia adalah:

a. selalu hijau, walaupun ada di antaranya yang gugur pada musim kering, misalnya jati;
b. jumlah spesiesnya banyak dan jumlah tipe endemiknya pun relatif besar;
c. terdapat banyak tumbuhan epifit serta tumbuhan memanjat, misalnya rotan; dan
d. di daerah hutan hujan tropis, terdapat jenis tumbuhan yang menghasilkan getah, misalnya getah perca.

Secara garis besar, vegetasi alam di Indonesia dapat dibagi menjadi empat kelompok besar, yaitu sebagai berikut.

1) Vegetasi Hutan Hujan Tropis

Ciri-cirinya:

a) merupakan hutan lebat,
b) terdiri dari berbagai jenis pohon yang variatif,
c) ketinggian pohonnya ada yang mencapai 60 m,
d) banyak terdapat jenis pohon panjat dan palem,
e) banyak pula jenis pohon pakis dan anggrek.

Hutan hujan tropis terbesar di pulau Sumatra, Jawa, Kalimantan, serta Irian Jaya.

2) Vegetasi Hutan Musim

Ciri-cirinya:

a) pohon-pohonnya lebih rendah daripada hutan hujan tropis,
b) daun-daunnya banyak yang gugur di musim kemarau, misalnya pohon jati,
c) jenisnya homogen.

Hutan musim terdapat di daerah seperti Jawa Tengah dan Jawa Timur.

3) Vegetasi Hutan Bakau

Ciri-cirinya:

a) pohon-pohonnya lebih rendah daripada hutan hujan tropis dan
b) mempunyai akar tunjang.

Kalimantan dan Sumatra merupakan contoh pulau yang memiliki hutan bakau yang luas.

4) Vegetasi Daerah Sabana dan Stepa

Ciri-cirinya:

a) terdapat di daerah yang beriklim kering,
b) sabana merupakan padang rumput yang diselingi oleh pohon-pohon, terdapat di Pulau Madura dan sebagian kepulauan Nusa Tenggara,
c) stepa merupakan daerah yang seluruhnya padang rumput, misalnya di pulau Sumba, Flores, Sumbawa, dan Timor.

2. Fauna Indonesia

Jenis dan persebaran fauna di Indonesia dibedakan ke dalam tiga kelompok, yaitu sebagai berikut.

a. Kelompok Hewan Asia

Tersebar di wilayah Indonesia bagian barat yang meliputi pulau Sumatra, Jawa, Bali, dan Kalimantan. Contoh fauna:
  1. mamalia, terdiri atas gajah, badak bercula satu, tapir, rusa, banteng, kerbau, monyet, orang utan, macan, tikus, bajing, beruang, kijang, ajag, kelelawar, landak, babi hutan, kancil, dan kukang;
  2. reptil, terdiri atas; buaya, kura-kura, kadal, ular, tokek, biawak, bunglon, dan trenggiling;
  3. burung, terdiri atas; burung hantu, elang, jalak, merak, kutilang, berbagai macam unggas, dan lain-lain;
  4. berbagai macam serangga;
  5. berbagai macam ikan air tawar dan pesut, yaitu sejenis lumba-lumba dari Sungai Mahakam.
b. Kelompok Hewan Australia

Terdapat di pulau Irian Jaya dan beberapa pulau kecil di sekitarnya. Contoh fauna:
  1. mamalia, terdiri atas kanguru, walaby, beruang, nokdiak (landak Irian), oposum layang (pemanjat berkantung), kuskus, kanguru pohon, kelelawar;
  2. reptilia, terdiri atas buaya, biawak, ular, kadal, kurakura;
  3. amphibia, terdiri atas katak pohon, katak terbang, katak air;
  4. burung, terdiri atas: nuri, raja udang, cendrawasih, kasuari, namudur;
  5. berbagai jenis ikan;
  6. berbagai macam serangga.
c. Kelompok Hewan Peralihan

Tersebar di pulau Sulawesi, kepulauan Maluku, NTB, dan NTT. Contoh fauna;
  1. mamalia, terdiri atas anoa, babi rusa, ikan duyung, kuskus, monyet hitam, beruang, tarsius, monyet seba, kuda, sapi, banteng; 
  2. reptil, terdiri atas: biawak komodo, kura-kura, buaya, ular, soa-soa;
  3. amphibia, terdiri atas katak pohon, katak terbang dan katak air;
  4. berbagai macam burung, antara lain burung dewata, maleo, mandar, raja udang, burung pemakan lebah, rangkong, kakatua, nuri, merpati, angsa.
Di antara ketiga pembagian jenis dan persebaran fauna itu dibatasi oleh garis Wallace dan garis Weber. Garis Wallace memisahkan antara kelompok hewan Asia dengan kelompok hewan peralihan.

Batas Garis Weber dan Wallace
Gambar 16. Batas Garis Weber dan Wallace (Sumber: Geografi X)
Garis Weber memisahkan antara kelompok hewan peralihan dengan kelompok hewan Australia.

E. Usaha-usaha Pelestarian Flora dan Fauna

1. Pelestarian dan Konservasi Alam

Indonesia dikenal dengan negara yang mempunyai keanekaragaman genetik, baik flora maupun fauna. Namun, sekarang ini banyak populasi flora dan fauna berkurang jumlahnya disebabkan aktivitas manusia. Aktivitas manusia seperti penebangan pohon, pembangunan industri, dan pemukiman telah merusak ekosistem. Dengan rusaknya ekosistem, habitat flora dan fauna berkurang. Untuk menjaga keberlangsungan hidup flora dan fauna, diperlukan usaha untuk melestarikan agar mereka tidak punah. Upaya yang dilakukan melalui konservasi. Konservasi adalah suatu proses pengelolaan yang baik untuk mendukung ekosistem dalam melestarikan spesies. Konservasi dilakukan dengan membuka kawasan berupa hutan lindung, suaka margasatwa, taman nasional, dan cagar alam. 

Manfaat adanya konservasi bisa dirasakan oleh masyarakat seperti adanya sumber air sehingga masyarakat dapat mengairi sawahnya, menjaga tanah tidak terjadi erosi dan longsor, menjaga kesuburan tanah, menjaga keragaman genetik, menjamin penggunaan jenis-jenis ekosistem yang menunjang kehidupan masyarakat dan industri sehingga kawasan konservasi tidak hanya menjadi tanggung jawab pemerintah, tetapi juga tanggung jawab masyarakat yang ada di sekitarnya. Upaya yang bisa dilakukan oleh masyarakat untuk mendukung konservasi adalah sebagai berikut.

a. Tidak melakukan penebangan hutan,
b. mencegah pencurian kayu,
c. memperbaiki kondisi hutan,
d. tidak melakukan pemburuan liar,
e. memperbaiki tumbuhan yang dibudidayakan.

2. Perlindungan Alam

Perlindungan alam meliputi dua usaha, yaitu sebagai berikut:

a. Perlindungan alam umum atau cagar alam, adalah perlindungan untuk melestarikan segala jenis flora dan fauna yang terdapat di suatu daerah. Usaha ini dapat dibedakan menjadi:
  1. perlindungan alam ketat, suatu daerah dibiarkan apa adanya, sesuai dengan keadaan aslinya;
  2. perlindungan alam terbimbing, adanya tenaga ahli yang mengawasi dan menganalisis daerah itu;
  3. National Park, di samping wilayahnya luas, hutan lindung, hutan lindung ini pun dapat digunakan sebagai tempat rekreasi.
b. Perlindungan alam dengan tujuan tertentu, dapat dibedakan menjadi:
  1. perlindungan alam botani, melindungi jenis tumbuhan tertentu yang langka.
  2. perlindungan alam zoologi, melindungi jenis hewan tertentu yang hampir musnah dan langka; dan
  3. perlindungan pemandangan alam, melindungi keindahan pemandangan alam.
F. Daerah-daerah Perlindungan Flora dan Fauna di Indonesia

1. Karakteristik Wilayah Jawa

Pulau Jawa merupakan pulau yang memiliki penduduk terbanyak di Indonesia. Jumlah penduduk di Pulau Jawa pada tahun 2005 sekitar 118 juta jiwa, dengan kepadatan penduduk rata-rata Pulau Jawa tidak memiliki sumber daya mineral yang banyak. Namun, kondisi alamnya banyak mengandung kantung-kantung minyak dan gas yang dapat ditemukan di lipatan-lipatan dan sesaran-sesaran batuan-batuan sedimen yang kondisinya memenuhi syarat. Kantung-kantung minyak dan gas ini terdapat, baik di sisi utara maupun selatan rangkaian pegunungan yang melintasi Pulau Jawa, tetapi hanya yang berada di sisi utara yang saat ini sudah dieksploitasi.

Taman Nasional di pulau Jawa
Gambar 17. Taman Nasional di pulau Jawa (Sumber: www.dephut.go.id)
2. Karakteristik Wilayah Sumatra

Kondisi hutan di Sumatra sangat memprihatinkan. Sekarang jarang ditemukan adanya perkebunan di sepanjang daerah aliran sungai. Hutan dialihfungsikan menjadi kebun. Budaya tumbang, tebas dan bakar selalu terjadi setiap tahun sehingga pemandangan asap menjadi hal yang biasa di wilayah ini. Kawasan hutan alam berubah menjadi kawasan kelapa sawit. Banyaknya perubahan ini akan berdampak pada musnahnya beberapa keragaman hayati yang dimiliki Sumatra.

Taman Nasional di Sumatra
Gambar 18. Taman Nasional di Sumatra (Sumber: www.dephut.go.id)
Penyempitan areal hutan disebabkan oleh perluasan area perkebunan (terutama sawit dan akasia), penebangan kayu berskala besar, baik secara legal maupun tidak, kebakaran hutan, kegiatan pertambangan dan industri karena Sumatra merupakan penghasil minyak terbesar di Indonesia serta mempunyai kandungan
gas alam dan batu bara yang cukup besar. Penyempitan hutan berdampak pada keseimbangan ekosistem dan alam tidak terjaga baik, seperti ratusan gajah merusak kebun, hama babi hutan menggasak tanaman muda dan pada akhirnya akan musnahnya keanekaragaman hayati yang dimiliki Pulau Sumatra.

3. Karakteristik Wilayah Kalimantan

Kalimantan merupakan kawasan bercurah hujan konstan dan bersuhu tinggi sepanjang tahun. Oleh karena itu, pulau ini memiliki beberapa habitat tropis tersubur di muka bumi dan memiliki hutan basah tropis terluas di kawasan Indonesia. Pulau ini kaya akan keragaman hayati. Kalimantan berperanan penting dalam pengembangan ekonomi Indonesia dan merupakan salah satu penghasil devisa utama. Kekayaan ini bukan berasal dari produk industri, juga bukan dari hasil pertanian dan perkebunan, melainkan karena besarnya cadangan sumber daya alam: hutan, minyak, gas, batu bara, dan mineral-mineral lain.

Taman Nasional di Kalimantan
Gambar 19. Taman Nasional di Kalimantan (Sumber: www.dephut.go.id)
Kalimantan merupakan daratan dengan sungai-sungai besar, seperti Sungai Kapuas, Sungai Barito, Sungai Kahayan, Sungai Kayan, dan Sungai Mahakam. Sungai-sungai ini merupakan jalur masuk utama ke pedalaman pulau dan daerah pegunungan tengah. Semakin ke hulu, sungai semakin sempit. Sungai tersebut mengalir melalui hutan-hutan perbukitan, berarus deras, dan airnya jernih.

Kebanyakan sungai-sungai utama di Kalimantan terdapat di jajaran pegunungan tengah. Sungai-sungai itu semakin lebar dan semakin besar volumenya menuju ke laut karena ada tambahan air dari anak-anak sungainya yang membentuk sungai utama yang mengalirkan air dari daerah aliran sungai yang luas. Debit air bervariasi menurut musim. Kecepatan arus, kedalaman air, dan komposisi substrat bervariasi menurut panjang aliran dan lebar sungai, dan ini mempengaruhi biota yang dapat hidup di dalamnya.

Pulau ini kaya akan fauna yang berasal dari Asia, misalnya, keluarga rusa, sapi liar, babi, kucing, monyet, kera, tupai, dan banyak keluarga burung Asia. Banyak fauna Borneo yang serupa dengan fauna daratan Asia dan pulau-pulau Sunda lainnya, tetapi keserupaan dengan Sulawesi dan pulau-pulau di sebelah timur hanya sedikit karena komposisi faunanya agak berbeda.

4. Karakteristik Wilayah Sulawesi

Pulau Sulawesi berdiri di atas lahan seluas 227.654 km2, terutama terdiri dari empat semenanjung panjang. Pulau Sulawesi terbagi ke dalam empat kabupaten, yakni Sulawesi Utara, Sulawesi Tengah, Sulawesi Selatan, dan Sulawesi Tenggara.
Taman Nasional di Sulawesi
Gambar 20. Taman Nasional di Sulawesi (Sumber: www.dephut.go.id)
Hutan yang terancam eksploitasi pertambangan di Pulau Sulawesi seluas 1.181.062 ha. Kawasan ini adalah kawasan yang kaya keragaman hayati, daerah tangkapan air, tempat tinggal dan tempat mata pencaharian masyarakat lokal, serta situs-situs warisan utama dunia, misalnya, Tahura Poboya di Sulteng.

5. Karakteristik Wilayah Bali dan Nusa Tenggara

Kepulauan Nusa Tenggara tersebar sepanjang 2.850 km2 dari barat ke timur Pulau Pamana di lepas pantai Pulau Roti di Nusa Tenggara Timur (NTT) terletak di bagian paling selatan Indonesia, posisinya tepat di 110°LS. Kondisi fisik Nusa Tenggara sangat berbeda dengan kawasan lainnya di Indonesia. Kepulauan ini terdiri dari pulau-pulau vulkanis dan rangkaian terumbu karang yang tersebar di sepanjang lautan yang terdalam di dunia, dan tidak memiliki pulau besar, seperti Jawa dan Sumatra.
Taman Nasional di Bali dan Nusa Tenggara
Gambar 21. Taman Nasional di Bali dan Nusa Tenggara (Sumber: www.dephut.go.id)
Asal-usul kepulauan ini dan proses-proses yang dialami dalam pembentukan pulau-pulau masih terjadi sampai sekarang dan sangat memengaruhi posisi, ukuran, dan bentuk pulau. Provinsi Bali terletak pada 8° 03’40" - 8° 50’48" Lintang Selatan dan 114° 25’53" - 115° 42’40" Bujur Timur, dengan luas wilayah 563.286 ha. Di Bali terdapat 4 buah danau (Beratan, Batur, Buyan, Tamblingan) dan 24 buah gunung. Gunung Agung merupakan gunung tertinggi di Bali dengan ketinggian 3.142.000 m.

Diperkirakan sekitar 31.817,75 hektar atau 25 persen dari luas keseluruhan hutan daratan di Bali, yaitu 127.271,01 hektar, mengalami konversi (perubahan) fungsi lahan. Perubahan fungsi lahan hutan tersebut disebabkan beberapa hal, antara lain perambahan kawasan hutan oleh kelompok-kelompok masyarakat yang berdiam di dekat hutan dan penggunaan kawasan hutan untuk pembangunan di luar sektor kehutanan dan penebangan liar.

Berdasarkan fungsinya, hutan di Bali digolongkan ke dalam tiga kategori, yaitu hutan lindung, hutan konservasi, dan hutan produksi. Hutan lindung berfungsi sebagai perlindungan tata air dan tanah serta sebagai pendukung kehidupan habitat flora dan fauna. Fungsi lainnya adalah sebagai pendukung pariwisata (ekowisata).

Hutan produksi di Bali terkonsentrasi di daerah Bali Barat, seperti di Kabupaten Buleleng seluas 4.731,95 hektar dan di Kabupaten Jembrana seluas 2.993,30 hektar sementara di kabupaten lainnya relatif kecil. Jenis pohon yang ditanam di hutanhutan produksi tersebut antara lain pohon jati, pinus, ampupu, sonokeling, dan pohon lainnya yang bernilai ekonomis.

Vegetasi hutan di Bali diklasifikasikan menjadi tiga bagian, yaitu hutan bervegetasi lebat seluas 71.349,5 hektar atau sekitar 56,1%, hutan bervegetasi belukar atau semak seluas 35.518 hektar atau seluas 25,5%, dan hutan kritis atau sangat rawan seluas 23.403,3 hektar atau sekitar 18,4%.

6. Karakteristik Wilayah Papua

Papua mencakup bagian barat pulau New Guinea dan merupakan satu dari tiga wilayah Rimba Belantara Tropis Utama. Wilayah Papua masih berupa habitat alam. Karena proses biogeografi dan keadaan topografi, kawasan hutan Papua diduga memiliki keanekaragaman hayati yang tinggi. Setidaknya 24 spesies baru ditemukan, termasuk 6 spesies hewan bertulang belakang. Penelitian lain di Sungai Wapoga menemukan 93 spesies baru. Empat di antaranya jenis baru dari genus Eviota, Apogon, dan Hemiscyllium.
Taman Nasional di Papua
Gambar 22. Taman Nasional di Papua (Sumber: www.dephut.go.id)
Selain keanekaragaman jenis yang tinggi, Papua juga memiliki ekosistem yang beragam. Mulai dari terumbu karang, hutan bakau, savana, hutan tropis dataran rendah, pegunungan, hingga ekosistem alpin.

Ancaman terhadap keanekaragaman hayati dan habitat alam Papua sudah mulai terlihat dampaknya. Papua yang juga kaya akan deposit mineral dan minyak bumi menarik para investor untuk melakukan eksploitasi tambang dan gas secara besar-besaran. Ancaman lainnya antara lain rencana pembangunan wilayah seperti pembangunan area industri berskala besar di Mamberamo, perluasan perkebunan kelapa sawit, pembangunan jalan Trans- Papua, dan konsesi hutan.

G. Konsep Cagar Biosfer

Cagar biosfer adalah ekosistem daratan dan pesisir/ laut atau kombinasi daripadanya, yang secara internasional diakui berada di dalam kerangka Program Manusia atau Biosfer dari UNESCO (Statutory Framework of The World Network, of Biosphere Reserves – Kerangka Hukum Jaringan Cagar Biosfer Dunia).

Usulan penetapan cagar biosfer diajukan oleh pemerintah nasional : 
  1. setiap calon cagar harus memenuhi kriteria tertentu dan sesuai dengan persyaratan minimum sebelum dimasukkan ke dalam Jaringan Dunia, 
  2. setiap cagar biosfer diharuskan memenuhi tiga fungsi yang saling menunjang, yaitu fungsi konservasi; untuk melestarikan sumber daya genetik, jenis, ekosistem dan lansekap; fungsi pembangunan, untuk memacu pembangunan ekonomi dan kesejahteraan manusia, dan fungsi pendukung logistik, untuk mendukung proyek percontohan, pendidikan dan pelatihan lingkungan, serta penelitian dan pemantauan yang berhubungan dengan masalah-masalah konservasi dan pembangunan berkelanjutan di tingkat lokal, nasional, dan dunia.
Secara fisik, setiap cagar biosfer harus terdiri atas tiga elemen, yaitu: satu atau lebih zona inti, yang merupakan kawasan dilindungi bagi konservasi keanekaragaman hayati, pemantauan ekosistem yang mengalami gangguan, dan melakukan kegiatan penelitian yang tidak merusak serta kegiatan lainnya yang berdampak rendah (seperti pendidikan); zona penyangga yang ditentukan dengan jelas, yang biasanya mengelilingi atau berdampingan dengan zona inti, dan dimanfaatkan bagi kegiatan-kegiatan kerja sama yang tidak bertentangan secara ekologis, termasuk pendidikan lingkungan, rekreasi, ekoturisme dan penelitian terapan dan dasar; dan zona transisi, atau zona pelatihan, yang mungkin berisi kegiatan pertanian, pemukiman dan pemanfaatan lain dan di mana masyarakat lokal, lembaga manajemen, ilmuwan, lembaga swadaya masyarakat, masyarakat adat, pemerhati ekonomi dan pemangku kepentingan lain bekerja sama untuk mengelola dan mengembangkan sumber daya secara berkelanjutan. Walaupun semula dilihat sebagai rangkaian lingkaran konsentris, ketiga zona tersebut diterapkan ke dalam berbagai pendekatan yang berbedabeda untuk memenuhi kebutuhan dan kondisi setempat.

Sesungguhnya, salah satu kekuatan terbesar dari konsep cagar biosfer adalah fleksibilitas dan kreativitasnya yang telah dibakukan dalam berbagai situasi.

Beberapa negara telah menetapkan undang-undang khusus bagi pembentukan cagar biosfer. Di banyak negara lainnya, zona inti dan zona penyangga ditetapkan (seluruhnya atau sebagian) sebagai zona yang dilindungi menurut undang-undang nasional.

Sejumlah cagar biosfer sekaligus memiliki kawasan dilindungi yang dikelola dengan sistem lain (seperti taman nasional atau cagar alam) dan situs lain yang diakui secara internasional (seperti situs Warisan Dunia dan Ramsar).

Pengaturan kepemilikan juga bermacam-macam. Zona inti cagar biosfer kebanyakan merupakan tanah negara, tetapi dapat juga dimiliki secara pribadi atau milik organisasi nonpemerintah. Dalam banyak hal, zona penyangga merupakan milik perseorangan atau masyarakat tertentu, dan kondisi ini pada umumnya ditemukan pula pada daerah transisi. Strategi Seville bagi cagar biosfer merefleksikan kondisi ini secara luas.

Rangkuman :
  1. Bentukan muka bumi, seperti: iklim, tanah, dan relief mempengaruhi terhadap jenis dan persebaran makhluk hidup (flora juga fauna).
  2. Di darat jenis dan persebaran flora dan fauna dikelompokkan ke dalam enam bioma, yaitu: bioma gurun pasir, bioma padang rumput, bioma hutan basah, bioma hutan gugur, bioma taiga, dan bioma tundra.
  3. Berdasarkan salinitasnya, habitat air dibedakan menjadi habitat air tawar, habitat laut, dan habitat pantai.
  4. Vegetasi alam Indonesia dikelompokkan atas: vegetasi hutan hujan tropis, vegetasi hutan musim, vegetasi hutan bakau, dan vegetasi daerah sabana dan stepa.
  5. Berdasarkan jenis dan persebarannya, fauna Indonesia dapat dikelompokkan ke dalam tiga wilayah, yaitu: fauna Asia, fauna Australia, dan fauna peralihan.
  6. Usaha-usaha pelestarian flora dan fauna, yaitu antara lain dengan usaha menyebarluaskan kesadaran lingkungan, pembuatan cagar alam, dan suaka marga satwa.
  7. Usaha-usaha perlindungan terhadap flora dan fauna meliputi hampir di setiap daerah di Indonesia.
Referensi :

Dewi, N. 2009. Geografi 2 : untuk SMA dan MA Kelas XI. Pusat Perbukuan, Departemen Pendidikan Nasional, Jakarta, p. 122.

0 comments:

Posting Komentar