BAB I
Kelautan Indonesia
A. Indonesia Negara Kepulauan
Indonesia telah dikenal dunia sebagai Negara Kepulauan “Archipelogic State” yang memiliki potensi sumberdaya alam dan kekayaan laut yang sangat berpolah.Bahkan banyak Cendekiawan Internasional menyebutkan kawasan perairan laut Indonesia menyebutkan kawasan perairan tropis berdaya dukung alam yang tinggi dengan kemampuan “Mega biodiversity”. Tidak dapat dipungkiri keinginan “interest” negara-negara asing ingin masuk ke perairan Laut Indonesia , baik masuk kegiatan pariwisata bahari, fishing, riset, navigasi dan sebagainya. Pengelolaan sumber kekayaan kelautan selama ini dilaksanakan oleh pelbagai otoritas secara sektoral dan tidak sinergi antara satu instansi dengan instansi lain. Hal ini disebabkan karena landasan kebijakan yang dipergunakan tidak jelas dan cenderung “ego sektor”, bahkan sampai saat ini Indonesia belum memiliki suatu Kebijakan Kelautan “Ocean Policy”. Padahal Kebijakan Kelautan Indonesia “Indonesian Ocean Policy” tersebut dapat dijadikan “frame work” atau rujukan bagi semua “stake holders” yang sangat peduli terhadap pembangunan kelautan di Indonesia. Sudah saatnya Indonesia suatu Negara kepulauan terbesar di dunia dalam gerak pembangunannya berubah dari paradigma “Land based Socio-economic” ke paradigma “ Marine based Socio-economic”. Sumber kekayaan kelautan dan potensi sumberdaya alam dapat dijadikan pilar utama penyangga ekonomi Negara.
Nusantara (archipelagic) dipahami sebagai konsep kewilayahan nasional dengan penekanan bahwa wilayah negara Indonesia terdiri dari pulau-pulau yang dihubungkan oleh laut. Laut yang menghubungkan dan mempersatukan pulau-pulau yang tersebar di seantero khatulistiwa. Sedangkan Wawasan Nusantara adalah konsep geopolitik bangsa Indonesia yang memandang Indonesia sebagai satu kesatuan wilayah, meliputi tanah (darat), air (laut) termasuk dasar laut dan tanah di bawahnya dan udara di atasnya secara tidak terpisahkan, yang menyatukan bangsa dan negara secara utuh menyeluruh mencakup segenap bidang kehidupan nasional yang meliputi aspek politik, ekonomi, sosial budaya, dan hankam. Wawasan Nusantara sebagai konsepsi politik dan kenegaraan yang merupakan manifestasi pemikiran politik bangsa Indonesia telah ditegaskan dalam GBHN dengan Tap. MPR No.IV tahun 1973. Penetapan ini merupakan tahapan akhir perkembangan konsepsi negara kepulauan yang telah diperjuangkan sejak Dekrarasi Juanda tanggal 13 Desember 1957.
Deklarasi Djuanda :
“Bahwa segala perairan di sekitar, di antara dan yang menghubungkan pulau-pulau yang termasuk dalam daratan Republik Indonesia, dengan tidak memandang luas dan lebarnya, adalah bagian yang wajar dari wilayah daratan Negara Republik Indonesia dan dengan demikian merupakan bagian daripada perairan pedalaman atau perairan nasional yang berada di bawah kedaulatan Negara Republik Indonesia. Penentuan batas laut 12 mil yang diukur dari garis-garis yang menghubungkan titik terluar pada pulau-pulau Negara Republik Indonesia akan ditentukan dengan Undang-Undang”
DEKLARASI DJUANDA
13 Desember 1957.
Pada konferensi Hukum Laut PBB (UNCLOS-United Nations Convention on the Law of the Sea) III telah disepakati pengaturan rejim hokum laut. Salah satu keputusan terpenting bagi Indonesia pada konferensi ini adalah pengakuan terhadap bentuk negara Kepulauan dengan pengaturan hak dan kewajibannya. Keputusan tersebut secara resmi diterima untuk ditandatangani 117 negara dalam sidang terakhir Konferensi Hukum Laut (HUKLA) III PBB di Montego Bay Jamaika tanggal 10 Desember 1982.
B. Batas laut
1. batas territorial
laut teritorial (territorial sea), zona yang merupakan bagian dari wilayah negara sebesar 12 mil laut Laut Nusantara merupakan laut yang berada di antara pulau-pulau yang dibatasi oleh garis dasar pulau tersebut. Sedangkan Batas Laut Teritorial merupakan batas kedaulatan penuh negara Indonesia artinya negara-negara lain tidak diperbolehkan memasuki wilayah ini tanpa izin negara kita. Namun demikian Indonesia juga menyediakan jalur pelayaran sebagai prasarana lalu lintas damai. Di jalur ini Indonesia mempunyai hak penuh untuk memanfaatkan sumberdaya yang terkandung di dalamnya. Batas Laut Teritorial ini ditarik sejauh 12 mil laut dari garis pantai yang terjauh menjorok ke laut (1 mil laut = 1,852 km). Penentuan titik pantai yang dijadikan dasar untuk melakukan pengukuran adalah dengan mencari garis pantai yang paling jauh menjorok ke laut. Setelah ketemu kemudian pada garis itu dicari rata-rata pada saat air pasang dengan saat air surut. Garis ini disebut garis dasar. Dari garis dasar inilah kemudian diukur sejauh 12 mil ke laut untuk menentukan Batas Laut Teritorial.
2. Batas Zona Tambahan
Zona Tambahan perlu diatur dengan peraturan perundang-undangan untuk mengawasi dan mencegah pelanggaran imigrasi, bea cukai, keuangan, dan karantina kesehatan dalam laut wilayah Indonesia. Peraturan perundang-undangan ini sangat diperlukan agar pengawasan atas pentaatan ketentuan imigrasi, bea cukai dan karantina Indonesia dapat dilakukan jauh di luar perairan nusantara dan laut wilayah Indonesia.
3. Batas landas Kontinental
zona dimana negara memiliki hak-hak berdaulat untuk memanfaatkan sumber kekayaan alam pada dasar laut serta tanah di bawahnya (antara 200 - 350 nm atau sampai dengan 100 nm dari isobath (kedalaman) 2500 meter). UU No. 1 tahun 1973 tentang Landas Kontinen perlu segera direvisi karena UU tersebut sudah tidak sesuai lagi dengan keadaan sekarang. Disamping itu, batas-batas landas kontinen dengan negara-negara tetangga harus segera diselesaikan melalui perjanjian dan didepositkan pada Sekretaris Jenderal PBB. Batas-batas yang telah diperjanjikan tersebut harus ditunjukkan dalam peta atau daftar koordinat geografis yang dipublikasikan.
Landas Kontinen (Continental Shelf) adalah bagian dari benua yang terendam oleh air laut. Untuk menentukan apakah dasar laut merupakan kelanjutan dari suatu benua, biasanya dilihat dari struktur batuan pembentuknya (kondisi geologi). Yang paling mudah diamati, landas kontinen memiliki kedalaman tidak boleh lebih dari 150 meter. Sedangkan Batas Landas Kontinen merupakan batas dasar laut yang sumberdaya alamnya dapat dikelola oleh negara yang bersangkutan. Batas Landas Kontinen diukur dari garis dasar ke arah luar paling jauh 200 mil laut. Jika terdapat 2 negara yang berdampingan dalam satu landas kontinen dengan jarak yang kurang dari 200 mil, maka untuk menentukan batas landas kontinen bagi kedua negara tersebut dilakukan dengan cara membagi dua wilayah tersebut yang sama jauhnya dari garis pantai masing-masing. Negara kita terletak pada 2 landas kontinen (landas kontinen Asia di bagian barat dan landas kontinen Australia di bagian timur), maka baik batas Indonesia dengan Malaysia dan Thailand (di bagian barat) serta Indonesia dengan Australia (di bagian timur) keduanya menggunakan Batas Landas Kontinen.
4. Batas ZEE
zona dimana negara memiliki hak-hak berdaulat untuk memanfaatkan sumber kekayaan alamnya di atas dasar laut sampai permukaan laut serta pada dasar laut serta tanah di bawahnya sebesar 200 mil laut
Menurut Undang-Undang RI nomor 5 tahun 1983, batas terluar ZEE adalah 200 mil dari garis pangkal pada surut rendah (low water line). Dengan demikian, total luas keseluruhan Kepulauan Indonesia dan perairannya termasuk ZEE adalah 5,8 juta kilometer persegi.
Zona Ekonomi Eksklusif (ZEE) adalah daerah-daerah yang berbatasan dengan laut bebas seperti sebelah selatan pulau Jawa dan sebelah barat pulau Sumatera yang berbatasan dengan Samudera Hindia atau Maluku Utara yang berbatasan dengan Samudera Pasifik. ZEE diukur sejauh 200 mil laut dari garis pantai yang paling jauh menjorok ke laut (garis dasar). Di wilayah ini Indonesia memiliki hak dan kesempatan yang pertama untuk mengelola sumber daya alam yang terdapat di dalamnya dengan tanpa mengganggu jalur lalu lintas damai yang terdapat di wilayah tersebut. Di luar ZEE adalah laut bebas yang siapapun boleh memanfaatkannya sepanjang ia mampu.
BAB II
POTENSI TAMAN LAUT
DI KABUPATEN RAJA AMPAT
A. KABUPATEN RAJA AMPAT
1. Kondisi Umum
Kabupaten Raja Ampat adalah salah satu kabupaten di provinsi Irian Jaya Barat, Indonesia. Ibukota kabupaten ini terletak di Waisai. Kabupaten ini berdiri pada 12 April 2003 memiliki luas wilayah 46.296 km2 dan berpenduduk sebanyak 27.071 jiwa (2000). Kabupaten ini memiliki 610 pulau. Empat di antaranya, yakni Pulau Misool, Salawati, Batanta, dan Waigeo, merupakan pulau-pulau besar. Dari seluruh pulau, hanya 35 pulau yang berpenghuni. Pulau lainnya tidak berpenghuni dan sebagian besar belum memiliki nama. Sebagai daerah kepulauan, satu-satunya transportasi antar pulau dan penunjang kegiatan masyarakat Raja Ampat adalah angkutan laut. Demikian juga untuk menjangkau Waisai, ibu kota kabupaten. Bila menggunakan pesawat udara, lebih dulu menuju Kota Sorong. Setelah itu, dari Sorong perjalanan ke Waisai dilanjutkan dengan transportasi laut. Sarana yang tersedia adalah kapal cepat berkapasitas 10, 15, atau 30 orang. Dengan biaya sekitar Rp. 2 juta, Waisai dapat dijangkau dalam waktu 1,5 hingga dua jam.
2. Potensi alam
Berdasarkan potensi masing- masing distrik, pemerintah kabupaten merencanakan pengembangan wilayah untuk empat sektor, yaitu pariwisata, perkebunan, pertambangan, dan perikanan. Pariwisata, terutama wisata bahari, akan dikembangkan di Pulau Kofiau, Misool, Waigeo Selatan dan Barat, serta Kepulauan Ayau. Perkebunan dengan komoditas utama kelapa dalam dan kelapa sawit akan dipusatkan di Pulau Pam, Kofiau, dan Salawati. Kegiatan pertambangan dipusatkan di Pulau Salawati, Waigeo, Gag, Batanta, dan Misool. Di Salawati terdapat potensi batu bara dan migas. sedangkan Waigeo dan Gag memiliki nikel. Sementara itu, Batanta dan Misool masing-masing menyimpan potensi emas dan bahan baku pembuatan semen, sedangkan kegiatan perikanan diarahkan ke Kepulauan Ayau, Waigeo, Batanta, Salawati, dan Kofiau.
Kepulauan Raja Ampat merupakan kepulauan yang berada di barat pulau Papua di provinsi Irian Jaya Barat, tepatnya di bagian kepala burung Papua. Kepulauan ini merupakan tujuan penyelam-penyelam yang tertarik akan keindahan pemandangan bawah lautnya. Empat di antara gugusan pulau ini adalah pulau terbesar yaitu Pulau Waigeo, Pulau Misool, Pulau Salawati dan Pulau Batanta .
3. Asal nama Raja Ampat
Asal mula nama Raja Ampat sendiri diduga merupakan sebuah mitos yang berkembang dan memiliki beberapa varian di masyarakat setempat. Mitos itu mengatakan bahwa ada seorang wanita yang menemukan 7 telur. 4 butir telor di antaranya menetas menjadi 4 orang pangeran yang berpisah dan masing-masing menjadi raja yang berkuasa di Waigeo, Salawati, Misool Timur dan Misool Barat. Sementara 3 telur lainnya menjadi hantu, seorang wanita dan sebuah batu.
4. Sosial Masyarakat
Masyarakat Kepulauan Raja Ampat umumnya nelayan tradisional yang berdiam di kampung-kampung kecil yang letaknya berjauhan dan berbeda pulau. Mereka adalah masyarakat yang ramah menerima tamu dari luar, apalagi kalau kita membawa oleh-oleh buat mereka berupa pinang ataupun permen. Barang ini menjadi semacam 'pipa perdamaian indian' di Raja Ampat. Acara mengobrol dengan makan pinang disebut juga "Para-para Pinang" seringkali bergiliran satu sama lain saling melempar mob, istilah di Papua untuk cerita-cerita lucu.
Mereka adalah pemeluk Islam dan Kristen dan seringkali di dalam satu kaluarga atau marga terdapat dua agama tersebut. Hal ini menjadikan masyarakat Raja Ampat tetap rukun walaupun berbeda keyakinan.
5. Objek Wisata
Kepulauan Raja Ampat merupakan tempat yang sangat berpotensi untuk dijadikan sebagai objek wisata, terutama wisata penyelaman. Perairan Kepulauan Raja Ampat menurut berbagai sumber, merupakan salah satu dari 10 perairan terbaik untuk diving site di seluruh dunia. Bahkan, mungkin juga diakui sebagai nomor satu untuk kelengkapan flora dan fauna bawah air pada saat ini.
Ada beberapa kawasan terumbu karang yang masih sangat baik kondisinya dengan persentase penutupan karang hidup hingga 90%, yaitu di selat Dampier (selat antara P. Waigeo dan P. Batanta), Kepulauan Kofiau, Kepualauan Misool Timur Selatan dan Kepulauan Wayag. Tipe dari terumbu karang di Raja Ampat umumnya adalah terumbu karang tepi dengan kontur landai hingga curam. Tetapi ditemukan juga tipe atol dan tipe gosong atau taka
Spesies yang unik yang bisa dijumpai pada saat menyelam adalah beberapa jenis pigmy seahorse atau kudalaut mini, wobbegong dan Manta ray. Juga ada ikan endemik raja ampat, yaitu Eviota raja, yaitu sejenis ikan gobbie. Di Manta point yg terletak di Arborek selat Dampier, Anda bisa menyelam dengan ditemani beberapa ekor Manta Ray yang jinak seperti ketika Anda menyelam di Kepulauan Derawan, Kalimantan Timur. Jika menyelam di Cape Kri atau Chicken Reef, Anda bisa dikelilingi oleh ribuan ikan. Kadang kumpulan ikan tuna, giant trevallies dan snappers. Tapi yang menegangkan jika kita dikelilingi oleh kumpulan ikan barakuda, walaupun sebenarnya itu relatif tidak berbahaya (yang berbahaya jika kita ketemu barakuda soliter atau sendirian). Hiu karang juga sering terlihat, dan kalau beruntung Anda juga bisa melihat penyu sedang diam memakan sponge atau berenang di sekitar anda. Di beberapa tempat seperti di Salawati, Batanta dan Waigeo juga terlihat Dugong atau ikan duyung.
Karena daerahnya yang banyak pulau dan selat sempit, maka sebagian besar tempat penyelaman pada waktu tertentu memiliki arus yang kencang. Hal ini memungkinkan juga untuk melakukan drift dive, menyelam sambil mengikuti arus yang kencang dengan air yang sangat jernih sambil menerobos kumpulan ikan. Ada juga pesawat karam peninggalan perang dunia ke II yang bisa dijumpai di beberapa tempat penyelaman menjadikan tempat yang bagus untuk wreck dive seperti di P. Wai. Dan masih banyak lagi situs terumbu karang yang sebenarnya belum pernah dijamah. Ini menjadikan penyelaman di Raja Ampat terasa lebih menantang.
6. Akses
Mengunjungi kepulauan ini tidaklah terlalu sulit walau memang memakan waktu dan biaya cukup besar. Kita dapat menggunakan maskapai penerbangan dari Jakarta ke Sorong via Menado selama 6 jam penerbangan. Dari Sorong –kota yang cukup besar dan fasilitas lumayan lengkap- untuk menjelajahi Raja Ampat pilihannya ada dua, ikut tur dengan perahu pinisi atau tinggal di resor Papua Diving. Sekalipun kebanyakan wisatawan yang datang ke Raja Ampat saat ini adalah para penyelam, sebenarnya lokasi ini menarik juga bagi turis non penyelam karena juga memiliki pantai-pantai berpasir putih yang sangat indah, gugusan pulau-pulau karst nan mempesona dan flora-fauna unik endemik seperti cendrawasih merah, cendrawasih Wilson, maleo waigeo, beraneka burung kakatua dan nuri, kuskus waigeo, serta beragam jenis anggrek.
B. POTENSI TAMAN LAUT
1. wisata selam (Diving)
Wisata selam khususnya di Kabupaten Sorong menawarkan paket wisata yang menarik untuk menyelam selama 2 sampai dengan 3 minggu. Daerah-daerah penyelaman ini memiliki panorama alam yang masih asli dan belum terjamah oleh tangan manusia.
Di daerah Kepulauan Raja Ampat sampai kepulauan Jefman terlihat keindahan alam yang unik dan beragam dengan jenis karang yang indah dan menarik serta terdapat bangkai-bangkai kapal sisa-sisa peninggalan Perang Dunia II mulai dari wilayahnya Manokwari sampai dengan kepulauan Raja Ampat (Sorong). Selain itu ada juga paket wisata lainnya seperti wisata budaya dengan perkampungan penduduk yang asli dan menelusuri hutan dengan menyaksikan air terjun, mendaki gunung serta menikmati pemandangan disekitarnya. Pemandangan lain yang dinikmati adalah pesisir pantai yang putih dengan bunga-bunga anggrek yang tumbuh di sepanjang pantai serta berbagai jenis burung seperti burung Cenderawasih, Nuri, Kakatua, Elang Bakau Putih.
Menurut pria yang sudah menyelam di berbagai tempat di Indonesia maupun mancanegara ini, pemandangan bawah laut di Kepulauan Raja Ampat sangat menakjubkan. Seringkali dijupai kuda laut yang tidak pernah ada di tempat lain. Terumbu karangnya juga sangat bagus, seperti taman di bawah laut. Memang laut di sekitar Kepulauan Raja Ampat sangat kaya dengan organisme laut dan dihuni oleh terumbu karang paling asli di Indonesia . Pulau-pulau ini termasuk dalam Segi Tiga Karang (Coral Triangle) yang terdiri dari Indonesia, Filipina, Malaysia, Papua New Guinea, Jepang, dan Australia. Kawasan Coral Triangle ini dikenal sebagai kawasan yang memiliki keanekaragaman hayati laut terkaya di dunia. Kondisi karang di Raja Ampat 60% dalam kondisi sangat baik serta memiliki kombinasi keragaman karang dan ikan yang terbaik. Sebaliknya, 17% terumbu karang alam kondisi jelek, namun terletak di teluk tersembunyi yang tingkat pengendapan lumpurnya tinggi. Selain itu, kepulauan yang memiliki luas sekitar 43.000 km2 ini juga ditemukan 828 spesies ikan karang. Peneliti memperkirakan ada sedikitnya 1.084 spesies ikan di kepulauan yang memiliki 44 pulau ini. .
Formasi karang di Selat Dampier, yang terletak di antara bagian utara Pulau Batanta dan selatan Pulau Waigeo-Gam, merupakan daerah yang sangat kaya spesies ikan karangnya. Tim ekspedisi sempat melakukan riset di perairan tersebut. Widodo Pranowo, anggota tim ekspedisi yang bekerja untuk Departemen Kelautan dan Perikanan mengatakan kondisi perairan Kepulauan Raja Ampat masih dipengaruhi olehmassa air dari Samudra Pasifik Barat (Western Pasific Ocean ). Hal ini menunjukkan ada arus yang bergerak dari arah timur menuju timur laut dan sejajar dengan daratan besar Papua (Mainland) bagian utara. Ketika tiba di Laut Halmahera atau di utara Raja Ampat arus tersebut sebagian akan bergerak ke selatan memasuki Alur Pelayaran Jailolo dan sebagian besar yang lain akan berbalik arah menuju Samudra Pasifik lagi. Arus inilah yang dikenal sebagai Halmahera Eddy. Kami juga menduga bahwa ketika Arus Halmahera Eddy ini sebelum tiba di Laut Halmahera , ada sebagian kecil yang membelok memasuki Selat Dampier.
2. Pulau Karang
Formasi karang di Selat Dampier, yang terletak di antara bagian utara Pulau Batanta dan selatan Pulau Waigeo-Gam, merupakan daerah yang sangat kaya spesies ikan karangnya. Tim ekspedisi sempat melakukan riset di perairan tersebut. Widodo Pranowo, anggota tim ekspedisi yang bekerja untuk Departemen Kelautan dan Perikanan mengatakan kondisi perairan Kepulauan Raja Ampat masih dipengaruhi oleh
2. Pulau Karang
Raja Ampat adalah pecahan Kabupaten Sorong, sejak 2003. Kabupaten berpenduduk 31.000 jiwa ini memiliki 610 pulau (hanya 35 pulau yang dihuni) dengan luas wilayah sekitar 46.000 km2, namun hanya 6.000 km2 berupa daratan, 40.000 km2 lagi lautan. Pulau-pulau yang belum terjamah dan lautnya yang masih asri membuat wisatawan langsung terpikat. Mereka seakan ingin menjelajahi seluruh perairan di "Kepala Burung" Pulau Papua.
Wilayah ini sempat menjadi incaran para pemburu ikan karang dengan cara mengebom dan menebar racun sianida. Namun, masih banyak penduduk yang berupaya melindungi kawasan itu sehingga kekayaan lautnya bisa diselamatkan. Terumbu karang di laut Raja Ampat dinilai terlengkap di dunia. Dari 537 jenis karang dunia, 75 persennya berada di perairan ini. Ditemukan pula 1.104 jenis ikan, 669 jenis moluska (hewan lunak), dan 537 jenis hewan karang. Luar biasa.
Bank Dunia bekerja sama dengan lembaga lingkungan global menetapkan Raja Ampat sebagai salah satu wilayah di Indonesia Timur yang mendapat bantuan Coral Reef Rehabilitation and Management Program (Coremap) II, sejak 2005. Di Raja Ampat, program ini mencakup 17 kampung dan melibatkan penduduk lokal. Nelayan juga dilatih membudidayakan ikan kerapu dan rumput laut.
3. Panorama alam
Pengelolanya tak gampang mempersiapkan tempat bagi wisatawan. Maximillian J Ammer, warga negara Belanda pemilik Papua Diving Resort yang juga pionir penggerak wisata laut kawasan ini, harus mati-matian menyiapkan berbagai fasilitas untuk menarik turis dari mancanegara. Sejak memulai usahanya delapan tahun lalu, banyak dana harus dikeluarkan. Namun, hasilnya juga memuaskan. Setiap tahun resor ini dikunjungi minimal 600 turis spesial yang menghabiskan waktu rata-rata dua pekan.
Penginapan sangat sederhana yang hanya berdinding serta beratap anyaman daun kelapa itu bertarif minimal 75 euro atau Rp 900.000 semalam. Jika ingin menyelam harus membayar 30 euro atau sekitar Rp 360.000 sekali menyelam pada satu lokasi tertentu. Kebanyakan wisatawan datang dari Eropa. Hanya beberapa wisatawan asal Indonesia yang menginap dan menyelam di sana .
Turis menyelam hampir setiap hari karena lokasi penyelaman sangat luas dan beragam. Keindahan terumbu karangnya memang bervariasi sehingga banyak pilihan dan mengundang penasaran. Ada turis yang sudah berusia 80 tahun masih kuat menyelam. Tiga tahun lalu, Papua Diving membangun penginapan modern tak jauh dari lokasi pertama. Ternyata, penginapan yang dibangun dengan mengandalkan bahan bangunan lokal ini hampir selalu penuh dipesan. Padahal tarifnya mencapai 225 euro atau sekitar Rp 2,7 juta per malam. Di lokasi yang baru, dilengkapi peralatan modern, termasuk fasilitas telepon internasional dan internet.
Turis ke Raja Ampat hanya ingin ke Papua Diving di Pulau Mansuar karena fasilitas dan pelayannya sudah berstandar internasional, juga makanannya. Mereka mendarat di Bandara Domne Eduard Osok, Sorong, langsung menuju lokasi dengan kapal cepat berkapasitas sekitar 10 orang yang tarifnya Rp 3,2 juta sekali jalan. Perlu waktu sekitar 3-4 jam untuk mencapai Mansuar.
Seperti pulau lainnya, Mansuar tampak asri karena hutannya masih terjaga dan air lautnya pun bersih sehingga biota laut yang tidak jauh dari permukaan bisa terlihat jelas. Turis cukup berenang atau ber-snorkelling untuk melihat keindahan laut, sedangkan jika ingin mengamati langsung kecantikan biota laut di kedalaman, mereka harus menyelam.
4. Penelitian
Banyak orang asing yang berprofesi sebagai peneliti kehidupan laut, penyelam profesional, fotografer, atau turis biasa membuat situs tentang kehidupan bawah air laut Raja Ampat. Mereka rata-rata terkesan dengan keindahan alam bawah air Raja Ampat. Dr John Veron, ahli karang berpengalaman dari Australia , misalnya. Dalam sebuah situs ia mengungkapkan, Kepulauan Raja Ampat yang terletak sekitar 50 mil sebelah barat-utara Sorong mempunyai kawasan karang terbaik di Indonesia . Sekitar 450 jenis karang sempat diidentifikasi selama dua pekan peneliti.
Dari 450 jenis karang itu, tujuh jenis di antaranya merupakan temuan baru bagi dunia ilmu pengetahuan karang dan belum pernah ditemukan di dunia lain. "Menemukan karang dalam satu kali kunjungan, belum pernah saya temukan selama hidup. Bahkan, belum ada penelitian karang yang dapat menemukan lebih dari 450 jenis karang. Serupa dengan Veron, Gerry Allen, ahli ikan karang dan ikan air tawar yang telah bekerja 25 tahun di seluruh dunia, mengaku belum pernah memiliki pengalaman seperti yang diperolehnya di Kepulauan Raja Ampat. Disana ia menemukan sejumlah keindahan taman laut yang paling indah dan murni dari seluruh taman laut di Indonesia ..
Tim ahli dari Conservation International, The Nature Conservancy, dan Lembaga Oseanografi Nasional (LON) Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI) pernah melakukan penilaian cepat pada 2001 dan 2002. Hasilnya, mereka mencatat di perairan ini terdapat lebih dari 540 jenis karang keras (75% dari total jenis di dunia), lebih dari 1.000 jenis ikan karang, 700 jenis moluska, dan catatan tertinggi bagi gonodactyloid stomatopod crustaceans. .
Angka-angka tersebut melebihi hasil temuan dengan metode yang sama di kawasanMilne Bay (Papua Nugini), Pulau Bunaken, dan Kepulauan Togean. Penemuan ini membuktikan dugaan sebelumnya bahwa Raja Ampat menjadi pusat penyebaran karang di dunia," kata Kepala Dinas Perikanan dan Kelautan Kabupaten Raja Ampat J Becky Rahawarin ketika ditemui Media. Menurut riset yang dilakukan tim ekspedisi Media Indonesia-Metro TV bersama Departemen Perikanan dan Kelautan (DPK) Republik Indonesia, kejernihan air laut secara vertikal mencapai 30 sampai 33 meter. Sedangkan jarak pandang (visibility) secara horizontal sekitar 15 sampai 20 meter pada kedalaman 10 meter. Dan kondisi ini merupakan kondisi lingkungan yang mendukung kehidupan terumbu karang secara optimal.
Dari 450 jenis karang itu, tujuh jenis di antaranya merupakan temuan baru bagi dunia ilmu pengetahuan karang dan belum pernah ditemukan di dunia lain. "Menemukan karang dalam satu kali kunjungan, belum pernah saya temukan selama hidup. Bahkan, belum ada penelitian karang yang dapat menemukan lebih dari 450 jenis karang. Serupa dengan Veron, Gerry Allen, ahli ikan karang dan ikan air tawar yang telah bekerja 25 tahun di seluruh dunia, mengaku belum pernah memiliki pengalaman seperti yang diperolehnya di Kepulauan Raja Ampat. Di
Tim ahli dari Conservation International, The Nature Conservancy, dan Lembaga Oseanografi Nasional (LON) Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI) pernah melakukan penilaian cepat pada 2001 dan 2002. Hasilnya, mereka mencatat di perairan ini terdapat lebih dari 540 jenis karang keras (75% dari total jenis di dunia), lebih dari 1.000 jenis ikan karang, 700 jenis moluska, dan catatan tertinggi bagi gonodactyloid stomatopod crustaceans. .
Angka-angka tersebut melebihi hasil temuan dengan metode yang sama di kawasan
C. ANCAMAN
1. kerusakan terumbu karang
kerusakan Terumbu karang banyak dikarenakan ulah dari tangan manusia sendiri. Banyak dari neloyan local yang menggunakan bahan peledak untuk menangkap ikan. Hal ini menyebabkan rusaknya ekosistem yang ada yang menjadi tempat hidup spesies-spesies yang ada di situ. Terumbu Karang merupakan sumber penghasi makanan karena ia dapat menciptakan zat berlendir yangbanyak mengandung protein.
2. kerusakan Hutan Bakau
Hutan bakau merupakan pelindung beberapa pulau dari anacaman gelombang laut. Selain itu juga sebagai tempat hidup berbagai satwa. Kerusakan hutan bakau lebih banyak disebabkan oleh tangan manusia juga, misalnya daerah tersebut digunakan untuk pelabuhan dan kepentingan-kepentingan lainnya, sehingga luas lahan bakau terus berkurang.
3. penggunaan racun ikan (Sianida)
Wilayah Raja Ampat juga banyak terdapat ikan yang bernilai ekonomi tinggi. Tak heran jika nelayan setempat banyak yang memburu ikan di daerah tersebut. Akan tetapi mereka masih sering menggunakan bahan beracun sehingga ikan-ikan yangmasih keciljuga ikut mati, bahkan spesies-spesies lain yang ada di sana juga terkena imbasnya. Hal ini menyebabkan putusnya rantai makanan dan rusaknya keseimbangan ekosistem yang ada.
D. PENANGGULANGAN
Untuk menjaga kelestarian bawah laut Kepulauan Raja Ampat, usaha-usaha konservasi sangat diperlukan di daerah ini. Ada dua lembaga internasional yang konsen terhadap kelestarian sumber daya alam Raja Ampat, yaitu CI (Conservation International) dan TNC (The Nature Conservancy). Pemerintah sendiri telah menetapkan laut sekitar Waigeo Selatan, yang meliputi pulau-pulau kecil seperti Gam, Mansuar, kelompok Yeben dan kelompok Batang Pele, telah disahkan sebagai Suaka Margasatwa Laut. Menurut SK Menhut No. 81/KptsII/1993, luas wilayah ini mencapai 60.000 hektar.
Selain itu, beberapa kawasan laut lainnya telah diusulkan untuk menjadi kawasan konservasi. Masing-masing adalah Suaka Margasatwa Laut Pulau Misool Selatan, laut Pulau Kofiau, laut Pulau Asia, laut Pulau Sayang dan laut Pulau Ayau.
Untuk menjaga kelestarian bawah laut Kepulauan Raja Ampat, pemerintah telah menetapkan laut sekitar Waigeo Selatan, yang meliputi pulau-pulau kecil seperti Gam, Mansuar, kelompok Yeben dan kelompok Batang Pele, telah disahkan sebagai Suaka Margasatwa Laut. Menurut SK Menhut No 81/Kpts-II/1993, luas wilayah ini mencapai 60.000 hektare .
Selain itu, beberapa kawasan laut lainnya telah diusulkan untuk menjadi kawasan konservasi. Masing-masing adalah Suaka Margasatwa Laut Pulau Misool Selatan (luas 4.319 ha), laut Pulau Kofiau (7.187 ha), laut Pulau Asia (7.000 ha), laut Pulau Sayang (96.000 ha), dan Laut Pulau Ayau (168.630 ha). .
Selain itu, beberapa kawasan laut lainnya telah diusulkan untuk menjadi kawasan konservasi. Masing-masing adalah Suaka Margasatwa Laut Pulau Misool Selatan (luas 4.319 ha), laut Pulau Kofiau (7.187 ha), laut Pulau Asia (7.000 ha), laut Pulau Sayang (96.000 ha), dan Laut Pulau Ayau (168.630 ha). .
Tidak ada komentar:
Posting Komentar